Pertentangan Antara Budaya Islam Dengan Budaya Jahiliyah Lalu Heri Aprizal, 3 September 20231 Mei 2024 Penulis : Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar. Sumber : Nahwa Tsaqafah Islamiyah Ashilah. Alih Bahasa : Ust. Lalu Heri Afrizal SEKILAS TENTANG BUDAYA BARAT Kehidupan adalah medan konflik antar masyarakat manusia. Banyak orang yang tidak menyadari realitas konflik ini sehingga menghabiskan hidupnya dalam perseteruan yang membinasakan. Islam sendiri mengarahkan ummatnya untuk berseteru melawan kebatilan dan memerintahkan mereka untuk selalu membela kebenaran dan kebaikan. Islam memerintahkan untuk melawan kebatilan yang ada di dalam diri manusia sendiri dan di dalam masyarakat muslim, sebagaimana Islam memerintahkan pula melawan kebatilan dari sumbernya, yaitu masyarakat-masyarakat yang membangun pola hidupnya yang jauh dari petunjuk-petunjuk langit. Islam telah memberikan hadiah kepada kemanusiaan berupa kehidupan, cahaya dan kebenaran, menyelamatkan mereka dari kejahilan, syirik dan kesesatan. Sayangnya, manusia lebih memilih untuk memerangi kebaikan dan hidayah serta bersikeras berada dalam kegelapan. Islam adalah agama yang terus menggusur dan memerangi kejahiliahan dari sumber-sumbernya. Budayanya pun adalah budaya yang menggusur dan menggeser. Pengaruh Islam dan budayanya terhadap seluruh dunia juga sangat besar. Maka obsesi bangsa-bangsa besar seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi pun adalah bagaimana melindungi masyarakat mereka dari agama yang menggusur ini. Lalu merekapun berupaya menginvasi Islam. Kaum Nasrani mengerahkan ribuan bala tentara mereka dalam sebuah invasi brutal terhadap negeri-negeri Islam. Tetapi kaum Muslimin berhasil menghancurkan dan memukul mundur mereka setelah melalui semangat jihad yang sangat keras. Peperangan itulah yang dikenal dalam sejarah dengan istilah Perang Salib. Kaum Salibis pun kembali ke negeri mereka dalam keadaan mata terbuka oleh peradaban Timur tentang banyak fakta ilmiah yang mengubah perspektif mereka. Ilmu-ilmu kaum Muslimin pun masih tetap berpengaruh pada mereka sehingga mereka akhirnya berusaha memberontak terhadap belenggu-belenggu yang didoktrinkan oleh gereja. Kala itu, kaum agamawan Kristen memang menghegemoni masyarakat Kristen atas nama agama. Mereka melakukan berbagai tindakan penyiksaan, pembunuhan dan pengurungan. Namun pada saat yang sama, mereka tidak mampu menghadirkan contoh kehidupan yang ideal bagi ummat Kristen. Dalam prinsip keyakinan mereka, manusia ideal itu ialah seorang yang lari meninggalkan kehidupan dunia dan mengurung diri untuk beribadah, tidak beristri ataupun berketurunan. Namun fitrah mengalahkan penyimpangan pemikiran tersebut dan berbalik menjadi penyimpangan prilaku, sehingga kuil-kuil justru menjadi sarang kefasikan dan perzinahan. Para tokoh agama banyak yang menjadi penimbun harta, menumpukkan harta di rumah-rumah mereka hingga sulit dibawa dan dijaga. Mereka bahkan mengumpulkannya dari jalan-jalan, sesuatu yang sangat tidak diterima oleh agama maupun akal. Jual beli penebusan dosa dan praktek riba mereka tak jauh dari ingatan kita. Allah Swt berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۗ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” [QS. At-Taubah: 34] Kemudian bangkitlah para ilmuan yang tercerahkan untuk melakukan perlawanan dan penentangan terhadap hegemoni gereja, terutama terhadap konsep-konsep ilmu pengetahuan yang menjadi keyakinan gereja, padahal konsep-konsep itu samasekali bukan dari agama. Para agamawan geraja membangun mahkamah-mahkamah Inquisisi. Mereka menggiring ribuan orang ke tiang-tiang gantungan dan guillotine (alat pemenggal kepala). Mengubur orang hidup-hidup, hingga akhirnya runtuhlah tembok keras itu oleh serangan-serangan para ilmuan tercerahkan. Sehingga para agamawan tersebut melarikan diri ke kuil-kuil dan gereja-geraja mereka. Fungsi agama dibatasi hanya pada urusan ibadah, sementara kehidupan dunia dikeluarkan secara paksa dari kekuasaan gereja. Akhirnya, manusia pun menghukumi diri mereka dengan hukum yang mereka buat sendiri. Terjemahan Kitab Akidahbudayailmujahiliyahtauhid