Skip to content
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET

MENETAPKAN RUBUBIYAH ALLAH TA’ALA (Bag. 4)

Muhammad Atim, 26 Maret 2025

Sumber: Kitab Ma`arij al-Qabul Bisyarhi Sullami al-Wushul Ila Ilmi al-Ushul Fii at-Tauhid

Penulis:  Syeikh Hafidz bin Ahmad al-Hakami

Penerjemah: Muhammad Atim.

Editor: Idrus Abidin

Dan diantaranya adalah mengangkat, naik dan naik kepadanya. Dan itu bermacam-macam.

Diantaranya Allah mengangkat Isa ‘alaihissalam. Allah ﷻ berfirman :

وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا، بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa : 157-158).

Dan Allah ﷻ berfirman :

يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا

“Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir” (QS. Ali Imran : 55).

Dan akan datang insya Allah ta’ala penyebutan hadits-hadits yang diriwayatkan tentang turunnya ke bumi dalam keadaan menjadi hakim yang adil di akhir umat ini dengan syariat nabi mereka Muhammad ﷺ pada pembahasan tanda-tanda kiamat.

Dan di antaranya naiknya amal kepadanya, sebagaimana Allah ta’ala berfirman :

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

“Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.” (QS. Fathir : 10).

Dan dalam shahih Bukhari :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : مَنْ تَصَدَّقَ بِعِدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَصْعَدُ إِلَى اللَّهِ إِلَّا الطَّيِّبُ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فُلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri yang baik (halal), sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya lalu mengasuhnya untuk pemiliknya sebagaimana jika seorang dari kalian mengasuh anak kudanya hingga membesar seperti gunung.” Dan diriwayatkan pula oleh Muslim, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya.[1]

وَعَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : الَّذِينَ يَذْكُرُونَ مِنْ جَلَالِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ تَسْبِيحِهِ وَتَكْبِيرِهِ وَتَحْمِيدِهِ وَتَهْلِيلِهِ يَتَعَاطَفْنَ حَوْلَ الْعَرْشِ لَهُنَّ دَوِيٌّ كَدَوِيِّ النَّحْلِ يُذْكَرْنَ بِصَاحِبِهِنَّ. أَلَا يُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ لَا يَزَالَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ شَيْءٌ يُذْكَرُ بِهِ

Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang-orang yang menyebut tentang keagungan Allah dari tasbih, tahmid dan tahlil, maka ucapan itu akan selalu berputar di sekeliling ‘Arsy. Bagi tia-tiap kalimat tersebut suaranya mendengung bagaikan dengungan lebah yang menyebutkan orang yang membacanya. Tidakkah salah seorang dari kalian suka agar senantiasa ia memiliki sesuatu di sisi Allah yang ia disebut dengannya?”. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)[2]

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهَا تَصْعَدُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ كَأَنَّهَا شَرَارَةٌ

Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Takutlah kalian kepada doa orang yang dizhalimi, karena sesungguhnya ia naik kepada Allah, ia bagaikan percikan api.” Adz-Dzahabi berkata, “Gharib, dan sanadnya bagus.”[3] 

وَفِي الصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَرْفُوعًا : وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ.

Dan dalam Shahihain dari hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, “Dan takutlah kamu kepada doa orang yang dizhalimi, sesungguhnya antara doa tersebut dengan Allah tidak ada penghalang.”[4]

 وَعَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ  النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سَبَحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ

Dan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasuluallah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak layak bagi-Nya untuk tidur, Ia menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya, diangkat kepada-Nya amalan malam sebelum siang dan amalan siang sebelum malam. Hijabnya adalah cahaya. Kalaulah Ia menyingkapkannya, niscaya pancaran wajah-Nya akan membakar apa yang dijangkau oleh pandangan-Nya dari para makhluk-Nya.”[5]

Dan tentang hal itu ada hadits-hadits yang tak terhitung jumlahnya di dalam kitab Shahihain dan yang lainnya.

Dan diantaranya naiknya para arwah kepada Allah, yakni arwah orang-orang beriman. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (QS. Al-A’raf : 40).

Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Al-Barra bin ‘Azib yang panjang tentang pencabutan ruh, dan di dalamnya Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ، وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ : أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ، قَالَ : فَتَخْرُجُ فَتَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ، قَالَ : فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ عَلَى مَلَأٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا : مَا هَذِهِ الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ فَيَقُولُونَ : فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانُوا يُسَمُّونَهُ فِي الدُّنْيَا حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي عِلِّيِّينَ وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى.

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila ajalnya di dunia sudah habis dan akan menghadap ke akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat yang semua wajahnya putih seakan-akan seperti matahari. Mereka turun dengan membawa kain kafan dari surga dan wewangian pengawet jenazah dari surga, hingga mereka semua duduk di dekatnya sampai sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya, lalu malaikat maut berkata, “Hai jiwa yang tenang, keluarlah menuju kepada ampunan dan rida Allah!” Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya: Maka keluarlah rohnya, mengucur sebagaimana mengucurnya tetesan air dari mulut (lubang) wadah penyiram. Kemudian malaikat maut memegangnya; dan apabila malaikat maut telah memegangnya, maka tidak dibiarkan pada tangannya barang sekejap pun. melainkan ia langsung mencabutnya, mengafankan, serta mewangikannya dengan kafan dan wewangian yang dibawanya Sedangkan dari roh itu tercium bau wewangian minyak kesturi yang paling harum di muka bumi. Lalu mereka membawanya naik ke langit. Maka tidak sekali-kali mereka yang membawanya melewati sejumlah malaikat, melainkan mereka bertanya, “Siapakah roh yang harum ini?” Mereka menjawab, “Si Fulan, ” yakni dengan menyebutkan nama terbaiknya yang biasa dipakai untuk memanggilnya ketika di dunia Hingga sampailah mereka ke langit yang paling rendah, lalu mereka memintakan izin masuk untuknya, dan pintu langit dibukakan untuknya. Maka ia diiringi oleh semua malaikat penghuni setiap lapis langit untuk mengantarkannya sampai kepada lapis langit yang lainnya, hingga sampai kepada langit yang ketujuh. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Catatkanlah di dalam kitab (catatan amal) hamba-Ku ini bahwa dia termasuk orang-orang yang menghuni surga yang tinggi; dan kembalikanlah ia ke bumi, karena sesungguhnya Aku telah menciptakan mereka dari tanah, dan kepadanya Aku kembalikan mereka, serta darinya Aku keluarkan mereka di kesempatan yang lain, dst.”[6]   

Dan akan datang insya Allah dengan redaksi panjangnya, dan sudah disebutkan sebelumnya hadits Abu Hurairah tentang hal itu, dan di dalamnya ada hadits-hadits yang banyak, akan kami sebutkan di antaranya sesuai yang Allah ta’ala mudahkan, pada babnya. Insya Allah.

Dan di antaranya naiknya para malaikat dan ruh kepada-Nya. Allah Tabaroka wa Ta’ala befirman :

مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ، تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ

“(yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. Para malaikat dan ruh naik kepada-Nya.” (QS. Al-Ma’arij : 3-4).

Dan di dalam shahihain :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ : يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ وَصَلَاةِ الْفَجْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ فَيَقُولُ : كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي، فَيَقُولُونَ : تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat Fajar (Subuh) dan Ashar. Kemudian malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta’ala bertanya kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya), ‘Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat.'”[7]

وَعَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ : إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ. قَالَ : فَيَحِفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا. قَالَ : فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ. مَا يَقُولُ عِبَادِي، قَالَ يَقُولُونَ : يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُحَمِّدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ، قَالَ فَيَقُولُ تَعَالَى : هَلْ رَأَوْنِي؟ قَالَ فَيَقُولُونَ : لَا وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ : وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي، قَالَ يَقُولُونَ : لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا لَكَ أَشَدَّ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا، قَالَ يَقُولُ : فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ : يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ : وَهَلْ رَأَوْهَا؟ قَالَ يَقُولُونَ : لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا، قَالَ يَقُولُ : فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا، قَالَ يَقُولُونَ : لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً، قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ؟ قَالَ يَقُولُونَ : مِنَ النَّارِ، قَالَ يَقُولُ : وَهَلْ رَأَوْهَا، قَالَ يَقُولُونَ : لَا وَاللَّهِ مَا رَأَوْهَا، قَالَ يَقُولُ : فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا، قَالَ يَقُولُونَ : لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً، قَالَ فَيَقُولُ : فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ. قَالَ يَقُولُ : مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ، قَالَ : هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ”، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dan darinya (Abu Hurairah) radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, dan mencari-cari majelis zikir, jika mereka mendapati suatu kaum yang berzikir kepada Allah mereka saling memanggil, ‘Kemarilah terhadap apa yang kalian cari.’ Lalu mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayapnya sehingga memenuhi langit bumi. Maka Rabb mereka bertanya padahal Dia lebih tahu dari mereka, ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Mereka menyucikan Engkau, memuji Engkau, mengagungkan Engkau.’ Allah berfirman: ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Tidak, demi Allah mereka tidak melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana sekiranya mereka melihat-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Sekiranya mereka dapat melihat-Mu pasti mereka akan lebih giat lagi dalam beribadah, lebih dalam mengagungkan dan memuji Engkau, dan lebih banyak lagi menyucikan Engkau, ‘ Allah berfirman: ‘Lalu apa yang mereka minta?’ Para malaikat menjawab, ‘Mereka meminta surga.’ Allah berfirman: ‘Apakah mereka telah melihatnya?’ Para malaikat menjawab, ‘Belum, demi Allah mereka belum pernah melihatnya.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana sekiranya mereka telah melihatnya?’ Para malaikat menjawab, ‘Jika mereka melihatnya tentu mereka akan lebih berkeinginan lagi dan antusias serta sangat mengharap.’ Allah berfirman: ‘Lalu dari apakah mereka meminta berlindung?’ Para malaikat menjawab, ‘Dari api neraka.’ Allah berfirman: ‘Apakah mereka telah melihatnya?’ Para malaikat menjawab, ‘Belum, demi Allah wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya sama sekali.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?’ Para malaikat menjawab, ‘Tentu mereka akan lari dan lebih takut lagi.'” Beliau melanjutkan: ‘Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.’ Beliau melanjutkan, ‘Salah satu dari malaikat berkata, ‘Sesungguhnya diantara mereka ada si fulan yang datang untuk suatu keperluan?’ Allah berfirman: ‘Mereka adalah suatu kaum yang majelis mereka tidak ada kesengsaraannya bagi temannya.’ (Muttafaq ‘Alaih).[8] Ini adalah redaksi Bukhari.

وَعَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : كَانَ مَلَكُ الْمَوْتِ يَأْتِي النَّاسَ عِيَانًا فَأَتَى مُوسَى عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فَلَطَمَهُ فَذَهَبَ بِعَيْنِهِ، فَعَرَجَ إِلَى رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ : يَا رَبِّ بَعَثْتَنِي إِلَى مُوسَى فَلَطَمَنِي فَذَهَبَ بِعَيْنِي، وَلَوْلَا كَرَامَتُهُ عَلَيْكَ لَشَقَقْتُ عَلَيْهِ. قَالَ ارْجِعْ إِلَى عَبْدِي فَقُلْ لَهُ : فَلْيَضَعْ يَدَهُ عَلَى ثَوْرٍ فَلَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ وَارَتْ كَفُّهُ سَنَةٌ يَعِيشُهَا فَأَتَاهُ فَبَلَّغَهُ مَا أَمَرَهُ فَقَالَ : ثُمَّ مَاذَا بَعْدَ ذَلِكَ، قَالَ : الْمَوْتُ، قَالَ : الْآنَ فَشَمَّهُ شَمَّةً قَبَضَ فِيهَا رُوحَهُ، وَرَدَّ اللَّهُ عَلَى مَلَكِ الْمَوْتِ بَصَرَهُ.

Dan darinya (Abu Hurairah) radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Malaikat maut mendatangi manusia dalam keadaan bisa dilihat mata. Ia pernah mendatangi Musa ‘alaihissalam, lalu ia memukulnya, maka matanya menjadi buta. Lalu malaikat itu naik kepada Rabbnya ﷻ, lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, Engkau telah mengutusku kepada Musa, lalu ia memukulku, maka mataku menjadi buta. Kalaulah bukan karena kemuliaannya di sisi-Mu, niscaya aku merobeknya  Maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kembalilah dan katakan kepadanya, “Hendaklah Musa meletakkan tangannya di atas punggung sapi jantan, maka yang ditutup oleh tangannya adalah bagian umurnya dan setiap rambut -yang ditutup oleh tangannya sama dengan masa- satu tahun yang ia hidup padanya. Maka ia mendatanginya, lalu menyampaikan apa Allah perintahkan kepadanya. Lalu ia bertanya, “Wahai Rabb-ku, kemudian apa setelah itu?” Dia berfirman, “Itulah kematiannya.” Malaikat berkata, “Sekaranglah waktunya”, lalu ia menghirup satu kali hirupan yang ia mencabut nyawanya padanya. Dan Allah mengembalikan kepada malaikat maut itu penglihatannya.”

وَفِي لَفْظٍ فَلَطَمَ عَيْنَهُ فَفَقَأَهَا فَرَجَعَ فَقَالَ : أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ، فَرَدَّ اللَّهُ عَلَيْهِ عَيْنَهُ وَقَالَ : ارْجِعْ إِلَى عَبْدِي فَقُلْ لَهُ إِنْ كُنْتَ تُرِيدُ الْحَيَاةَ فَضَعْ يَدَكَ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ. وَفِيهِ قَالَ : يَا رَبِّ فَالْآنَ، وَقَالَ : رَبِّ أَدْنِنِي مِنَ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : لَوْ كُنْتُ ثَمَّ لَأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dan dalam redaksi lain, “Lalu Musa memukulnya, lalu matanya menjadi buta dan ia kembali menemui Rabb-nya seraya berkata, “Engkau telah mengutusku untuk menemui seorang hamba yang tidak menginginkan kematiannya.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla mengembalikan matanya dan berfirman, “Kembalilah dan katakan kepadanya, “Jika engkau ingin hidup, maka hendaklah Musa meletakkan tangannya di atas punggung sapi jantan. Dan di dalamnya ia berkata, “Wahai Rabbku, sekaranglah waktunya”. Dan ia berdoa, “Wahai Rabbku dekatkanlah aku dari bumi yang disucikan sejauh lemparan batu.” Rasulullah ﷺ bersabda, “Andai aku berada di sana, niscaya akan aku perlihatkan kuburannya kepada kalian di samping jalan di bawah bukit merah.” (Muttafaq ‘Alaih).[9]

Dan di antaranya juga mi’rojnya nabi kita, Muhammad ﷺ ke Sidratul Muntaha dan ke mana saja sesuai yang dikehendaki Allah ﷻ sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits yang shahih dan masyhur dalam Shahihain dan yang lainnya.

Imam Bukhari berkata, “Bab Al-Mi’raj”.

حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ ﷺ حَدَّثَهُمْ عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِهِ، قَالَ : بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ فِي الْحَطِيمِ، وَرُبَّمَا قَالَ : فِي الْحِجْرِ مُضْطَجِعًا- إِذْ أَتَانِي آتٍ فَقَدْ قَالَ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ فَشَقَّ مَا بَيْنَ هَذِهِ إِلَى هَذِهِ. فَقُلْتُ لِلْجَارُودِ وَهُوَ إِلَى جَنْبِي قَالَ : مِنْ ثُغْرَةِ نَحْرِهِ إِلَى شَعَرَتِهِ، وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مِنْ قَصِّهِ إِلَى شَعْرَتِهِ فَاسْتَخْرَجَ قَلْبِي ثُمَّ أُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوءَةٍ إِيمَانًا فَغُسِلَ قَلْبِي ثُمَّ حُشِيَ ثُمَّ أُعِيدَ، ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ أَبْيَضَ فَقَالَ : لَهُ الْجَارُودُ : هُوَ الْبُرَاقُ يَا أَبَا حَمْزَةَ، فَقَالَ : أَنَسٌ : نَعَمْ يَضَعُ خُطْوَهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ. فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ فَانْطَلَقَ بِي جِبْرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ فَقِيلَ: مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ، قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قِيلَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ، فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا فِيهَا آدَمُ، فَقَالَ : هَذَا أَبُوكَ آدَمُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ، ثُمَّ قَالَ : مَرْحَبًا بِالِابْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ. ثُمَّ صَعِدَ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ : مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ ﷺ، قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قِيلَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ. فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا بِيَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ قَالَ : هَذَا يَحْيَى وَعِيسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِمَا فَسَلَّمْتُ فَرَدَّا ثُمَّ قَالَا : مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، ثُمَّ صَعِدْتُ إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ : مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ ﷺ قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قِيلَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ. فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يُوسُفُ قَالَ : هَذَا يُوسُفُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ : مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ : مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ، قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ ﷺ قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قِيلَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ، فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا إِدْرِيسُ قَالَ: هَذَا إِدْرِيسُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ : مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ : مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ ﷺ قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قِيلَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ، فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا هَارُونُ فَقَالَ: هَذَا هَارُونُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ : مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ السَّادِسَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ : مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ ﷺ، قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قِيلَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ، فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا مُوسَى قَالَ: هَذَا مُوسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ : مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، فَلَمَّا تَجَاوَزْتُ بَكَى قِيلَ لَهُ : مَا يُبْكِيكَ قَالَ : أَبْكِي لِأَنَّ غُلَامًا بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَكْثَرُ مِمَّا يَدْخُلُهَا مِنْ أُمَّتِي، ثُمَّ صَعِدَ بِي إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ قِيلَ : مَنْ هَذَا قَالَ : جِبْرِيلُ قِيلَ : وَمَنْ مَعَكَ قَالَ : مُحَمَّدٌ قِيلَ : وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ : نَعَمْ قَالَ : مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ، فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ : هَذَا أَبُوكَ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ قَالَ : مَرْحَبًا بِالِابْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، ثُمَّ رُفِعْتُ إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبْقُهَا مِثْلُ قِلَالِ هَجَرَ، وَإِذَا وَرَقُهَا مِثْلُ آذَانِ الْفِيَلَةِ، قَالَ : هَذِهِ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى وَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ ظَاهِرَانِ وَنَهْرَانِ بَاطِنَانِ، فَقُلْتُ : مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ : أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهْرَانِ فِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ، ثُمَّ رُفِعَ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ وَإِنَاءٍ مِنْ عَسَلٍ، فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ : هِيَ الْفِطْرَةُ أَنْتَ عَلَيْهَا وَأُمَّتُكَ، ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ الصَّلَوَاتُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ، فَرَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ : بِمَا أُمِرْتَ قَالَ : أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ قَالَ : إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ، وَإِنِّي وَاللَّهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ، فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ : مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ : مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ : مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِعَشْرِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ، فَرَجَعْتُ فَقَالَ : مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ : بِمَا أُمِرْتَ؟ قُلْتُ : أُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ قَالَ : إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ قَالَ : سَأَلْتُ رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ وَلَكَنَّى أَرْضَى وَأُسَلِّمُ، قَالَ : فَلَمَّا جَاوَزْتُ نَادَانِي مُنَادٍ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي.

Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah radliyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi ﷺ bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isra’: “Ketika aku berada di Al Hathim” -atau beliau menyebutkan di Al Hijir- dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah.” Qatadah berkata: Dan aku juga mendengar dia berkata: “lalu dia membelah apa yang ada diantara ini dan ini.” Aku bertanya kepada Al Jarud yang saat itu ada di sampingku: “Apa maksudnya?” Dia berkata: “dari lubang leher dada hingga bawah perut” dan aku mendengar dia berkata: “dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan.” Lalu laki-laki itu mengeluarkan Qalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai.” Al Jarud berkata kepadanya: “Apakah itu yang dinamakan Al Buraq, wahai Abu Hamzah?” Anas menjawab: “Ya. Al Buraq itu meletakan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh.” Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril hingga sampai di langit dunia. Lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam. Jibril berkata: “Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya!” Maka aku memberi salam kepadanya dan Adam membalas salamku lalu dia berkata: “Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan ‘Isa, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata: “Ini adalah Yahya dan ‘Isa, berilah salam kepada keduanya!” Maka aku memberi salam kepada keduanya dan keduanya membalas salamku lalu keduanya berkata: “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian aku dibawa naik ke langit ketiga lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf. Jibril berkata: “Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya!” Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku lalu berkata: “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Idris. Jibril berkata: “Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya!” Maka aku memberi salam kepadanya dan Idris membalas salamku lalu berkata: “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian aku dibawa naik ke langit kelima lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku bertemu dengan Harun. Jibril berkata: “Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya!” Maka aku memberi salam kepadanya dan Harun membalas salamku lalu berkata: “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian aku dibawa naik ke langit keenam lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Musa. Jibril berkata: “Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya!” Maka aku memberi salam kepadanya dan Musa membalas salamku lalu berkata: “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.” Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan: “Mengapa kamu menangis?” Musa menjawab: “Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga dari ummatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari ummatku.” Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim. Jibril berkata: “Ini adalah bapakmu. Berilah salam kepadanya!” Maka aku memberi salam kepadanya dan Ibrahim membalas salamku lalu berkata: “Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian Sidratul Muntaha diangkat/dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril berkata: “Ini adalah Sidratul Muntahaa.” Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir. Aku bertanya: “Apakah ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhahir adalah Nil dan Eufrat.” Kemudian aku diangkat ke Baitul Ma’mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khamer, satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu. Maka Jibril berkata: “Ini merupakan fithrah yang kamu dan ummatmu berada di atasnya.” Kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali dalam setiap hari. Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa. Musa bertanya: “Apa yang telah diperintahkan kepadamu?” aku menjawab: “Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.” Musa berkata: “Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari, dan aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra’il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.” Maka aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelunya. Aku pun kembali, dan aku di perintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Lalu aku kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata: “Apa yang diperintahkan kepadamu?” Aku jawab: “Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.” Musa berkata: “Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya aku, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra’il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu!” Beliau berkata: “Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu. Tetapi aku telah ridla dan menerimanya.” Ketika aku telah selesai, terdengar suara orang yang berseru: “Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku.”[10]

Dan di antaranya juga menyebutkan secara jelas dengan turunnya Allah Tabaroka wa Ta’ala sebagaimana dalam Shahihain :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : يَنْزِلُ رَبُّنَا كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ فَيَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda : “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, lantas Dia berfirman : ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengijabahinya, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya.”[11]

Dan telah shahih dalam hal itu hadits-hadits yang banyak dari sekitar 30 sahabat, dan sungguh telah shahih pula turunnya Ia pada malam pertengahan Sya’ban[12], pagi hari Arafah[13] dan ketika binasanya makhluk, “ketika Ia turun ke langit dunia, lalu menyeru, “Bagi siapakah kerajaan pada hari ini? Bagi Allah Yang Maha Esa, Maha Kuasa.”[14]

Begitu pula turun-Nya ta’ala untuk memutuskan ketetapan di antara hamba-hamba-Nya sebagaimana Ia kehendaki dan dengan yang layak bagi kemuliaan dan keagungan-Nya. Dan akan datang insya Allah penjelasan panjang hal itu semuanya di akhir fasal dari matan ini.

Dan di antaranya turunnya para malaikat, turunnya urusan dari sisi-Nya, dan penurunan kitab dari-Nya Tabaroka wa Ta’ala. Allah ﷻ berfirman :

يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ

“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” (QS. An-Nahl : 2).

Dan Dia juga berfirman ketika menceritakan mereka,

وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ

“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya. (QS. Maryam : 64).

Dan Dia berfirman :

 يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya.” (QS. As-Sajdah : 5).

Dan Dia berfirman :

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya.” (QS. Ath-Thalaq : 12).

Dan Dia berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa : 136).

Dan Dia berfirman :

 نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِ

“Dia telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dengan benar.” (QS. Ali Imran : 3).

Dan Dia berfirman :

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ

“Kitab yang telah Kami turunkan kepadamu.” (QS. Ibrahim : 1).

Dan Dia berfirman :

وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ

“Dan inilah peringatan yang diberkahi yang telah Kami turunkan.” (QS. Al-Anbiya : 50).

Dan Dia berfirman :

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Penurunan kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya.” (QS. As-Sajdah : 2).

Dan Dia berfirman :

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

“Penurunan kitab dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Az-Zumar : 1).

Dan Dia berfirman :

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ

“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran.” (QS. Az-Zumar : 2).

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Penurunan kitab dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.” (QS. Ghafir : 2).

تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Penurunan dari Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih.” (QS. Fushshilat : 42).

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

“Dan Al-Qur’an, kami pecahkan agar engkau membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan, dan Kami telah menurunkan kepadamu secara benar-benar.” (QS. Al-Isra : 106).

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ، عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,” (QS. Asy-Syu’ara : 193).

Dan yang selain itu dari ayat-ayat. Dan dalam kitab Shahih :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، بَلَغَ أَبَا ذَرٍّ مَبْعَثُ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ لِأَخِيهِ : اعْلَمْ لِي عِلْمَ هَذَا الرَّجُلِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ يَأْتِيهِ الْخَبَرُ مِنَ السَّمَاءِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, telah sampai kepada Abu Dzar diutusnya Nabi ﷺ. Maka ia berkata kepada saudaranya, “Ketahuilah, aku mengetahui ilmu seorang lelaki yang mengaku bahwa berita datang kepadanya dari langit.” [15]

Dan telah terdahulu dalam hadits Dzuhaibah sabda Nabi ﷺ, “Datang kepadaku berita langit pagi dan sore.”[16]

Dan dalam kitab Shahih Bukhari :

قَالَ الْمُغِيرَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَخْبَرَنَا نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ ﷺ عَنْ رِسَالَةِ رَبِّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ مَنْ قُتِلَ مِنَّا صَارَ إِلَى الْجَنَّةِ

Mughirah radhiyallahu ‘anhu berkata, telah mengabarkan kepada kami nabi kita Muhammad ﷺ dari risalah Rabb kita Tabaroka wa Ta’ala bahwasanya siapa yang terbunuh dari kita ia akan masuk surga.”[17]

Dan di dalamnya :

قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا:  مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَتَمَ شَيْئًا مِنَ الْوَحْيِ فَلَا تُصَدِّقْهُ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ.

‘Aisyah berkata, “Siapa saja yang menceritakan kepadamu bahwa Nabi ﷺ menyembunyikan sesuatu dari wahyu, maka janganlah kamu mempercayainya, sebab Allah Ta’ala berfirman : “Wahai rasul, sampaikan yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, jika kamu tidak mengerjakan lantas tidak kau sampaikan risalah, dan Allah menjagamu dari manusia.” (QS. Al-Ma`idah : 67).[18]

Dan di dalamnya dari hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

قَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ إِلَى أَنْ قَالَ : فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَصْدِيقَهَا : وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ الْآيَاتِ.

“Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah dosa apakah yang paling besar?” dan ia menyebutkan hadits, hingga ia berkata, “Maka Allah menurunkan pembenarannya, “Dan orang-orang yang tidak menyeru bersama Allah tuhan yang lain… dst”.[19]

Dan selain itu dari nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah. Dan di antaranya juga mengangkat tangan kepada-Nya dan pandangan, sebagaimana dalam hadits-hadits qunut[20], hadits-hadits istisqa[21], dan hadits doa beliau ﷺ terhadap kelompok orang yang melemparkan di atas punggung beliau yang mulia jeroan unta ketika beliau sedang sujud.[22]


[1] Bukhari, 3/278, dalam kitab Zakat, bab “Allah tidak menerima shadaqah karena khianat/korupsi”, Muslim, 2/702, no. 1014, dalam kitab Zakat, bab “Diterimanya shadaqah dari usaha yang baik”, Nasai, 5/75, dalam kitab Zakat, bab “Shadaqah karena korupsi”, Tirmidzi, 3/49-50, no. 661 dalam kitab Zakat, bab “Yang datang tentang keutamaan shadaqah”, Ibnu Majah, 1/590, no. 1842, dalam kitab Zakat, bab “Keutamaan Shadaqah”, Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya, 4/92-93, no. 402

[2] Ahmad, 4/268, Ibnu Majah, 2/1252, no. 3809 dalam kitab Adab, bab “Keutamaan Tasbih”, dan dalam Az-Zawaid : sanadnya shahih dan para perowinya tsiqah

[3] Diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadroknya (1/29), ia berkata, “Muslim telah berhujjah dengan ‘Ashim bin Kulaib dan sisanya dari para perowi hadits ini disepakati kehujjahannya, tetapi keduanya tidak meriwayatkannya. Adz-Dzahabi menyetujuinya dan ia sebagaimana yang mereka berdua katakan, yakni sesuai syarat Muslim. Perkataan Adz-Dzahabi ini dalam Al-U’luw (hal. 27).

[4] Bukhari (8/64) dalam Al-Maghazi, bab Pengutusan Abu Musa dan Mu’adz ke Yaman sebelum Haji Wada, Muslim (1/50, no. 19), dalam Al-Iman, bab Dakwah kepada Dua Kalimat Syahadat dan kepada Syariat Islam

[5] Muslim (1/161-162, no. 179) dalam Al-Iman, bab Sabdanya ﷺ “Sesungguhnya Allah tidak tidur”

[6] Ahmad (4/287-288, no. 288), Ath-Thayalisi, no. 753, Abu Dawud (4/240, no. 4753), Hakim (1/37-39), dishahihkan dan disetujui oleh Adz-Dzahabi

[7] Bukhari (2/33) dalam Mawaqit Ash-Shalah, Keutamaan Shalat Ashar, Muslim (1/439, no. 632) dalam Al-Masajid, Bab Keutamaan Dua Shalat; Shubuh dan Ashar dan menjaga keduanya

[8] Bukhari (11/208-209) dalam Ad-Da’awat, Bab Keutamaan Dzikir kepada Allah ﷻ, Muslim (4/2069-2070) dalam Dzikir dan Doa, Bab Majelis-majelis Dzikir

[9] Bukhari (6/440-441), dalam Al-Anbiya, bab Wafatnya Nabi Musa ‘alaihissalam, dan dalam Al-Janaiz, bab orang yang menginginkan dikuburkan di tanah suci, atau yang semisal dengannya (3/206), Muslim (4/1842, no. 2372), dalam Al-Fadhail, bab Fadhail Musa ‘alaihissalam, Ahmad (2/269), Nasai (4/118), dalam Al-Janaiz, bab macam lain dari Ta’ziyah

[10] Bukhari (7/101) dalam Manaqib Al-Anshar, bab Mi’roj dalam iman, bab Mengisrakan Rasuluallah ﷺ

[11] Bukhari (11/128-129), dalam Ad-Da’awat, bab Doa tengah malam, Muslim (1/521, no. 758), dalam Shalat Para Musafir, bab Dorongan dalam doa dan dzikir di akhir malam dan pengabulan padanya, dan selain mereka.

[12] Akan datang penyebutannya

[13] Akan datang penyebutannya

[14] Telah lalu penyebutannya

[15] Muslim (4/1923, no. 2473), dalam Fadhail Ashab An-Nabiyyi ﷺ, bab Diantara Keutamaan Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dan Ahmad (5/174).

[16] Telah terdahulu penyebutannya

[17] Bukhari (13/503), dalam At-Tauhid, bab firman Allah ta’ala, “Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu”

[18] Bukhari (13/503), dalam At-Tauhid, bab firman Allah ta’ala, “Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu”, Muslim (1/195-196, no. 177 dalam Al-Iman, bab Makna Firman Allah ta’ala, “Dan sungguh ia telah melihatnya pada waktu yang lain”

[19] Bukhari (13/503), dalam At-Tauhid, bab firman Allah ta’ala, “Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu”, Muslim (1/90-91, no. 87) dalam Al-Iman, bab Syirik adalah dosa terbesar dan penjelasan yang terbesar setelahnya

[20] Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh aku melihat Rasulullah ﷺ setiap kali shalat shubuh, beliau mengangkat kedua tangannya sambil mendoakan atas mereka, yakni orang-orang yang telah membunuh mereka”. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra (2/211). An-Nawawi berkata, “Sanadnya shahih atau hasan.” (Al-Majmu’, 3/500).

[21] Terdapat mengangkat kedua tangan dalam doa istisqa, dan contohnya hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan di dalamnya, “Ketika Nabi ﷺ berkhutbah pada hari Jum’at, seorang Arab gunung berdiri lalu berkata, “Wahai Rasulullah telah hancur harta, keluarga telah lapar, maka berdoalah kepada Allah untuk kami, lalu beliau mengangkat kedua tangan beliau … Bukhari (2/501) dalam Al-Istisqa, bab Istisqa di Masjid Jami’, Muslim (2/612-613, no. 897) dalam Al-Istisqa, bab Doa dalam Istisqa dan selain mereka.

[22] Bukhari (1/349) dalam Wudhu, bab apabila dilemparkan kotoran di atas punggung orang yang shalat atau bangkai, tidak batal dengannya shalatnya

Artikel Terjemahan Kitab Akidahalquranislamtauhid

Navigasi pos

Previous post
Next post

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • FASE SEJARAH MANUSIA DI DALAM ALQURAN: PANDANGAN SYED ALI ASHRAF
  • PASAL II – AKAL; HAKIKAT DAN BATASANNYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
  • MARAQI AL-WA’YI
  • Perkataan Ulama di Level Berbeda Terkait Sifat “Al `Uluw” (Kemahatinggian Allah) Bagian 2
  • Perkataan Ulama Ahlussunnah Waljama`ah Terkait Sifat “Al-`Uluw” (Kemahatinggian Allah) (Bagian 3)
Juli 2025
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun    

ahli kitab (2) ahlussunnah (2) akal (2) Akidah (62) Al 'Uluw (2) Allah (4) alquran (28) barat (1) budaya (4) firqah (2) firqah najiyah (2) hadits (2) HAM (1) hidayah (1) ibadah (2) ibnu taimiyah (4) ilmu (33) imam ahmad (1) imam syafi'i (9) iman (2) islam (48) israiliyat (1) kalam (2) kristologi (5) ma'rifah (2) Mahatinggi (1) Maha Tinggi (1) manusia (2) pengetahuan (10) perdebatan (1) petunjuk (1) pluralisme (1) rububiyah (1) salaf (1) sejarah (4) studi (1) syubhat (1) tabiin (1) tafsir (2) tanya jawab (1) tauhid (40) taurat (3) teologi (1) tsaqafah (3) uluw (1)

©2025 AKIDAH.NET | WordPress Theme by SuperbThemes