MUQADDIMAH KITAB MA`AARIJ AL QABUL BISYARHI SULLAMI AL-WUSHUL ILA ILMI AL-USHUL FII AT-TAUHID Fahmi Ridha, 26 April 2024 Sumber: Kitab Ma`aarij Al Qabul Bisyarhi Sullami Al Wushul Ila Ilmi Al Ushul Fii at-Tauhid Penulis: Syeikh Hafidz bin Ahmad al-Hakami Penerjemah: Fahmi Ridha. Editor: Idrus Abidin Segala puji bagi Allah yang tidak memiliki anak, tidak memiliki sekutu dalam aspek kekuasaan, tidak butuh pelindung dan tidak ada sesembahan lain bersamanya. Dialah Zat yang tidak ada “Ilah” (sesembahan lain) yang patut disembah kecuali diri-Nya semata. Dialah Pencipta dan Tuhan satu-satunya yang berhak atas segala jenis ibadah. Oleh karena itu, Dia menetapkan agar kita tidak menyembah apapun kecuali diri-Nya semata, karena dialah Yang Hak, sedangkan semua yang disembah selain diri-Nya adalah batil. Sungguh Allah adalah Zat Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Allah adalah zat yang Mahatahu hal-hal yang gaib dan hal-hal yang zahir. Pengetahuan-Nya terhadap apa yang disembunyikan dan apa yang ditampakkan oleh seorang hamba tidak berbeda. Dia Mahatahu apa yang telah terjadi, dan apa yang sedang terjadi, serta Mahatahu bagaimana proses terjadinya sesuatu yang baru akan terjadi. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi ini walau hanya seberat biji “zarrah” pun yang luput dari ilmu-Nya. Dan, tidak pula yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dari itu. Allah Mahatahu apa yang masuk ke bumi dan apa yang keluar darinya, serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke langit. Bagaimana tidak, sedangkan Dialah Yang menciptakan dan menetapkan ketentuan takdir, lalu pantaskah Zat Yang menciptakan tidak mengetahui perihal ciptaan-Nya?! Dialah Yang Maha mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang akan berlaku. Maha Penyayang dan Pengasih di dunia dan di akhirat. Ia telah menetapkan sifat “rahmat” bagi diri-Nya. Dialah Yang paling penyayang di antara yang menyayangi. Sifat “rahmat”-Nya melampaui sifat “ghadhab”-Nya (murka-Nya), sebagaimana Ia berada di atas “`Arsy” telah mencatatnya dalam “Kitaab Mubiin”. Sifat “Rahmat” yang meliputi segala-galanya. Berkat “Rahmat” itulah, para makhluk saling menyayangi antara satu dengan lainnya., seperti yang telah disampaikan oleh penghulu para Nabi, yaitu Rasulullah –sallallahu alaihi wasaalam-. Lihatlah imbas dari rahmat Allah, bagaiman Ia menyuburkan dan memakmurkan bumi dari kekeringan dan kekosongan. Sungguh Allah menghidupkan yang mati dan Dialah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah adalah Zat Yang Mahakuasa lagi Mahabenar. Segenap kerajaan berada di tangan-Nya. Tidak ada sekutu maupun pembantu dalam kekuasaan-Nya, Ia bertindak melakukan apa pun sesuai keinginan dan kehendak-Nya, berupa menyuruh, melarang, memuliakan, menghinakan, menghidupkan, mematikan, memberi pentunjuk, dan menyesatkan. Semua ciptaan dan urusan adalah milik dan kekayaan-Nya, Mahasuci Allah Tuhan sekalian alam. Tidak ada yang mampu menolak ketentuan-Nya, tidak ada yang dapat menentang perintah-Nya, tidak ada yang bisa membantah hukum dan ketetapan-Nya. Dan perhitungan-Nya sungguh sangat cepat. Dialah Yang menguasai langit dan bumi beserta segala isinya, kepada-Nya lah kita kembali. Dialah Yang “Al-Quddus” Mahasuci lagi “As-Salam” Mahasempurna, memiliki sifat-sifat yang sempurna, bersih dari segala bentuk kekurangan dan kemustahilan. Mahatinggi dari penyerupaan dan permisalan. Haram bagi akal dan imajinasi menyifatkan dan menggambarkan-Nya. Dia tidak serupa dengan apapun, sementara Ia Maha mendengar lagi Maha Melihat. Dialah “Al-Mukmin” Yang Maha memberi rasa aman bagi para wali-Nya dari kehinaan dan menjaga mereka dari siksa neraka pada hari Kiamat, memberikan mereka kebaikan di dunia dan menempatkan mereka di Surga yang Tinggi. Namun Dia juga bersifat “Al-Muhaimin” Maha mengawasi, Maha Menjaga setiap jiwa terhadap segala usaha yang dilakukannya, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Dia Maha mengetahui dan Maha melihat hamba-hamba-Nya. Dialah “Al-Aziz” Yang Mahaperkasa. Tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya, tidak ada yang dapat menggangu siapa pun yang berada dalam perlindungan-Nya. Dialah “Al-Jabbar” Yang Mahakuasa secara mutlak dan memperbaiki segala yang rusak. “Al-Mutakabbir” Yang Maha memiliki segala keagungan dan ketinggian yang tidak layak untuk selain-Nya. Keagungan dan kebesaran adalah pakaian-Nya. Siapa yang mencoba menyaingi-Nya dalam hal itu, maka ia akan mendapat murka dan kehancuran. Dia “Al-Khaliq” Maha Pencipta, “Al-Bari” Maha mengadakan, “Al-Mushawwir” maha membentuk apa saja dan dalam bentuk apapun yang Ia iniginkan. Dialah Yang menciptakan kita semua. Ada yang kafir dan ada juga yang beriman, Maha melihat apa pun yang kita lakukan. Ia menciptakan langit dan bumi dengan “Haq,” adil dan hikmah, merancang bentuk rupa kita dengan sebaik-baik bentuk dan kepada-Nya lah tempat kembali. Dialah Yang menciptakan dan dan Yang akan membangkitkan kita semua pada hari kiamat, seperti halnya menciptakan dan membangkitan satu jiwa. Sungguh Ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Dia “Al-Ghaffar” Yang Maha Pengampun, hingga sekalipun seorang hamba yang tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, memohon ampun dari dosa-dosa seisi bumi yang telah ia lakukan, niscaya Allah pun akan memberinya ampunan sepenuh bumi. Dia “Al-Qahhar” Yang menundukkan semua makhluk, Dia “Al-Wahhab” Yang mana, seluruh karunia dan kenikmatan yang dirasakan oleh makhluk, tak lain adalah pemberian dan bukti rahmat-Nya. Dia “Ar-Raziq” Yang tidak akan pernah habis perbendaharaan rezki dan karunia-Nya. Lihatlah, betapa banyak pemberian Allah kepada makhluk-Nya sejak langit dan bumi diciptakan, namun hal itu sedikitpun tidaklah mengurangi karunia-Nya. Dia tidak hanya memberi rezki pangan kepada tiap makhluk, bahkan sekaligus mengatur proses penyuplaiannya ke seluruh anggota tubuh mereka dengan sempurna. Dia memberi rezki duniawi kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, baik muslim maupun kafir, berupa harta, anak, keluarga, dan pelayan. Namun tidak memberikan kenikmatan ukhrawi kecuali untuk orang-orang yang bertauhid dan taat kepada-Nya. Itu sudah jadi keputusan yang pasti. Rezki yang paling mulia diberikan kepada para Rasul, berupa sebab-sebab keselamatan, yaitu iman, ilmu, amal, hikmah, dan cahaya petunjuk yang nyata. Dia “Al-Fatih” Yang senantiasa membukakan karunia-karunia-Nya yang begitu luas kepada siapapun yang Ia kehendaki. Ia membukakan kepada si fulan karunia harta, kepada fulan lain karunia kekuasaan, dan kepada yang lainnya karunia ilmu dan hikmah. Itulah karunia yang Allah berikan kepada siapa pun yang Ia kehendaki. Sungguh Allah Maha memiliki karunia dan keutamaan yang agung. Rahmat yang Allah bukakan kepada hamba-Nya tidak ada siapa pun yang mampu menahan-Nya. Sedang rahmat yang ia tahan, tidak akan ada yang mampu membukanya setelah itu. Dial ah Yang Mahaagung dan Mahabijaksana. Dia “Al-Alim” Yang Mahatahu dan ilmu-Nya meliputi segala hal, baik yang telah lalu, yang akan datang, yang tampak, yang tidak tampak, yang bergerak, yang diam, yang penting maupun yang sepele. Dengan Ilmu-Nya Ia mengetahui jumlah tarikan nafas seluruh makhluk-Nya. Demikian pula gerak, diam, tindakan, rezki, dan ajal mereka, serta siapa di antara mereka yang akan masuk surga, siapa yang akan masuk neraka. Allah memiliki kunci-kunci perkara gaib yang tidak diketahui kecuali oleh-Nya semata. Ia mengetahui apa yang ada di laut, di daratan, dedaunan yang jatuh, dan biji-bijian di kegelapan perut bumi, apapun itu, baik yang basah maupun yang kering semua telah tercatat dalam “Kitabun Mubin”. Allah Mahatahu apa yang ada di balik undakan pegunungan, apa yang ada di dasar lautan, apa yang di dalam kandungan, dan apa yang dilahirkan, panjang dan pendeknya umur dengan sebab atau pun tanpa sebab, semuanya telah termaktub dalam dan tercatat dalam “Kitab (Al-Lauh Al-Mahfuz)”, semua itu mudah bagi Allah –Ta`ala-. Dia “Al-Qabidh” (menggenggam) dan “Al-Bashith” (membentangkan), Yang menyempitkan rezki kepada siapa pun yang Ia kehendaki, dan melapangkannya untuk siapa saja yang ia kehendaki. Demikian halnya dalam perkara amal dan hati hamba-hamba-Nya; semua tergantung kepada-Nya. Hanya Dialah Yang berhak menghidupkan, mematikan, memberi hidayah, menyesatkan, mengadakan, meniadakan, dan melakukan segala bentuk tindakan dan urusan. Dia “Al-Khafidh” (Yang dapat merendahkan derajat siapapun sesuai kehendak-Nya) dan “Ar-Rafi`” (Yang dapat mengangkat derajat siapapun sesuai kehendak-Nya), “Adh-Dhar” (Yang dapat memudaratkan siapapun sesuai kehendak-Nya) dan “An-Nafi`” (Yang dapat memberi manfaat kepada siapapun sesuai kehendak-Nya), “Al-Mu`thi” (Yang dapat memberi kepada siapapun sesuai kehendak-Nya) dan “Al-Maani`” (Yang dapat menahan pemberian sesuai kehendak-Nya). Tidak ada yang dapat mengangkat derajat siapapun yang telah direndahkan oleh Allah. Tidak ada yang dapat merendahkan derajat siapapun yang telah diangkat oleh-Nya, tidak ada yang dapat memberi manfaat kepada siapapun yang telah diberi mudarat oleh Allah, dan tidak ada yang dapat memberi mudarat kepada siapapun yang telah diberi-Nya manfaat. Tidak ada yang mampu menghalangi pemberian-Nya, dan tidak ada yang dapat memberi kepada siapapun yang tidak diperkenankan-Nya. Walaupun seluruh penduduk 7 susun langit dan 7 susun bumi beserta seisinya dan yang ada diantaranya bersatu ingin merendahkan siapapun yang telah Ia angkat derajatnya, memberi mudarat kepada siapapun yang telah ia memberi manfaat, dan memberi kepada siapapun yang tidak diperkenankan oleh-Nya, niscaya semua itu tidak akan bisa terjadi. Apabila Allah memberimu madarat, tidak akan ada yang mampu menyingkapnya kecuali diri-Nya semata, dan jika Ia memberimu kebaikan, Dia lah Yang Maha kuasa terhadap segalanya. Dia “Al-Mu`iz” dan “Al-Mudzill”, Allah Yang memuliakan wali-wali-Nya yang beriman di dunia dan akhirat, membantu mereka dengan pertolongan-Nya yang nyata, dan bukti-bukti yang benar dan unggul. Allah menghinakan musuh-musuh-Nya di dunia dan akhirat, menimpakan kehinaandinaan kepada mereka sekaligus bencana. Tidak ada yang mampu menghinakan hamba yang Allah muliakan, dan sebaliknya, tidak ada yang mampu memuliakan dan menolong hamba yang dimusuhi dan dihinakan oleh Allah. Dia “As-Samii`” (Maha Mendengar), dan “Al-Bashiir” (Maha Melihat), sifat tersebut sedikit pun tidak sama dengan sifat makhluk-Nya. Ia Yang berkata kepada Nabi Musa dan Harun: “sesungguhnya Aku bersama kalian, mendengar dan melihat”. Siapa pun yang menafikan sifat-sifat yang ditetapkan Allah untuk diri-Nya atau menyerupakan sifat-sifat tersebut dengan makhluk-Nya, sungguh dia telah berdusta atas nama Allah, dan merugilah orang yang berdusta. Allah tidak dijangkau pandangan, sedangkan Allah Maha meliputi semua pandangan. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasan-Nya, dan Dialah Yang Maha lembut dan Maha mengetahui. Dia “Al-`Adlu” Yang Mahaadil dalam segala ketentuan, ketetapan, syariat, dan hukum-hukum-Nya; baik perkataan maupun perbuatan. Sungguh Tuhanku berada di atas jalan yang lurus, Ia tidak menyimpang dan zalim dalam ketatapan hukum-Nya. Tuhanmu sama sekali tidak zalim terhadap hamba-Nya, Ia telah mengharamkan kezaliman terhadap diri-Nya, dan juga di antara hamba-hamba-Nya, serta mengancam orang yang bertindak zalim dengan tegas. Disebutkan dalam salah satu hadis: “sesungguhnya Allah mengulur waktu bagi pelaku zalim, hingga tiba masanya Ia akan menghukum pelaku zalim tersebut tanpa sedikitpun membiarkannya lepas.” [1] Demikian pula, Tuhanmu menghukum penduduk suatu negeri yang zalim dengan hukuman yang sangat keras. Dialah Yang menimbang secara adil pada hari kiamat, tanpa sedikit pun menzalimi seorang hamba-Nya, bahkan semua hal terkecil, baik yang sekecil serbuk, selaput, maupun benang pada biji tak luput dari perhitungannya. Dia Mahalembut terhadap para hamba-Nya, dengan memberi kesehatan, pertolongan, ampunan, rahmat, karunia, dan kebaikan. Salah satu makna sifat lembutan-Nya, adalah mengetahui rahasia segala perkara; baik secara detail, secara umum, tersembunyi, maupun terekspos. Ia mengetahui keadaan, ucapan, perbuatan para hamba-Nya, mengetahui apa yang mereka telah lakukan, bagaimana, di mana, dan kapan mereka melakukannya. Sungguh jika ada suatu amalan meskipun sekecil biji sawi yang berada dalam bongkahan batu, atau langit, atau bumi, niscaya Allah akan membalasnya, karena sesungguhnya Ia Mahahaluas lagi Mahateliti. Dia “Al-Halim”, yang tidak menyegerakan azab terhadap pelaku maksiat, bahkan Ia memberikan kesempatan untuk mereka agar bertaubat kepada-Nya, sungguh Ia Maha Pengampun lagi Mahaagung. Ia memiliki semua sifat yang mengandung pengagungan, karena tiada yang pantas diagungkan kecuali Ia Tuhan segala yang dipertuhankan, dengan keagungan dan keperkasaannya. Semua yang diperagungkan pun tunduk kepada-Nya. Dan semua yang merasa besar, rendah di hadapan kemuliaan dan kebesaran-Nya. Dia “Al-Gafur Asy-Syakur”, Yang mengampuni begitu banyak kesalahan, menerima sekecil dan seringan apapun amalan baik, bahkan Ia membalasnya dengan pahala yang agung dan berkali lipat. Semua itu khusus bagi Ahli Tauhid. Adapun amalan yang mengandung kesyirikan sedikit ataupun banyak, maka Allah tidak akan menerimanya dan tidak mengampuni pelakunya. Dia “Al-`Aliyyu” yang memiliki segala yang mengandung makna ketinggian, Maha tinggi urusan-Nya, kuasa-Nya, dan zat-Nya. Ia bersemayam di atas “`Arasy”-Nya, tinggi di atas makhluk-Nya dan terpisah dari segala makhluk-Nya, sebagaimana yang Ia beritakan tentang diri-Nya melalui al-Qur’an dan hadits Rasulullah –sallallahu alaihi wasallam– yang sahih[2]. Hal itu telah disepakati oleh para ulama yang otoritatif tanpa perselihan di antara mereka. Dia “Al-Kabir” yang melebihi segalanya, semua berada di bawahnya. Pada hari kiamat bumi berada di dalam genggaman-Nya, sedang langit terlipat dengan kanan-Nya, sebagaimana yang ia beritakan tentang diri-Nya secara tekstual, jelas dan gamblang. Dia “Al-Hafiidz” yang menjaga segala sesuatu, tidak secuil pun yang ada di bumi dan di langit luput dari-Nya. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi, itu sama sekali tidak membebani-Nya. Ia menjaga para wali-Nya di dunia dan di akhirat, serta menyelamatkan mereka-mereka dari segala mara bahaya. Dia “Al-Mughits” yang menolong semua makhluk-Nya, siapapun orang butuh yang memohon kepada-Nya niscaya akan diselamatkan, Dilah “Al-Hasiib, Al-Wakiil”, Maha Pelindung dan Maha Pengayom yang mencukupi dan memenuhi kebutuhan siapapun yang ikhlas memohon kepada-Nya, menjaga dan melindungi orang mukmin yang meminta perlindngan kepada-Nya. Siapa pun yang berserah diri kepada Allah niscaya Dialah Yang akan menanjaminnya. Sungguh Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Dia “Al-Jaliil” Yang Mahasuci dari segala kekurangan memiliki segala sifat sempurna dan agung. Dia “Al-Jamiil” Yang Mahaindah, memiliki keindahan mutlak; baik dalam zat, sifat, nama, maupun perbuatan-Nya. Di “Al-Kariim” Yang Maha Pemurah. Andai seluruh makhluk dari yang pertama diciptakan sampai yang terakhir, baik dari golongan jin maupun manusia berasamaan meminta kepada Allah –Ta`ala-, lalu Allah memberi masing-masing sesuai permintaannya, hal itu sama sekali tidak mengurangi nikmat yang ada disisi-Nya, kecuali diumpamakan hanya seperti mencelupkan jarum di lautan luas[3], sebagaimana diriwayatkan oleh Nabi –sallallahu alaihi wasallam– dari Allah –Ta`ala-. Termasuk bentuk kemurahan Allah, ketika Ia membalas keburukan dengan kebaikan, mengampuni dosa-dosa, serta menerima taubat hamba-Nya. Dia “Ar-Raqiib” Yang Maha mengawasi kelakuan para hamba-Nya, “Al-`Aliim” Yang Mahatahu segala ucapan dan perbuatan hamba-Nya, “Al-Kafiil” Yang Maha mengayomi para hamba-Nya, menjamin rezki, menetapkan ajal, menciptakan dan menentukan tempat kembali mereka, “Al-Mujiib” Yang mengabulkan dan memenuhi segala doa dan permintaan hamba-hamba-Nya, dan kepada-Nyalah tempat kembali. Dia “Al-Wasi`” Mahaluas, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, memberi seluruh makhluk-Nya kemudahan rezki, nikmat, ampunan, dan rahmat sebagai bentuk kemurahan dan kasih sayang-Nya. Ia Maha mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan terjadi bagi hamba-Nya, sedangkan ilmu mereka tidak mampu meliputi Ilmu Allah –Ta`ala-. Ia tidak dapat dicapai oleh penglihatan, sedang Ia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus lagi Mahateliti. Dia “Al-Hakim” Yang Mahabijaksana dalam penciptaan dan pengaturan-Nya yang sempurna, bijak dalam syariat dan ketentuan-Nya secara adil dan baik, memiliki hikmah yang tinggi dan hujjah yang ampuh. Tiada siapa pun yang lebih besar kesaksiannya, lebih jelas argumentasinya, dan lebih tegak buktinnya, dari pada Allah –Ta`ala-. Dialah Yang Mahaadil, hukum, syariat dan ketetapan-Nya adil, kekuasaan dan pujian hanya pantas untuk-Nya, dan Dialah Mahakuasa atas segala-Nya. Dia “Al-Wadud” Yang Maha mengasihi, mencintai para wali-Nya dan mereka pun mencinta-Nya, sebagaimana Ia beritakan melalui ayat-ayat-Nya. Dia “Al-Mujib” Yang memenuhi doa hamba yang berdoa kepada-Nya kapan dan di manapun ia memohon. Ia tidak disibukkan dengan banyaknya permintaan, dan tidak salah dalam memberi masing-masing sesuai permohonannya. Ia menyingkap kegalauan, dan menghilangkan kegundahan, manghapus kesulitan, menutup aib, karena Dialah “As-Sittir” Yang Maha menutupi. Dia “Al-Majid” Yang Mahamulia, paling berhak dimuliakan, sebagaimana Dia memuliakan diri-Nya yang Maha dimuliakan dengan berbagai bahasa dan ungkapan. Dialah “Al-Ba`its” Yang Maha membangkitkan, Dialah yang telah memulai penciptaan kemudian mengembalikannya seperti semula, dan itu lebih muda bagi-Nya. Dia Maha berbuat terhadap apa yang Ia kehendaki. Dia “Asy-Syahid” Yang Maha menyaksikan, tiada yang melebihi kesaksian-Nya, cukuplah Ia sebagai saksi pada hari kiamat. Ia berkata tentang itu, “tidak cukupkah Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”. Dialah yang hak, perkataan-Nya hak, Pemilik kekuasaan pada hari ditiupnya sangkakala, Ia Mahatahu perkara yang gaib dan yang nyata, dan Dia Mahabijak lagi Mahatahu. Dia “Al-Qawiyyu Al-Matin” Yang Mahakuat, tidak ada apa pun yang setara dengan kekuatan-Nya, dan siksaan-Nya sangat keras. Dialah Pelindung bagi orang-orang mukmin, tidak ada yang mampu mengalahkan siapa pun yang Ia lindungi, jika Ia menghendaki keburukan terjadi pada suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, serta tidak ada yang dapat melindungi kecuali Dia. Dia “Al-Hamid” Yang Maha Terpuji, dipuji dengan berbagai jenis dan bentuk pujian, tidak ada pujian yang pantas kecuali bagi Zat Yang Mulia dan Agung. Ia berhak dipuji sebagaimana yang Ia katakan, itulah hal terbaik yang pantas kita ucapkan. Kita tidak mengerti berapa pujian yang pantas kita persembahkan kepada-Nya. Keterpujian-Nya hanya setarap dengan pujian-Nya terhadap diri-Nya sendiri. Bagaimana mungkin hamba yang lemah dapat memaksimalkan pujian kepada Zat Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Dia “Al-Muhshi” Yang Maha mengetahui jumlah segala sesuatu. Ia berfirman: ﴿إِنَّا نَحۡنُ نُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُواْ وَءَاثَٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَيۡءٍ أَحۡصَيۡنَٰهُ فِيٓ إِمَامٖ مُّبِينٖ ﴾ “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Yasin: 12). Dia “Al-Mubdi`u Al-Mu`id” Yang memulai dan mengembalikan ciptaan seperti semula, Ia berfirman: ﴿يَوۡمَ نَطۡوِي ٱلسَّمَآءَ كَطَيِّ ٱلسِّجِلِّ لِلۡكُتُبِۚ كَمَا بَدَأۡنَآ أَوَّلَ خَلۡقٖ نُّعِيدُهُۥۚ وَعۡدًا عَلَيۡنَآۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ ﴾ “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”. (Al Anbiyaa: 104). ﴿وَهُوَ ٱلَّذِي يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِۚ وَلَهُ ٱلۡمَثَلُ ٱلۡأَعۡلَىٰ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ﴾ Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya-lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ar Ruum: 27). Bagaimana mungkin Allah tidak mampu mengulang ciptaan-Nya seperti semula, padahal Dialah yang menciptakannya sebelum makhluk ciptaan ada, semua mengakui hal itu tanpa pengingkaran. Dia “Al-Muhyi Al-Mumit” Yang Maha menghidupkan dan mematikan, dia esa dalam hal itu. Seandainya seluruh makhluk bersatu untuk mematikan makhluk yang Allah ingin hidupkan, atau bersatu menghidupkan yang Allah ingin binasakan, niscaya itu mustahil mereka lakukan. Mungkinkah makhluk yang lemah mampu menolak kehendak Sang Pencipta Yang Mahatahu, Dialah Zat Yang kekal abadi tidak binasa, sedangkan yang lain semuanya pasti binasa, sebagaimana Ia berfirman: ﴿وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ﴾ Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar Rahmaan: 27). Dia “Al-Qayyum” Yang Maha mandiri, sedangkan seluruh makhluk bergantung kepada-Nya. Salah satu bukti kekuasaan-Nya adalah terciptanya langit dan bumi atas perintah-Nya tanpa perlu dan butuh terhadap sesautu pun untuk melakukakannya. Dia “Al-Waahidu Al-Ahad” Maha Esa Yang tidak punya sekutu dalam sisi Uluhiyah, Rububiyah, Asmaa dan Sifat-Nya, serta dalam keperkasaan, keagungan, kebesaran, dan kemuliaan-Nya. Tidak ada lawan, bandingan, penyerupaan, padanan, dan penyetaraan bagi-Nya. Dia “Ash-Shamad” Maha tempat bergantung. Seluruh makhluk tergantung dan mengharap pada-Nya dalam menunutut kebutuhan, permohonan, tempat memohon seluruh keinginan dan pertolongan dari musibah dan kesulitan, kepada-Nyalah berujung segala permohonan, dan kepada-Nyalah tempat memohon agar segala hajat dipenuhi, Dia tidak tersentuh bahaya, cukuplah Ia menjadi Penolong dan Pelindung kita. Dia “As-Sayyid” Yang Maha Utama dengan keutamaan sempurna. Mahaagung dengan keagungan sempurna, Maha Penyantun dengan hikmah yang sempurna. Dialah Yang memiliki sifat-sifat sempurna yang tidak layak disematkan kecuali hanya kepada-Nya Yang Mahakuasa lagi Mahamulia semata. Dia “Al-Qadir Al-Muqtadir” Yang Mahakuasa, apabila Ia menghendaki sesuatu, cukup dengan mengatakan “jadilah”, maka hal itupun terwujud. Tidak ada apa pun; baik di langit maupun di bumi yang dapat mengalahkan-Nya, sungguh Dia Mahakuasa atas segalanya. Dia “Al-Muqaddim Al-Muakhkhir” Yang mengawali dan mengakihiri dengan kekuasaan yang sempurna dan kehendak yang pasti terwujud, sesuai yang Ia telah tentukan dan ketahui, serta telah tercatat tanpa pergantian maupun perubahan. Dia “Al-Awwal” Yang Maha Pertama, tidak didahuli apapun, “Al-Aakhir” Yang Maha Akhir, tidak diakhiri apapun, “Adz-Dzaahir” Yang Maha Tampak, tidak dilampaui apapun, “Al-Baathin” Yang Maha tersembunyi, tidak ada apapun yang lebih tersembunyi dari-Nya, demikianlah Rasulullah “Al-Basyiir An-Nadziir” menfasirkannya. Dia “Al-Waali” Yang Maha menguasai segalanya, tidak ada pesaing dan tidak ada penantang bagi-Nya, “Al-Muta`aali” Yang Mahatinggi dari segala sekutu, pembantu, pendukung, dan penyaing. “Al-Barru” Yang Maha melimpahkan kebaikan dari sifat dan perbuatan-Nya. Diantara kebaikan-Nya adalah memberi jaminan keselamatan kepada para wali-Nya dari adzab, sebagaimana Ia telah janjikan kepada mereka melalui lisan para Rasul, bahwa Ia tidak akan mengingkari janji-Nya. Dia “At-Tawwab” Yang Maha menerima taubat, Dia menerima taubat siapapun yang Ia kehendaki dan menyelamatkannya dari siksa Neraka. Dia “Al-Muntaqim” Yang Maha memberi balasan, tidak ada yang mampu membendung murka-Nya. Siksaan, hantaman, dan balasan-Nya sangatlah pedih. Dia “Al-`Afuww” Yang Maha Pemaaf, memaafkan dosa-dosa dan kesalahan dengan segala kemurahan-Nya, “Ar-Rauf” Yang Mahakasih, Ia mengasihi orang-orang mukmin, di antara bukti kasihnya adalah dengan menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang jelas untuk mengeluarkan mereka dari kekufuran kepada cahaya Islam, termasuk membalas pengorbanan jiwa dan harta mereka dengan Surga, padahal semua itu adalah milik-Nya, serta Dia tidak menutup pintu taubat sebelum ajal menjemput[4], Allah –Ta`ala- berfirman: ﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴾ “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (at-Tahrim: 8). Dia “Maalikul Mulk” Yang Maha memiliki kekuasaan, Ia memberi kekuasaan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya dan mencabut kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya. Ia memuliakan siapa pun yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa pun yang dikehendaki-Nya. Dialah Yang memiliki sifat Mahamulia, Maha Pemurah, Mahakekal, mahakuasa, Mahaperkasa, Mahaagung, Mahatinggi, Mahaadil. Ia Yang mengutus para Rasul-Nya dengan membawa penjelasan serta menurunkan Al-Kitab dan Al-Miizan bersama mereka, agar manusia dapat berlaku adil, sedangkan orang-orang zalim tidak memiliki penolong. Dia “Al-Jami`” Yang Maha menyatukan perkara yang berantakan. Ia mengumpulkan manusia pada hari kiamat, dan sungguh Allah tidak akan ingkar janji. Dia “Al-Ghaniyyu Al-Mughniy” Yang Mahakaya dan Maha memberi kekayaan. Dia tidak butuh kepada apapun. Kekuasaan-Nya tidak bertambah hanya karena ketaatan para hamba-Nya, dan tidak berkurang hanya karena kemaksiatan mereka. Sedangkan makhluk butuh kepada-Nya, tidak sedikitpun mereka bisa merasa tidak butuh kepada-Nya. Dialah yang menanggung meraka dengan pengayoman dan kecukupan, Ia Maha Pemurah lagi Mahadermawan. Kemurahan-Nya meliputi seluruh makhluk; baik yang taat, maksiat, kuat, lemah, bersyukur, yang kufur nikmat, dan yang memerintah maupun yang diperintah. Cahaya bagi langit dan bumi berikut seluruh penghuninya, sebagaimana yang Ia gambarkan tentang diri-Nya melalui al-Quran dan Muhammad sebagai Rasul, hamba, kekasih, serta pilihan-Nya. Dalam doanya Rasulullah –sallallahu alaihi wasallam- berkata: “Aku berlindung kepada cahaya wajah-Mu -yang menyinari kegelapan, menjadikan perkara dunia dan akhirat baik dari kemurkaan-Mu atau kemarahan-Mu kepadaku, aku berserah diri hingga Engkau ridha, tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah.” [5] Kita wajib mengimani sifat-sifat Allah –Ta`ala-, serta wajib ridha dan menerima berhukum dengan al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya, meskipun orang “mulhid” mengingkari dan menyelewengkan maksudnya sesuai dengan hawa nafsunya. Allah –Ta`ala– berfirman: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ ءَايَٰتِنَا لَا يَخۡفَوۡنَ عَلَيۡنَآۗ أَفَمَن يُلۡقَىٰ فِي ٱلنَّارِ خَيۡرٌ أَم مَّن يَأۡتِيٓ ءَامِنٗا يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ ٱعۡمَلُواْ مَا شِئۡتُمۡ إِنَّهُۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ ﴾ “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. Dia “Al-Hadi” Yang Maha memberi petunjuk, di tangan-Nyalah terdapat (takdir) hidayah dan kesesatan, tidak ada yang dapat memberi hidayah kepada orang telah Ia takdirkan sesat, dan tidak ada yang dapat menyesatkan orang yang ditakdirkan dapat hidayah oleh-Nya. Allah “Ta`ala” berfirman: ﴿… مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيّٗا مُّرۡشِدٗا ﴾ “…Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”. (Al Kahf: 17) ﴿ مَن يَشَإِ ٱللَّهُ يُضۡلِلۡهُ وَمَن يَشَأۡ يَجۡعَلۡهُ عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ﴾ “…Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus”. (Al An`aam: 39). ﴿ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ ﴾ “…Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. (Al Baqarah: 120). ﴿ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَلَا هُدٗى وَلَا كِتَٰبٖ مُّنِيرٖ ﴾ “…Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”. (Luqman: 20). Dia “Al-Badii`” Yang Maha Pencipta, Dia menciptakan lapisan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya dengan begitu halus dan penuh hikmah yang mengagumkan tanpa dukungan dan bandingan. Dia “Al-Baqi” Yang Mahakekal, semua hancur kecuali diri-Nya, tiada yang mendahului-Nya sebagai Yang Maha Awal, dan tidaK ada kebinasaan mengakhiri-Nya. Dia “Al-Waarits” Yang Maha Pewaris, yang mewariskan bumi dan seisinya, Dialah pewaris terbaik. Dia tempat kembali, Dialah Yang mengadakan segala yang ada, semua urusan kembali kepada-Nya. Dia “Ar-Rasyid” Yang Mahatahu yang terbaik bagi makhluk-Nya, “Ar-Rasyid” dalam segala perkataan dan perbuatan-Nya. Dengan itulah Ia menyuruh dan mengarahkan para hamba-Nya. Dia “Ash-Shabur” Mahasabar, tiada yang melebihi kesabaran-Nya atas hal buruk yang Dia dengar, seperti anggapan bahwa Ia beranak, serta mengingkari bahwa Allah mampu membangkitkan dan menghidupkan mereka kembali. Semua itu Ia dengar, lihat, ketahui, tidak adak sedikit pun dari prilaku mereka yang tersembunyi dari-Nya. Namun demikian, Ia tetap memberi rezki dan kesehatan kepada mereka. Sama sekali mereka tidak mampu memberi manfaat dan madarat kepada Allah –Ta`ala-. Sebaliknya, mereka sendirilah yang akan merasakan manfaat ketaatan yang mereka lakukan, serta merasakan akibat dari kemaksiatan yang mereka lakukan. Allah tidak butuh terhadap mereka, karena Ia Mahakaya lagi Maha Terpuji. Allah berfirman: ﴿زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْۚ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبۡعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ﴾ “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (At Taghaabun: 7). Saya memuji Allah –Ta`ala– atas nikmat dan karunia-Nya yang agung, serta bersyukur atas kebaikan dan pemberian-Nya yang sangat berlimpah. Segala puji bagi-Nya atas semua nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang sempurna lagi mulia. Segala puji bagi-Nya atas keadilan takdir dan syariat-Nya. Segala puji bagi-Nya dunia dan akhirat, Dialah Yang Mahabijak dan Mahatahu. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan Yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Ia Yang Mahakuasa, Mahabenar, Mahatinggi, dan Mahabesar. Dia Tinggi dalam uluhiyah dan rububiyah-Nya dari segala sekutu dan pembantu. Suci dalam keesaan dan kemandirian-Nya dari pendamping, anak, orang tua, pelindung dan penolong. Bersih dengan kesempurnaan sifat dan sebutan-Nya dari segala bentuk kesetaraan dan saingan. Mulia dalam keperkasaan dan kesempurnaan kuasa-Nya dari segala penyaing, penolong, dan ajudan. Mulia dalam kekekalan abadi, kekayaan, kemandirian-Nya dari pengayom dan pembela. Saya bersaksi bahwa pemimpin kami, Nabi Muhammad –sallallahu alaihi wasallam– adalah hamba Allah dan Rasul-Nya sebagai penyampai kabar gembira dan peringatan. Beliau diutus kepada seluruh ummat manusia membawa agama tauhid yang lurus dan petunjuk yang terang. Allah –Azza wa Jalla– mengutusnya sebagai bentuk rahmat bagi seluruh alam, dan menurunkan kepadanya al-Qur’an yang mencakup dan mengatur segala hal, sebagai cahaya terang, petunjuk yang jelas, dan jalan yang bercahaya. Ketika kesyirikan semakin merajalela dan tidak terbendung, Beliau pun tampil menyampaikan risalah, berjihad di jalan Allah dengan bersungguh-sungguh demi meninggikan kalimat Allah Sang Mahakuasa Lagi Mahatahu, hingga kebenaran pun datang melumat kebatilan, dan gelapnya kekufuran sirna digantikan oleh pancaran cahaya iman dan Islam. Panji-panji tauhid tersebar, bangunannya kokoh menjulang, sinarnya terang memancar, panji kesyirikan musnah, tajinya patah, apinya redup, bangunannya luluh lantak. Salam dan salawat semoga tetap tercurah kepada Rasulullah dan para sahabatnya, serta para Tabi`in yang telah membawa cahaya hidayah, wadah ilmu, dan penolong agama yang lurus. Allah berfirman: ﴿وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ ﴾ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al Hasyr: 10). Demikian pula, salam dan salawat kepada siapapun yang mengikuti jejak Rasulullah –sallallahu alaihi wasallam– dan para sahabatnya, serta menempuh jalan mereka yang lurus. Semoga Allah juga menjadikan kita termasuk orang-orang yang meneladani mereka, menempuh cara-cara mereka, berpegang teguh kepada al-Quran dan as-Sunnah serta menjadikannya pedoman hidup. Amma Ba`du: Ketahuilah –rahimakumullah– bahwa tidak ada kemaslahatan bagi para hamba, tidak pula keberuntungan, kemenangan, kehidupan yang baik dan kebahagaiaan dunia akhirat, serta tidak ada keselamatan dari kehinaan di dunia dan sikasaan di akhirat, kecuali dengan mengetahui kewajiban pertama bagi mereka dan mengamalkannya, yaitu perkara yang menjadi alasan mereka diciptakan oleh Allah –Azza wa Jalla-, dan dengannya Allah telah mengambil perjanjian mereka, mengutus Rasul-Nya kepada mereka, menurunkan Kitab-Nya kepada mereka, dan dengannya pula lah dunia, akhirat, surga, dan neraka diciptakan, hari kiamat terjadi, neraca amal ditegakkan, lembaran-lembaran amal perbuatan beterbangan, derita dan bahagia ditetapkan, serta cahaya dibagikan. Maka siapa yang tidak kebagian cahaya dari Allah, niscaya dia tidak akan memiliki cahaya apapun. Perkara tersebut tak lain adalah mengenal dan mentauhidkan Allah –Azza wa Jalla– baik dari sisi Uluhiyah, Rububiyah, maupun Asmaa dan Shifat-Nya, sekaligus mengetahui dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan itu atau sebagian darinya, seperti syirik, penafian Asma dan Sifat-Nya, serta membuat penyerupaan dan permisalan bagi-Nya. Di samping itu, wajib beriman kepada para Malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhirat, dan kepada takdir baik dan buruk. Mentauhidkan jalan menuju Allah –Azza wa Jallah– dengan mengikuti al-Qur’an dan Rasulullah –sallallahu alaihi wasallam-, serta beramal sesuai dengan syariat Allah dan Rasulullah –sallallahu alaihi wasallam-. Juga mengetahui hal-hal yang bertentangan dengan itu, seperti perkara-perkara bid`ah yang menyesatkan, yang mana bagi seorang hamba, wajib menjauhinya dan memohon perlindungan kepada Allah darinya. Sungguh Allah telah menurunkan al-Qur’an yang menerangkan dan menjelaskan segala sesuatu, Allah –Ta`ala– berfirman: ﴿وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا طَٰٓئِرٖ يَطِيرُ بِجَنَاحَيۡهِ إِلَّآ أُمَمٌ أَمۡثَالُكُمۚ مَّا فَرَّطۡنَا فِي ٱلۡكِتَٰبِ مِن شَيۡءٖۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ يُحۡشَرُونَ ﴾ “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. (Al-An`aam: 38). ﴿وَلَا يَأۡتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ وَأَحۡسَنَ تَفۡسِيرًا ﴾ “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya” (Al Furqaan: 33). Allah –Ta`ala– mengutus Rasul-Nya dengan membawa al-Qur’an agar disampaikan dan dijelaskan serta dibacakan kepada sekalian manusia dengan perlahan dan menerangkannya dengan sempurna, serta mengadili perselisihan di antara mereka berdasarkan al-Qur’an, lalu membimbing mereka ke jalan yang lurus. Allah –Ta`ala– berfirman: ﴿وَيَوۡمَ نَبۡعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٖ شَهِيدًا عَلَيۡهِم مِّنۡ أَنفُسِهِمۡۖ وَجِئۡنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِۚ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ تِبۡيَٰنٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ ﴾ “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (An Nahl: 89). ﴿لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ مَا كَانَ حَدِيثٗا يُفۡتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِي بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ كُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ﴾ “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (Yusf: 111). ﴿ وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ﴾ “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” (An Nahl: 44). ﴿وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِي ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ﴾ “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (An Nahl: 64). ﴿يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرٗا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ﴾ “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (Al Maidah: 15-16). Tidak ada penawar dan kehidupan bagi hati dan ruh, kecuali dengan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah –Ta`ala– dan Rasul-Nya. Allah –Ta`ala– berfirman: ﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَأَنتُمۡ تَسۡمَعُونَ وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ قَالُواْ سَمِعۡنَا وَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ ۞إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلۡبُكۡمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ وَلَوۡ عَلِمَ ٱللَّهُ فِيهِمۡ خَيۡرٗا لَّأَسۡمَعَهُمۡۖ وَلَوۡ أَسۡمَعَهُمۡ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ﴾ “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya). dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata “Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan” (al-Anfal: 20-24). [1] HR Bukhari: 8/354. Dalam tafsir bab firman Allah (وكذلك أخذ ربك إذا أخذ القرى وهي ظالمة…) [2] Riwayat yang dimaksud akan disebutkan pada bab selanjutnya dalam buku ini. [3] HR Muslim: 4/1994/2577, dalam “Al Birr wa Ash Shilah”, bab “Tahriim Adz Dzulmi” [4] Hadis terkait masalah ini akan disebutkan pada bab selanjutnya dalam buku ini. [5] Riwayat ath-Thabrani dalam “Al-Kabiir” dari hadis Abdullah bin Ja`far. Dalam rangkaian sanadnya terdapat perawi yang bernama Muhammad bin Ishak yang dikenal sebagai seorang “Mudallis” (Al-Majma`: 6/35). Diriwayatkan juga oleh Ibnu Ishak tanpa sanad (Ibnu Hisyam: 2/61-62), “Al-Bidayah Wa An-Nihayah: 3/136”. Dengan demikian status sanadnya lemah. Syaikh Al-Albani juga menghukumi demikian dalam “Takhriij Fiqhu As-Sirah” karya Muhammad Al-Ghazali, hlm. 132. Terjemahan Kitab Akidahislamsyarahtauhid