Skip to content
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET

MENETAPKAN RUBUBIYAH ALLAH TA’ALA (Bag. 3)

Supriyadi Yusuf Boni, 26 Maret 2025

Sumber: Kitab Ma`arij al-Qabul Bisyarhi Sullami al-Wushul Ila Ilmi al-Ushul Fii at-Tauhid

Penulis:  Syeikh Hafidz bin Ahmad al-Hakami

Penerjemah: Supriyadi Yousep Boni.

Editor: Idrus Abidin

Sifat Allah Swt. yang lainnya adalah al-Fauqiyah (berada di atas). firman Allah Swt.:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۚ

Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. (QS. al-An’aam: 18). Firman Allah Swt.:

يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS. al-Nahl: 50).

Ketika Sa’ad bin Mu’adz r. a. menjatuhkan sanksi kepada Bani Quraizhah dengan pidana mati, keturunan mereka dipenjara dan harta mereka dijadikan ghanimah, Rasulullah Saw. bersabda:

لقد حكمت فيهم بحكم الملك من فوق سبعة أرقعة. و في لفظ: من فوق سبع سموات.

Artinya: Sanksi pidana yang engkau jatuhkan pada mereka sejalan dengan ketetapan sang Maha Raja dari atas langit yang tujuh lapis. Dalam redaksi lain disebutkan: “Dari atas langit yang tujuh lapis.”[1] Redaksi aslinya disebutkan dalam kitab Shahihain (shahih al-Bukhari dan Muslim) sedang redaksi ini adalah riwayat Ibnu Ishaq.

Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan dari Anas bin Malik r. a. berkata:

كانت زيتب رضي الله عنها تفتخر على أزواج النبي صلى الله عليه و سلم و تقول زوجكن أهاليكم و زوجني الله من فوق سبع سماوات.

Artinya: Zainab r. a. pernanh membanggakan dirinya di sekitar istri-istri Nabi saw lainnya sembari berkata: “Kalian dinikahkan dengan Rasulullah saw oleh orang tua dan keluarga kalian, sedang aku dinikahkan dengan Rasulullah saw oleh Allah Swt., langusng dari langit yang tujuh.”[2]

Dalam kitab Sunan Abi Dawud disebutkan hadits Jubair bin Muth’im r. a. berkata:

جاء أعرابي إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال: يا رسول الله جهدت الأنفس و ضاعت العيال و نهكت الأموال و هلكت الأنعام فاستسق الله لنا فإنا نستشفع بك الله و نستشفع بالله عليكز قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: ويحك أتدري ما تقول. و سبح رسول الله صلى الله عليه و سلم فما زال يسبح حتى عرف ذلك في وجوه أصحابه. ثم قال: و يحك، إنه لا يستشفع بالله على أحد من خلقه، شان الله أعظم من ذلك. و يحك أتدري ما الله. إن عرشه على سمواته لهكذا” و قال بأصبعه مثل القبة عليه. و إنه ليئط به أطيط الرحل بالراكب”

Artinya: Ada seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah Saw. sembari berkata: Wahai Rasulullah, kami telah amat lelah, anak-anak kelaparan, harta benda musnah, binatang ternak banyak yang mati, mohonlah hujan kepada Allah Swt. untuk kami. Sungguh, kami memintamu sebagai perantara kepada Allah dan Allah Swt. sebagai perantara kepadamu. Lalu Rasulullah Saw. menimpali: hati-hatilah, engkau sadarikah perkataanmu itu? Lantas Rasulullah Saw. bertasbih berulang kali hingga terlihat emosi di wajah Beliau. Kemudian Rasulullah bersabda: camkanlah, sungguh dilarang keras menjadikan Allah Swt. sebagai perantara kepada siapapun hamba-Nya, betapa berat pelanggarannya. Adakah engkau tahu siapa Allah Swt.? Sungguh Arsy-Nya dibanding langit berlapis saja sebesar ini. Beliau mentamsilkan dengan jarinya seperti Qubah. Seorang pejalan akan terasa sangat pelan.

Ibnu Basysyar menyatakan dalam haditsnya: sesungguhnya Allah bersemayam di atas Arsy dan Arsy-Nya berada di atas langit.”[3] Beliau juga meriwayatkan dari jalur al-Abbas bin Abdul Mutthalib ra berkata:

كنت في البطحاء في عصابة فيهم رسول الله صلى الله عليه و سلم فمرت بهم سحابة فنظر إليها فقال: ما تسمون هذه، قالوا السحاب قال: و المزن، قالوا و المزن، قال: و العنان قالوا: و العنان. قال ابو داود و لم أتقن العنان جيدا. قال: قل تدرون ما بعد ما بين السماء و الأرض؟ قالوا: لا ندري، قال: إن بعد ما بينهما إما واحدة أو اثنتان أو ثلاث و سبعون سنة، ثم السماء فوقها طذلك حتى عد سبع سموات ثم فوق السماء السابعة بحر بين أسفله و أعلاه مثل ما بين سماء إلى سماء، ثم فوق ذلك ثمانية أوعال بين أظلافهم و ركتهم مثل ما بين سماء إلى سماء، ثم على ظهورهم العرش بين أسفله و أعلاه مثل ما بين سماء إلى سماء، ثم الله تبارك و تعالى فوق ذلك.

Artinya: saya pernah berada di padang pasir bersama pasukan Rasulullah Saw. di mana awan menaungi mereka lantas Rasulullah Saw. mendongak sembari bersabda: kalian namai apa itu? Mereka menjawab: awan. Beliau berkata; ini adalah al-Muznu (mega). Mereka berkata keheranan: apa itu al-Muznu? Beliau jawab al-Anan (mendung). Mereka bertanya lagi: apa itu al-Anan. Kemudian Abu Dawud menyatakan, saya sendiri tidak tahu persis apa al-Anan itu.

Kemudian Rasulullah Saw. bertanya: adakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi? Mereka menjawab: kami tidak tahu. Beliau bersabda: sungguh jarak antara langit dan bumi adalah selama tujuh puluh satu atau dua atau tiga tahun perjalanan. Lalu jarak antara langit pertama dengan berikutnya sama seperti itu hingga langit yang ketujuh. Setelah langit ketujuh ada lautan yang jarak antara permukaan dan dasarnya seperti jaraka antar dua langit. Lalu di atasnya ada delapan penyangga di mana jarak antara ujung dengan pangkalnya seperti jarak antara dua langit. Kemudian di atasnya ada Arsy yang jarak antara bahagian bawah dengan bahagian atasnya setara dengan jarak antara dua langit, sedang Allah Swt. berada lebih tinggi dari itu semua.” Imam Ahmad menambahkan redaksi: “Namun tiada satupun persoalan anak cucu Adam yang tersembunyi dari Allah.”[4]

Dalam kitab Sunan Ibnu Majah dari hadits Jabir bin Abdillah r. a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

بينا اهل الجنة في نعيمهم إذ سطع لهم نور فرفعوا رؤوسهم فإذا الرب قد أشرف عليهم من فوقهم فقال: السلام عليكم يا أهل الجنة. قال: و ذلك قول الله عز و جل: سلام قولا من رب رحيم. قال فينظر إليهم و ينظرون إليه فلا يلتفتون إلى شيئ من النعيم ما داموا ينظرون إليه حتى يحتجب عنهم و يبقى نوره و بركته في ديارهم.

Artinya: “ketika penduduk surga sedang menikmati fasilitas surga, tetiba muncul cahaya terang, lantas mereka pun mendongak lalu melihat Allah Swt. yang sedang hadir sembari berfirman: assalamu alaikum wahai penduduk surga. Beliau berkata; itu adalah tafsir dari firman Allah Swt. سلام قولا من رب رحيم  (Ucapan salam yang berasal dari Rabb yang maha Penyayang). Beliau melanjutkan, penduduk surga memandang kepada Allah Swt. dan Allah Swt. memandangi mereka. Mereka tidak teralihkan karena kenikmatan yang tinggi mereka rasakan hingga akhirnya pandangan mereka terhijab lalu tersisa cahaya dan berkah meliputi rumah mereka.”[5] Hanya saja dalam sanadnya terdapat al-Raqqasyi yang dinilai lemah, walaupun makna haditsnya dikuatkan oleh al-Qur’an dan sunnah.

Dalam hadits al-Syafa’ah yang panjang disebutkand ari Anas bin Malik r. a. dari nabi Saw. bersabda:

فأدخل على ربي تبارك و تعالى و هو على عرشه.

Artinya: “lalu Allah Swt. menyapaku dari atas Arsy-Nya”.[6] Dalam beberapa redaksi riwayat al-Bukhari dalam kitab Shahihnya disebutkan:

فأستأذن على ربي في داره فيؤذن لي عليه.

Artinya: “Lalu aku meminta izin kepada Rabku (Allah) untuk ke Daar (Arsy)-Nya dan Allah Swt. izinkan aku.”[7] Abdul Haq mencoba menggabungkan riwayat ini dengan yang tertera dalam kitab Shahihain mengatakan: redaksi yang menyebutkan fi daarihi (di Daar-Nya) dimaksudkan tiga tempat syafa’at yang sekaligus tempat sujud.

Dari Umair bin Abdul Malik berkata: Ali r. a. pernah berkhutbah dan berkata: sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah mengabarkan kepadaku bahwasa Allah Swt. berfirman:

و عزتي و جلالي و ارتفاعي فوق عرشي ما من أهل قرية و لا بيت و لا رجل ببادية كانوا على ما كرهت من معصيتي فتحولوا عنها إلى ما أحببت من طاعتي إلا تحولت لهم عما يكرهون من عذابي إلى ما يحبون من رحمتي.

Artinya: “Demi Kemulianan-Ku, Keagungan-Ku dan ketinggian-Ku dai atas Arsy-Ku, tidaklah salah seorang penduduk satu desa dalam satu rumah di pedalaman yang melakukan perbuatan yang aku benci lalu dia tinggalkan desa itu dengan maksud agar bisa lebih ta’at kepadaku, niscaya aku ubah balasan untuk mereka dari adzab pedihku yang mereka takuti menjadi rahmat yang mereka buru.” Hadits ini dirwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Arsy dan al-Assal dalam kitab al-Ma’rifah namun dilemahkan oleh al-Dzahabi.[8]

Dari Jabir bin Sulaim berkata: saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

إن رجلا مم كان قبلكم لبس بردين فتبختر فنظر الله إليه من فوق عرشه فمقته، فأمر الأرض فاخذته فهو يتجلجل فيها.

Artinya: Dahulu ada orang yang mengenakan dua burdah sembari bersikap sombong lalu Allah Swt. murka padanya, lanta bumi diperintahkan untuk menenggelamkannya.”[9] Diriwayatkan oleh al-Darimi. Hadits ini didukung oleh riwayat lain dalam al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah, r. a.

Dalam hadits Imran bin Hushain tentang awal mula penciptaan disebutkan:

كان الله عز و جل على العرش و كان قبل كل شيئ و كتب في اللوح المحفوظ كل شيئ يكون.

Artinya: “Allah Swt. bersemayam di atas Arsy sebelum adanya sesuatu kemudian mencatat segala sesuatu di Lauh al-Mahfudz”.[10] Haidts ini shahih disebutkan oleh al-Bukhari. Dari Abdullah bin Mas’ud disebutkan:

إن العبد ليهم بالأمر من التجارة أو الإمارة حتى ييسر له نظر الله له من فوق سبع سموات فيقول للملائكة أصرفوه عنه فإن بسرته له أدخلته النار.

Artinya: “Ada diantara manusia yang tertarik menggeluti dunia dagang atau dalam dunia pemerintahan kemudian Allah Swt. mudahkan jalannya dari langit yang tujuh sembari berfirman kepada Malaikat jauhkan orang itu darinya agar dia tidak terjebak masuk ke dalam neraka.”. diriwayatkan oleh al-Baghawi. Imam al-Dzahabi tidak memberi komentar apa-apa terkait riwayat ini.[11]

Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Mas’ud berkata: “Arsy Allah Swt. berada di atas air sedang Allah Swt. bersemayam di atas Arsy melihat segala perilaku manusia.” al-Dzahabi mengatakan riwayat ini disebutkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam kitab al-Sunnah, Abu Bakar bin al-Mundzir, Abu Ahmad al-Assal, Abu al-Qasim al-Thabarani, Abu al-Syaikh, Abu al-Qasim al-Lalika’i, Abu Amru al-Thalamnaki, Abu Bakar al-Baihaqi dan Abu Umar bin Abdil Barr dalam karya mereka masing-masing dengan sanad yang shahih.[12]

Ibnu Abi Syaibah menyebutkan bahwasanya Hassan bin Tsabit pernah melantunkan sebuah sya’ir:[13]

‌شَهِدْتُ ‌بِإِذْنِ ‌اللَّهِ أَنَّ مُحَمَّدًا … رَسُولُ الَّذِي فَوْقَ السَّمَاوَاتِ مِنْ عَلُ
وَأَنَّ أَخَا الْأَحْقَافِ إِذْ قَامَ فِيهِمُو … يَقُولُ بِذَاتِ اللَّهِ فِيهِمْ وَيَعْدِلُ
وَأَنَّ أَبَا يَحْيَى وَيَحْيَى كِلَاهُمَا … لَهُ عَمَلٌ مِنْ رَبِّهِ مُتَقَبَّلُ

Saya bersaksi karena taufik Allah bahwa Muhammad

Adalah utusan Dzat yang Maha Mulia di langit

            Dan bahwa saudara al-ahqaf tegaskan pada mereka

                        Tentang dzat Allah Swt. secara benar dan proporsional

            Dan bahwa Abu Yahya dan Yahya berdua

                        Amalan keduanya diterima berkat karunia Allah.

Bukti lain yang menunjukkan sifat kemahatinggian Allah Swt. adalah adanya dalil-dalil tegas yang menunjukkan Allah Swt. berada di atas langit. Firman Allah Swt.:

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ. أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang? atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (QS. al-Mulk: 6-7).

Dalam kitab shahihain disebutkan dari Abu Sa’id al-Khudri r. a. bahwa Ali bin Abi Thalid r. a. pernah mengirim sebatang emas yang masih terbalut tanah dari Yaman kepada Rasulullah Saw. lalu membagikannya kepada empat orang, yakni; Uyainah bin Badr, Aqra’ bin Habis, Zaid al-Khail dan yang keempat Alqamah atau Amr bin Thufail. Melihat hal itu, salah seorang bertanya; kami lebih berhak menerima emas itu ketimbang orang-orang ini.” mendengar itu Rasulullah Saw. bersabda:

ويلك أولست أحق أهل الآرض أن يتقي الله؟ قال فلما ولي الرجل قال خالد بن الوليد: يا رسول الله ألا أضرب عنقه؟ قال: لا، لعله أن يكون يصلي. فقال خالد: و كم من مصل يقول بلسانه ما ليس في قلبه. قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: إني لم أومر أن أنقب قلوب الناس و لا أشق بطونهم. قال ثم نظر إليه وهو مقف فقال: أنه يخرج من ضئضئي هذا قوم يتلون كتاب الله رطبا لا يجاوز حناجرهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية. و أظنه قال: لئن أدركتهم لأقتلنهم قتل ثمود.

“Tidakkah kalian percaya padaku sedang aku adalah orang kepercayaan Dzat terpercaya yang di langit? wahyu datang padaku di pagi atau di sore hari.” Tetiba seorang lelaki bermata cekung, tulang pipinya cembung, dahinya menonjol dan berjenggot tipis, berkepala gundul sembari mengenakan ikat pinggang berdiri seraya berseru: berlaku adillah wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah saw menimpali; Celakalah engkau, bukankah aku yang paling bertakwa diantara seluruh penduduk bumi? Kemudian orang itu beranjak dari tempatnya.

Melihat itu, Khalid bin Walid berucap bernada bermohon; biarkan saya tebas batang lehernya wahai Rasulullah. Namun beliau menjawab: jangan, mana tahu dia masih mendirikan shalat. Khalid bergumam: berapa banyak orang yang shalat yang ucapannya tidak sejalan dengan kata hatinya. Rasulullah saw bersabda: Aku tidak diperintah untuk menguak bisikan hatinya atau merobek isi perutnya.

Melihat orang itu berlalu, Rasulullah saw bersabda: sungguh akan lahir dari orang ini keturunan yang membaca al-Qur’an namun hyanya sebatas tenggorokan mereka. Mereka terbuang dari agama seperti lepasnya anak panah dari busurnya. Saya juga menduga beliau bersabda: Seandainya aku hadir di masa itu, aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Tsamud dibinasakan.”[14]

Dari Mu’awaiyah bin al-Hakam dalam hadits yang panjang disebutkan: dahulu saya memiliki seorang budak wanita bertugas mengembala kambing sebelum peristiwa Uhud. Suatu hari saya melihat seekor srigala memangsa seekor domba dan membuatku sedih sebagaimana umumnya bani Adam lalu saya mensanksinya. Kemudian saya menemui Rasulullah Saw. dan mengabarkan hal itu kepadanya dan ternyata hal itu membuatnya marah. Kemudian saya berkata: apakah sebaiknya saya merdekakan dia wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab:

ائتني بها: فأتيت بها فقال لها: أين الله؟ قالت: في السماء، قال: من أنا؟ قالت: أنت رسول الله صلى الله عليه وسلم. قال: اعتقها فإنها مؤمنة.

Artinya: hadapkan dia kepadaku, lalu aku mengantarnya menghadap Rasulullah Saw. lalu Rasulullah Saw. bertanya kepadanya: di mana Allah Swt.? Dia jawab: di langit. Rasulullah bertanya lagi: lantas siapa saya menurutmu? Dia jawab: engkau adalah seorang rasul Allah. Rasulullah bersabda: merdekakan dia karena dia seorang mukmin.” Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, al-Nasa’i, dan lebih banyak lagi dalam karya mereka masing-masing.[15]

Dari Abu al-Darda’ r. a., ia mengatakan; saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

من اشتكى منكم شيئا أو اشتكاه أخ له فليقل: ربنا الله الذي في السماء، تقدس اسمك، أمرك في السماء و الأرض، كما رحمتك في السماء فاجعل رحمتك في الأرض، اغفر لنا حوبنا و خطايانا أنت رب الطيبين، أنزل رحمة من رحمتك و شفاء من شفاءك على هذا الوجع، فيبرأ.

Artinya: tiada seorang yang mengeluhkan sesuatu atau mengeluhkan seseorang maka hendaklah ia berucap: wahai Rabb yang di langit, Maha Suci nama-Mu, keputusan-Mu berlaku di langit dan di bumi, sebagaimana rahmat-Mu memenuhi langit maka penuhi pula bumi ini dengan rahmat-Mu, ampuni segala kesalahan dan dosa kami karena engkau adalah Rabbnya orang-orang baik, turunkanlah salah satu rahmat diantara sekian banyak rahmat-Mu yang begit melimpah, dan kesembuhan pada penyakit yang menimpaku ini, maka niscaya dia akan disembuhkan.”[16] Diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Dari Abdullah bin Amru ra berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن، ترحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء. الرحم شجنة من الرحمن، فمن وصلها وصله الله و من قطعها قطعه الله.

Artinya: orang-orang yang mengasihi sesama akan dikasihi oleh ar-Rahman. Maka kasihilah seluruh yang ada di bumi niscaya kalian dikasihi oleh dzat yang ada di langit. Dinamai Rahim karena berasal dari ar-Rahman, siapa saja menyambungnya akan dijaga oleh Allah dan siapa saja yang memutuskannya niscaya Allah Swt. pun akan putuskan hubungan dengannya.” Riwayat al-Tirmidzi dan berkata: hadits ini termasuk hasan shahih.[17]

Al-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Umran bin Hushain r. a. berkata; Rasulullah Saw. berkata kepada ayahku:

يا حصين، كم تعبد اليوم إلها؟ قال: سبعة، ستة في الأ رض و واحدة في السماء. قال: فايهم تعد لرغبتك و رهبتك؟ قال الذي في السماء. قال: يا حصين اما غنك لو أسلمت علمتك كلمتين تنفعانك، قال فلما أسلم حصين قال: يا رسول الله علمني الكلمتين اللتين وعدتني، فقال: قل اللهم ألهمني رشدي و أعذني من شر نفسي.

Artinya: wahai Hushain, berapa jumlah tuhan yang engkau sembah setiap hari? dia jawab: tujuh tuhan, enam di bumi dan satu di langit. Rasulullah Tanya lagi: yang mana yang engkau mohon penuhi keinginamu dan hindarkanmu dari ketakutan. Dia jawab: tuhan yang di langit.

Beliau saw tegaskan, wahai Hushain andai engkau telah berislam maka akan aku ajarkan negkau dua kalimat yang sangat penting bagimu. Lalu setelah Hushain memeluk islam, dia berkata: wahai Rasulullah, sekarang ajarkan aku dua kalimta yang engaku janjikan dulu. Rasulullah saw bersabda: ya Allah, bimbing jiwaku dan jauhkan aku dari keburuka nafsuku.” Al-Tirmidzi mengatakan hadits ini termasuk hasan gharib. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imran bin Hushain dari jalur lain.[18]

Dari Abu Hurairah r. a. berkata; Rasulullah Saw. bersabda:

والذي نَفْسي بيدِهِ، ما مِن رجُلٍ يدعو امرأتَهُ إلى فِراشِهِ، فتَأْبى عليه، إلَّا كان الذي في السَّماءِ ساخطًا عليها حتَّى يَرْضى عنها

Artinya: Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tiada suami yang mengajak istrinya ke tempat tidur lantas sang istri menolak maka dzat yang di langit murka padanya hingga sang suami memaafkannya.” Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya.[19]

Dari Ibnu Umar r. a. berkata: pernah kami duduk-duduk di ruang terbuka bersama Rasulullah Saw. lalu tetiba salah seorang putrinya berlalu, lantas Abu Sofyan mengejek: perumpamaan Muhammad di kalangan Bani Hasyim seperti buah Raihanah di tumpukan sampah. Mendengar itu, sang putri melapor ke Rasulullah Saw., kemudian beliau keluar lantas berkhutbah di atas mimbar bersabda:

ما بالُ أقوالٍ تَبْلُغُنِي عن أقوامٍ، إن اللهَ خلق السمواتِ سَبْعًا فاختار العُلْيا منها، وأَسْكَن سائرَ سمواتِه مَن شاء من خَلْقِهِ، وخلق الأرَضِينَ سَبْعًا فاختار العُلْيا منها فأَسْكَنَها من شاء من خَلْقِهِ، ثم خلق الخَلْقَ واختار من الخَلْقِ بني آدمَ، واختار من بني آدمَ العربَ، واختار من العربِ مُضَرَ، واختار من مُضَرَ قريشًا، واختار من قريشٍ بني هاشمٍ، واختارني من بني هاشمٍ فأنا خِيَارٌ من خِيَارٍ ، فمن أَحَبَّ العربَ فبِحُبِّي أَحَبَّهم، ومن أَبْغَضَ العربَ فبِبُغْضِي أَبْغَضَهم

Artinya: ada apa gerangan ungkapan seseorang yang sampai padaku, sungguh Allah Swt. menciptkaan tujuh langit lalu memilih yang tertinggi dan menempatinya. Lalu makhluk lain diizinkan Allah menghuni langit, Kemudian Allah mengistimewakan Bani Adam diantara semua makhluknya, lalu mengistimewakan bangsa Arab di antara bani Adam, kemudian mengistimewakan Bani Mudhar di antara bangsa Arab, lalu istimewakan Quraisy diantara bani Mudhar, lalu istimewakan Bani hasyim diantara Quraisy dan istimewakan aku di antara Bani Hasyim. Jadi saya akan terus menjadi teristimewa dari dan kaum teristimewa. Siapa yang senang dengan quaraisy maka senangi mereka dan siapa yang benci Arab maka saya pun benci dia.” Al-Dzahabi mengatakan hadits ini munkar diriwayatkan oleh jama’ah dan kitab sunnah, Ibnu Khuzaimah dalam kitab al-Tauhid.[20]

Dari Abu Hurairah r. a. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:

الميت تحضره الملاءكة فإذا كان الرجل الصالح قالوا اخرجي ايتها النفس المطمئنة كانت في الجسد الطيب، اخرجي حميدة و أبشري بروح و ريحان و رب غير غضبان. فيقول ذلك حتى يعرج بها إلى السماء التي فيها الله عز و جل.

Artinya: menjelang kematian setiap orang akan didatangi oleh Malaikat. Jika dia orang shaleh mereka berucap, keluarlah engkau wahai jiwa yang tenang dari jasad yang baik. Keluarlah dengan penuh kemuliaan, dan berbahagialah dengan balasan surga dan tanpa murka Allah Swt. Mereka terus mengucapkan hal itu hingga jiwa tersebut diangkat ke langit, tempat Allah Swt. bersemayam.” Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Jarir dan redaksi ini adalah ungkapan Ibnu Jarir.[21] Penjelasan mengenai peristiwa kematian dalam alam kubur disebutkan oleh banyak hadits dan akan dirincikan pada lembaran-lembaran berikutnya.

Dari Ibnu Abbas r. a. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:

لما أسري بي مررت برائحة طيبة فقلت يا جبريل ما هذه الرائحة الطيبة؟ قالك هذه رائحة ماشطة ابنة فرعون و أولادها كانت تمشطها فوقع المشط من يدها فقالت بسم الله تعالى. فقالت ابنته: أبي؟ قالت: لا، و لكن ربي و رب أبيك الله. فقالت أخبر بذلك أبي؟ قالت نعم. فأخبرته فدعا بها فقال: من ربك؟ هل لك رب غيري؟ قالت: ربي و ربك الله الذي في السماء. فأمر ببقرة من نحاس فاحميت ثم دعا بها و بولدها فألقاهما فيها.

Artinya: ketika dalam perjalanan isra’, saya melalui tempat harum mewangi lalu saya bertanya: dari mana sumber aroma wangi ini wahai Jibril? Dia jawab: ini adalah wanginya Masyithah putri Fir’aun bersama putra-putrinya. Dahulu, sisir pernah terlepas dari tangannya lalu dia berucap Bismillah ta’ala, lalu putrinya bertanya: di mana engkau posisikan ayahku? Dia jawab: dia bukan tuhan. Ketahuilah, tuhanku dan tuhannya ayahmu adalah Allah Swt.

Sang putri tersebut berucap akan saya laporkan ini kepada ayahku. Masyithah pun mengizinkannya. Lalu putri menyampaikan itu ke Fir’aun dan meminta Masyithah menghadap kepadanya. Fir’Aun berkata: siapa tuhanmu wahai Masyithah? Adakah tuhan selain aku? Masyithah jawab: tuhanku dan tuhanmu adalah Allah Swt. yang bersemayam di langit. Mendengar itu, Fir’aun lantas perintahkan membuat tungku besar yang terbuat dari baja lalu diletakkan di atas air mimbara. Kemudian Masyithah beserta putra-putrinya dimasukkan satu persatu ke dalam tungku secara bergiliran.”[22] Diriwayatkan oleh al-Darimi dan Abu Ya’la al-Mushili. Al-Dzahabi mengatakan: sanad hadits ini hasan.

Dari Abu Hurairah r. a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

لما القي إبراهيم عليه السلام في النار قال: اللهم إنك واحد في السماء و أنا واحد في الأرض أعبدك.

Artinya: kala Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api berkobar, beliau berdo’a: ya Allah, engkau esa di langit dan saya sendirian menyembah-Mu di bumi. Diriwayatkan oleh al-Darimi dalam kitab al-Naqdh. Al-Dzahabi mengatakan hadits ini hasan sanadnya.[23]

Dari Abu Hurairah r. a. dari nabi Saw. bersabda:

إن الله إذا أحب عبدا نادى جبريل, يا جبريل إني أحب فلانا فأحبه فيحبه جبريل فينادي جبريل في أهل السماء إن الله يحب فلانا فأحبوه فيحبه أهل السماء ثم يوضع له القبول في الأرض فيحبه كل أهل الأرض.

Artinya: apabila Allah Swt. menyukai seorang hamba maka Jibril dipanggil dan diberitahu bahwa Allah suka orang ini maka sukailah ia. Orang itupun disukai Jibril. Setelah itu Jibril menyampaikan ke penduduk langit bahwa Allah Swt. sukai orang ini maka sukailah ia dan penduduk langit pun menyukai orang tersebut. Kemudian orang itu dikagumi oleh penduduk bumi.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.[24]

وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : إِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُوحِيَ بِالْأَمْرِ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ أَخَذَتِ السَّمَاوَاتِ مِنْهُ رَجْفَةٌ، أَوْ قَالَ رِعْدَةٌ شَدِيدَةٌ خَوْفًا مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ أَهْلُ السَّمَاوَاتِ صَعِقُوا وَخَرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيُكَلِّمُهُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ، ثُمَّ يَمُرُّ جِبْرِيلُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ كُلَّمَا مَرَّ بِسَمَاءٍ سَأَلَهُ مَلَائِكَتُهَا مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيلُ؟ فَيَقُولُ : قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ، فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَمَا قَالَ جِبْرِيلُ، فَيَنْتَهِي جِبْرِيلُ بِالْوَحْيِ إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَالطَّبَرَانِيُّ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَاللَّفْظُ لَهُ.

Dan dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila Allah hendak memutuskan suatu perintah, maka Allah berfirman mengutarakannya; dan apabila Allah berfirman, maka semua langit bergetar atau berguncang keras karena takut kepada Allah ﷻ. Dan apabila penduduk langit mendengar firman itu, maka mereka pingsan dan bersujud kepada Allah. Dan mula-mula malaikat yang mengangkat kepalanya adalah Jibril a.s. Lalu Allah berfirman kepada Jibril mengutarakan perintah yang dikehendaki-Nya. Lalu Jibril a.s. turun menjumpai para malaikat; setiap kali ia melewati suatu langit, maka para penduduknya menanyainya, “Hai Jibril, apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kita?” Maka Jibril a.s. menjawab, “Kebenaran belaka, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” Dan mereka mengucapkan hal yang sama seperti apa yang disampaikan oleh Jibril. Lalu Jibril dalam membawa wahyu itu sampai ke tempat yang diperintahkan oleh Allah.”[25] Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Khuzaimah, Ath-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim, dan redaksi ini ada padanya.

Dan diantaranya adalah disebutkan secara jelas dengan pengkhususan sebagian sesuatu bahwa ia di sisi-Nya. Allah ﷻ berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ

“Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.” (QS. Al-A’raf : 206).

Dan Allah ﷻ berfirman :

وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ

“Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.” (QS. Al-Anbiya : 19).

Dan Allah ﷻ berfirman :

فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ

“Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (QS. Fussilat : 38).

Dan Allah ﷻ berfirman :

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran : 169).

Dan Allah ﷻ berfirman :

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ

“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya … dst” (QS. At-Tahrim : 11).

Dan di dalam kitab dua shahih :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لَمَّا قَضَى الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah ketika menetapkan ciptaan Ia menulis di sisi-Nya di atas arsy-Nya ‘Sesungguhnya rahmat-Ku telah mengalahkan kemurkaan-Ku’”.[26]

Dan pada riwayat Muslim dari Abu Hurairah dalam hadits yang panjang :

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِي مَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, saling mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat meliputi mereka, para malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut mereka pada yang ada di sisi-Nya.”[27]

Dan di dalam dua kitab shahih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi ﷺ bersabda :

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي فَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

“Allah ta’ala berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia mengingat-Ku. Jika ia menyebut-Ku pada dirinya sendiri, maka Aku menyebutnya pada diri-Ku, dan jika ia menyebut-Ku pada suatu kelompok, maka Aku menyebutnya pada suatu kelompok yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya satu hasta, dan jika ia mendekat kepadaku sehasta, maka aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia datang kepada-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari.” [28]

Dan dalam shahih Muslim :

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ إِلَى أَنْ قَالَ : ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ : أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا؟ قَالَ : يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الْأُوَلَ وَيَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ

Dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah ﷺ keluar melewati kami, dan ia menyebutkan hadits hingga ia berkata, Kemudian beliau keluar menemui kami seraya bersabda, ‘Mengapa kalian tidak berbaris sebagaimana malaikat berbaris di sisi Rabb-nya?’ Maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana malaikat berbaris di sisi Rabb-nya?’ Beliau bersabda, ‘Mereka menyempurnakan barisan awal dan menempelkan diri dalam barisan.’”[29]

Dan dalam riwayat keduanya :

عَنْ أَبَى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى عِنْدَ رَبِّهِمَا عَزَّ وَجَلَّ فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Adam dan Musa saling berdebat di sisi Rabb mereka berdua ﷻ, maka Adam mendebat Musa.”[30] Dan ia menyebutkan hadits, dan akan datang insya Allah selengkapnya.


[1] Disebutkan al-Dzahabi dalam kitab al-Uluwwu dari riwayatnya dari jalur Muhammad bin Ishaq, hl. 32 dan menyatakan hadist ini mursal. Akibat adanya al-inqitha’ (terputus) antara Ma’ad bin Ka’ab bin Malik dengan Sa’ad. karena Ma’ad seorang Tabi’i sedang Sa’ad meninggal di masa hidup Rasulullah Saw. Dan dari jalurnya diriwayatkan oleh al-Maqdisy dalam kitab Itsbaat al-Uluw, no. 39. Ada hadits pendukung lain yang disebutkan oleh al-Nasa’i dalam kitab al-Sunanu al-Kubra. Lihat kitab Tuhfatu al-Asyraaf, no 3881 dan kitab al-Uluw, hal 32 dari jalur Sa’ad bin Ibrahim bin Abdul Rahman bin ‘Auf dari Amir bin Sa’ad dari ayahnya dari Sa’ad secara marfu’. Al-Dzahabi menyatakan hadit ini shahih.

[2] HR. Bukhari, 13/403-404, bab firman Allah Swt. و كان عرشه على الماء و هو رب العرش العظيم dan al-Tirmidzi, 5/354-355, no. 3213 dalam pasal Tafsir al-Qur’an, bab 34 dan menyatakan: hadits ini termasuk hasan shahih.

[3] Hadits lemah. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 4/232/4726 dalam pasal al-Sunnah, bab al-Jahamiyah. Juga Abu Sa’id al-Darimi, no. 71, Ibnu Khuzaimah, hal. 103-104, Ibnu Abi Ashim dalam kitab al-Sunnah, 575-576, al-Baihaqi dalam kitab al-Asma’ wa al-Shifat, hal. 417, al-Baghawi dalam kitab Syarhu al-Sunnah, 1/175-176 dan selainnya. Sanadnya lemah karena Ibnu Ishaq di mana ditengarai mudallis lalu meriwayatkannya dengan mu’an’an. Sedang Jubair bin Muhammad bin Jubair masih dianggap doterima riwayatnya jika ada riwayat pendukung.

[4] Lemah diriwayatkan oleh Ahmad, 1/207, Abu Dawud, 4/231/ 4723 dalam kitab al-Sunnah bab al-Jahamiyah. Ibnu Majah, 1/69/193 dalam al-Muqaddimah. Dan al-Darimi dalam kitab al-Raddu ala al-Marisi, hal 90-91, juga dalam kitab al-Raddu ala al-Jahamiyah, no, 72 dan al-Hakim, 2/412 dan selainnya dari hadits Abdullah bin Umairah dari al-Ahnaaf bin Qais dari al-Abbas. Abdullah bin Umairah termasuk perawi maqbul (diterima) apabila ada riwayat pendukung.

[5] Lemah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah, 1/88/185 dalam kitab al-Muqaddimah, al-Ajurri dalam kitab al-Syari’ah, hal. 267, Ibnu Adi dalam kitab al-Kaamil, 6/2039, al-Uqaili dalam kitab al-Dhu’afa’ al-Kabir, 2/274-275, Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudhu’aat, 3/261-262, al-Lalika’i dalam kitab Syarhu Ushuli al-I’tiqad, no. 836, Abu Na’iim dalam kitab Shifatu al-Jannah, no. 91, al-Dailami dalam kitab al-Firdaus, 2/14, semuanya dari hadits al-Fadhl al-Raqqasyi dari Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir. Sedang riwayat al-Fadhl termasuk hadits Munkar.

[6] HR. al-Maqdisi dalam kitab Itsbat Shifati al-Uluww, no. 42 dan al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww, hal 32. Akan tetapi sanadnya terhitung lemah karena adanya Zaidah bin Abi al-Raqqad yang dinilai perawi lemah. Ibnu Hajar malah mengatakan dia termasuk munkar al-hadits. Al-Dzahabi mengatakan; diriwayatkan Abu Ahmad al-Assal dalam kitab al-Ma’rifah dengan sanad yang kuat dari Tsabit dari Anas di mana disebutakn: “lalu aku menuju pintu surga dan dibukakanlah untuk, lalu Allah Swt. menyapanku dari atas Kursi-Nya lalu aku tunduk sujud kepada-Nya.”

[7] HR. Bukhari, 13/422 dalam pasal al-Tauhid, bab firman Allah Swt.: وجوه يومئذ ناضرة إلى ربها ناظرة (Pada hari itu wajah mereka berbinar karena mereka memandang Rabb mereka), dan Ahmad, 3/244 serta Ibnu Khuzaimah dalam kitab al-Tauhid, hal. 248.

[8] Lihat Kitab al-Arsy karya Ibnu Abi Syaibah, no. 19 dan kitab al-Ma’rifah karya al-Assal, hal. 53 di mana di dalam sanadnya terdapat al-Haitsam bin al-Asy’ats. Al-Dzahabi menilainya tidak dikenal dan karenanya sanad riwayat ini dihukumi lemah.

[9] HR al-Darimi dalam kitab al-Raddu ala al-Marisi, hal. 49 dan al-Maqdisi dalam kitab Shifatu al-Uluww, bo. 36 sebagaimana disebutkan pula oleh al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww, hal. 36 sembari berkata hadits ini layyin. Menurut saya, penyebabnya karena adanya Abdul Salam bin Ajlaan dimana Ibnu Hibban menilainya salah dalam meriwayatkan. Lihat kitab al-Lisaan, 4/16 namun hadits ini dishahihkan oleh al-Darimi.

[10] Sudah disebutkan takhrijnya pada halaman sebelumnya.

[11] Lihat kitab al-Uluww karya al-Dzahabi, hal. 48. Semua perawinya tsiqah menurut al-Baghawi. Namun ternyata ada diskoneksi antara Khaitsamah bin Abdul Rahman dan Ibnu Mas’ud r. a. karena keduanya tidak bertemu. Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkannya dari jalur Khaitsumah dalam kitab al-Raddu ala al-Jahamiyah, no. 80. Imam al-Dzahabi mengatakan, al-Lalika’i meriwayatkannya melalui sanad yang kuat. Ibnu al-Qayyim dalam kitab al-Juyusyu al-Islamiyah, hal 100 mengatakan, sanadnya shahih

[12] Lihat kitab al-Uluww hal 63-64 dari jalur Ashim bin Bahdalah dari Zirr bin Hubaisy. Sedang riwayat Ashim tergolong hasan.

[13] Disebutkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannafnya, 8/507, al-Maqdisi dalam kitab al-Uluww, no. 37, al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww, hal. 40. Al-Haitsami mengatakan: diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam kitab al-Majma’, 1/24. Riwayat ini tergolong mursal sebagaimana dikatakan juga oleh al-Dzahabi. Titik mursalnya adalah pada Habiib bin Abi Tsabit dan Hassan.

[14] HR. Bukhari, 6/376 dalam pasal al-Anbiya, bab firman Allah Swt. و إلى عاد أخاهم هودا dan Muslim, no. 1064 dalam pasal Zakat, bab Kaum Khawarij beserta ciri-cirinya.

[15] HR. Muslim, 1/381-382/ 537 dalam pasal masjid dan tempat shalat, bab dilarang bicara dalam shalat, Abu Dawud, 1/244-245/ 930 dalam pasal shalat bab menjawab orang bersin dalam shalat, al-Nasa’i, 3/14-18 dalam pasal shalat bab hukum bicara dalam shalat.

[16] HR. Abu Dawud, 3/12/3892 dalam pasal kedokteran bab cara ruqyah. Al-Nasa’i dalam kitab Amalan harian, no. 1038, al-Darimi dalam kitab al-Raddu ala al-Marisi, hal. 104, Ibnu Hibban dalam kitab al-Dhu’afa’, 1/108, al-Hakim, 1/244, Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil, 3/1054. Al-Hakim berkata; imam al-Bukhari dan Muslim menerima semua perawi hadits ini kecuali Ziyadah bin Muhammad sang guru negeri Mesir karena sedikit meriwayatkan hadits. Al-Dzahabi mengatakan: Ziyadah dinilai haditsnya munkar sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Mizan terutama jika dia bersendirian meriwayatkan hadits. Diriwayatkan pula oleh al-Nasa’i dalam kitab Amal al-Yaumi wa al-lailah, no. 1035 dari jalur Thalq bin Habib dari ayahnya secara marfu’ di mana sanadnya dinilai bagus sampai Thalq, sementara Habib al-Anazi yang juga ayahnya Thalq dinilai majhul. Diriwayatkan pula olehnya dari jalur Thalq dari seseorang dari penduduk Syam dari ayahnya, no. 1036 dan Ibnu Hajar menegaskan jalur ini yang terbaik sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Ishabah, 310. Diriwayatkan pula oleh Ahmad, 6/20-21 dari jalur Fudhalah bin Ubaid namun di dalamnya ada Abu Bakar bin Abi Maryam yang dinilai lemah.

[17] HR. Tirmidzi, 4/323/1924 dalam pasal al-Birru wa al-Shilah bab perintah mengasihi kaum muslimin dan berkata hasan shahih. Abu Dawud, 4/285/4941 dalam pasal al-Adab bab kasih sayang. Ahmad 2/160, al-Humaidi dalam kitab Musnadnya, no. 591, al-Bukhari dalam kitab al-Tarikhu al-Kabir, 9/64, al-Darimi dalam kitab al-Naqdh, hal. 104, al-Khathib dalam kitab Tarikhnya, 3/260, al-Hakim dalam kitab al-Mustadraknya, 4/159 dan beliau menshahihkannya dan disetujui oleh al-Dzahabi, al-Baihaqi dalam kitab al-Asma’ wa al-Shifaat, hal. 423. Hadits ini memiliki hadits pendukung dari Jarir bin Abdullah secara marfu’ menyatakan: siapa yang tidak menyayangi penduduk bumi maka dia tidak disayangi dzat yang di langit. Disebutkan oleh al-Thabarani dalam kitab al-Kabir, 2/355/2497. Al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww berkata: para perawinya tsiqah, hal. 20. Hadits pendukung lain adalah hadits Abdullah bin Mas’ud yang diriwayatkan al-Thabarani dalam kitab al-Kabir, 10/183/10277, dan dalam kitab al-Shagir, 1/101, al-Hakim, 4/248 dan beliau shahihhkan serta disetujui oleh al-Dzahabi. Namun hadits ini dinilai mursal karena termasuk riwayat Abu Ubaidah dari ayahnya sedang dia sendiri tidak pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud. Lihat kitab al-Majma’, 8/187. Namun demikian hadits ini tetap dinilai shahih.

[18] HR. al-tirmidzi, 5/519-520/3483 dalam pasal al-Da’wat bab 70 dan berkata hadits hasan gharib. Al-Bukhari dalam kitab al-Tarikhu al-Kabir, 2/1/1. Al-Thabarani dalam kitab al-Kabir, 18/174/396 darim riwayat al-Hasan al-Bashri dari Imran bin Hushain dimana beliau pernah menerima hadits darinya sebagaimana disebutkan sebelumnya. Dalam sanadnya ada Syabib bin Syaibah yang dinilai shaduq namun selalu berpraduga, tetapi al-Dzahabi menilainya lemah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab al-Tauhid, hal. 120, al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww, hal. 24 dari jalur Imran bin Khalid bin Thaliq berkata; ayahku mengabarkan kepadaku dari ayahnya dari kakeknya bernama Imran bin Hushain, namun al-Dzahabi berkata Imran lemah sementara Khalid dinilai oleh al-Daraquthni sebagai tidak kuat. Lihat kitab al-Lisan, 1568

[19]  HR. Muslim, 2/10060/1436 dalam pasal al-Nikah bab haram istri tolak ajakan tidur sang suami.

[20] HR. al-Uqaili, 4/388, Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil, 6/2207, al-Hakim, 4/73 dan 4/86-87, al-Baihaqi dalam kitab Manaqib al-Syafi’i, 1/39. Dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Dzakwan dimana dinilai oleh al-Bukhari, Abu hatim dan al-Nasa’i sebagai perawi yang munkar dan karenanya Abu Hatim berkata: hadits ini statusnya munkar. Lihat kitab al-Ilal, 2/368 sebagaimana disebutkan juga oleh al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww, hal.32.

[21] HR. Ahmad, 2/364-365, al-Nasa’i dalam al-Kubra sebagaimana disebutkan dalam kitab Tuhfatu al-Asyraaf, 10/78, Ibnu Majah, 2/1426/4268 dalam pasal al-Zuhdu bab Tentang kubur dan petakanya. Ibnu Khuzaimah dalam kitab al-Tauhid, hal.120, al-Baihaqi dalam kitab Itsbat Adzab al-Qabri, no. 35 dan sanadnya memenuhi standar syekh al-Bukhari dan Muslim.

[22] HR. Ahmad, 1/301-302, al-Thabarani dalam kitab al-Kabir, 11/450-451/12279, al-Hakim, 2/496-497, beliau mengatakan sanadnya shahih walau tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Al-Dzahabi setuju dengan pendapat al-Hakim. Al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astaar, 1/37. Al-Baihaqi dalam kitab Dalail al-Nubuwwah, 2/389, al-Darimi dalam kitab al-Raddu ala al-Jahamiyah, hal. 43, al-Dzahabi dalam kitab al-Uluww, hal. 45-46 dan beliau mengatakan derajatnya Hasan. Dalam sanadnya ada Atha’ bin al-Saib di mana agak terganggu riwayatnya. Hadits ini dia riwayatkan dari jalur Hammad bin Salamah sebelum terganggu hafalannya.

[23] HR. al-Darimi dalam kitab al-Raddu ala al-Jahamiyah, hl. 75, Abu Ya’la dalam kitab Musnadnya sebagaimana juga dalam tafsir Ibnu Katsir, 5/345, al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astaar, 3/103, al-Khathib dalam kitab Tarikh, 10/346, Abu Nuaim dalam kitab al-Hilyah, 1/19 namun dalam sanadnya ada Abu Ja’far al-Razi yang dinilai kurang bagus hafalannya. Namun demikian al-Dzahabi menilai hadits ini hasan sebagaimana dalam kitab al-Uluww, 21.

[24] HR. Bukhari, 13/461 dalam pasal al-Taushiyah, bab kalam Allah kepada Jibril, Muslim, 4/2030/2637 dalam pasal al-Birru wa al-Shilah, bab jika seorang hamba dicintai oleh Allah Swt.., dia dicintai orang lain.

[25] Ibnu Jarir, 22/91, Ibnu Khuzaimah, hal. 144, Ath-Thabarani, Majma, 7/97-98, Al-Baihaqi dalam Al-Asma wash Shifat, hal. 263-264, Ibnu Abi Hatim dan Al-Mardawaih, Ad-Dur Al-Mantsur, 6/698. Di dalamnya ada Walid bin Muslim dan ia itu mudallis, tapi ia telah menyebut dengan jelas redaksi tahdits, sebagaimana disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Al-‘Uluw, hal. 79, dan para perowi lainnya tsiqah.

[26] Al-Bukhari, 13/384 dalam At-Tauhid bab “Dan Allah memperingatkan kalian terhadap siksa-Nya”, dan Muslim, 4/2107, no. 2751 dalam At-Taubah, bab “Tentang luasnya rahmat Allah ta’ala dan bahwa ia mengalahkan kemurkaan-Nya”

[27] Muslim, 4/2074, no. 2699, dalam Dzikir dan Doa, bab “Keutamaan berkumpul dalam membaca Al-Qur’an dan Dzikir

[28] Al-Bukhari, 13/512-513 dalam At-Tauhid, bab “Dzikir Nabi ﷺ dan periwayatannya dari Rabbnya, Muslim, 4/2067, no. 2675, dalam Dzikir dan Doa, bab “Keutamaan dzikir, doa dan mendekat kepada Allah ta’ala”

[29] Muslim, 1/322, no. 430, dalam Shalat, bab “Perintah untuk diam dalam shalat dan larangan berisyarat dengan tangan dan mengangkatnya ketika salam”

[30] Dan akan datang takhrijnya

Artikel Terjemahan Kitab Akidahalquranilmuislam

Navigasi pos

Previous post
Next post

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • FASE SEJARAH MANUSIA DI DALAM ALQURAN: PANDANGAN SYED ALI ASHRAF
  • PASAL II – AKAL; HAKIKAT DAN BATASANNYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
  • MARAQI AL-WA’YI
  • Perkataan Ulama di Level Berbeda Terkait Sifat “Al `Uluw” (Kemahatinggian Allah) Bagian 2
  • Perkataan Ulama Ahlussunnah Waljama`ah Terkait Sifat “Al-`Uluw” (Kemahatinggian Allah) (Bagian 3)
Juli 2025
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun    

ahli kitab (2) ahlussunnah (2) akal (2) Akidah (62) Al 'Uluw (2) Allah (4) alquran (28) barat (1) budaya (4) firqah (2) firqah najiyah (2) hadits (2) HAM (1) hidayah (1) ibadah (2) ibnu taimiyah (4) ilmu (33) imam ahmad (1) imam syafi'i (9) iman (2) islam (48) israiliyat (1) kalam (2) kristologi (5) ma'rifah (2) Mahatinggi (1) Maha Tinggi (1) manusia (2) pengetahuan (10) perdebatan (1) petunjuk (1) pluralisme (1) rububiyah (1) salaf (1) sejarah (4) studi (1) syubhat (1) tabiin (1) tafsir (2) tanya jawab (1) tauhid (40) taurat (3) teologi (1) tsaqafah (3) uluw (1)

©2025 AKIDAH.NET | WordPress Theme by SuperbThemes