Skip to content
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET
AKIDAH.NET

PASAL XXX – URGENSI BENTENGI AKIDAH

Supriyadi Yusuf Boni, 28 Agustus 2025

Sumber: Kitab Maraqy al-Wa’yi (Penanaman & Peningkatan Kesadaran)

Penulis:  Prof. Dr. Shaleh bin Abdul Aziz Utsman Sindi

Penerjemah: Supriyadi Yousef Boni

Editor: Idrus Abidin

Realitas yang terpampang di depan mata dan mustahil dipungkiri hari ini adalah generasi kaum muslimin di hampir semua negeri kaum muslimin adalah mereka ditimpa bencana besar dan fitnah menerjang yang perlu diperhatikan kaum berakal sehat. Generasi muda Islam dijadikan target tembakan pemuka kejahatan dan keburukan, dari kalangan kaum atheis, kaum perusak, pendaku bid’ah dan gerakan fikiran sesat.

            Menghadapi gelombang invasi pemikiran yang sistematis dan terstruktur mesti menyadarkan kita bahwa anggapan generasi muslim akan terlindungi dari kesesatan yang menyebar merupakan bentuk tindakan menipu diri sendiri dan asumsi bohong. Mustahil seseorang akan berkata; mereka itu akan kebal dan berpelindung kokoh melawan semua gelombang madzhab perusak, mereka akan selamat dari serangan yang menarget fikiran mereka dan etika mereka, mereka juga mustahil disergap dan disesatkan, baik berupa sikap ekstrim (ghuluw) ataupun malah menanggalkan identitas keislamannya.

            Jadi, kita sedang dikelilingi marah bahaya yang mematikan, lantas kita tindak preventif terkait apa yang mesti dilakukan agar selamat dari gempurannya? Jawabannya: tidak ada cara lain setelah berharap taufik dari Allah Swt kecuali dengan menguatkan benteng perlindungan, kokohkan dan kuatkan akidah yang benar. Ini senjata paling penting dan paling bisa diandalkan namun bersifat segera. Saya tekankan bahwa semakin besar sebuah kesesatan dan semakin luas sebarannya, maka tingkat kekhawatiran juga perlu makin ditingkatkan, lalu benteng pelindung makin perlu diperkuat. Wabah yang menyerang iman lebih berbahaya dan lebih mematikan ketimbang wabah yang menyerang fisik dan jasad.  Sehingga rangkaian tindakan preventifnya juga mesti lebih diperkuat dan diperkokoh. Perhatikan pernyataan Ibrahin a.s. dalam ayat:

وَّاجۡنُبۡنِىۡ وَبَنِىَّ اَنۡ نَّـعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَؕ‏

            Terjemahannya: “dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (Qs; Ibrahim: 35).

            Nabi Ibrahim a.s. adalah imamnya orang shaleh dan bapaknya para nabi. Namun demikian, beliau tetap khawatir dirinya terjebak dalam syirik, lantas bagaimana lagi dengan selainnya? sungguh tepat sikap Ibrahim al-Taimi kala berkata: Siapakah yang berani merasa aman dari bencana setelah Ibrahim a.s?

            Jadi; khawatir terjebak perangkap syirik, kufur dan sesat adalah sikap mulia para kaum beriman. Semakin tinggi level iman maka makin tinggi pula rasa khawatir terjebak dalam kekufuran. Perhatikan alasan kekhawatiran Ibrahim dalam firman Allah Swt:

رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضۡلَلۡنَ كَثِيۡرًا مِّنَ النَّاسِ​

            Terjemahannya: “Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia.” (Qs; Ibrahim: 36).

            Diantara sebab munculnya kekhawatiran terjebak dalam kesesatan adalah karena korbannya sudah banyak. Dan semakin menyebar sebuah jenis penyakit berarti dia makin berbahaya, karena kemungkinan menimpanya lebih besar. Jika terjebak dalam kesesatan dahulu dikhawatirkan, maka kekhawatiran itu di zaman ini mesti lebih besar. Sebab, syubhat hari ini lebih terbungkus indah dan lebih menarik hati dan lebih mudah dijangkau ketimbang zaman dahulu. Saluran syubhat hari ini menyerang setiap orang melalui media komunikasi dan perangkat elektronik modern seperti yang diketahui bersama.

            Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat hingga ummatku bergelantungan mengikuti orang musyrik bahkan hingga mereka menyembah berhala.” (HR. al-Tirmidzi, no. 2219). Rasulullah Saw juga bersabda; “Segeralah kalian beramal shaleh, hindari fitnah yang menyerang di tengah malam gulita, seseorang beriman di pagi hari lalu menjadi kafir di sore hari, atau mukmin di sore hari dan menjadi kafir di pagi hari, dia jual agamanya dengan imbalan sekeping dunia.” (HR. Muslim, no. 118).

            Perlu dicamkan, bahwa kekhawatiran yang benar akan terjebak dalam kekufuran mendorong orang untuk mengetahuinya dan pintu masuknya. Sebab, sesuatu yang tidak diketahui tak perlu dikhawatirkan. Lalu seseorang yang makin faham keburukan maka dia pasti lebih khawatir jadi mangsanya. Orang yang ingin capai level kekhawatiran orang-orang shaleh dari kesesatan maka dia wajib tahu dasarnya, turunannya, detailnya, medianya, dosanya, sanksinya, hingga tumbuhkan kekhawatiran yang tepat dalam hatinya. Makanya, generasi paling ideal sebagi contoh dalam hal ini adalah para sahabat Rasulullah Saw. Di mana mereka adalah generasi paling faham kebenaran, paling tahu tentang kebathilan, paling tegak bela kebenaran dan paling jauh dari kebathilan.

            Tauhid tidak kokoh pondasinya kecuali dengan dua hal ini; mengetahui dan istiqamahi kebenaran dan mengetahui serta jauhi kebathilan. Mengabaikan salah satunya merupakan kekeliruan. Sungguh indah riwayat dari Umar r.a. ketika berkata: “Tali Islam itu dipotong satu-satu, terutama bagi yang tumbuh dalam Islam namun tidak tahu perilaku Jahiliyah.” Jadi orang-orang yang bahagisa adalah mereka yang tahu kebenaran secara rinci dan dikaruniai taufik mengistiqamahinya, juga memahami kebathilan lalu diberi taufik menjauhinya.

            Namun orang biasa yang hidup di dunia ini yang tidak mampu bedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara iman dan kufur, antara cahaya dan kegelapan pasti mudah jadi korban kesesatan.

URGENSI AKIDAH YANG BENAR DALAM MEMBENTENGI DIRI DARI KESESATAN.

            Akidah yang benar – yakni akidah ahlussunnah wa al-jama’ah, akidah salafu al-shalih – adalah benteng paling kokoh menjaga agar tidak terjerembab di lembah kesesatan, baik berupa kekufuran, tahu perbuatan bid’ah, sikap berlebihan atau tanggalkan keimanan. Dalam akidah yang benar ada keyakinan kuat terhadap kebenaran, jawaban lengkap patahkan segala syubhat, ada keharmonisan antara naqli dan akal, kemudahan dan kejelasan, ada proporsionalitas antara dua sikap ekstrim, ada keteguhan berpegang pada agama Allah Swt juga mengikuti al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw. Orang yang kuat akidahnya berarti telah memiliki tali keselamatan.

BUAH AKIDAH YANG BENAR DAN KUAT.

            Penguasaan seorang muslim yang mendalam tentang persoalan-persoalan akidah dan mempelajarinya akan berikan kebaikan luar besar. Penjelasan tentang ini sangat luas dan saya batasi pada tiga point penting.

  1. Mengenal Allah Swt.

Siapakah Allah Swt? Dia adalah Dzat yang maha Agung yang mesti mengisi hati, ditakuti, dan menjadi puncak harapan setiap muslim, melebihi dari selainnya. Allah Swt esa dalam rububiyahNya, uluhiyahNya, semua makhluk mengakui keesaanNya, semua makhluk tunduk pada keagunganNya, bergantung kepadaNya, Dia bersemayam di ArysNya, mengendalikan kehidupan hambaNya, mengampuni dosa, meredam bencana, menolong orang susah dan menanamkan rasa cukup dalam hati orang fakir.

Allah Swt adalah dzat yang maha awal yang tiada sesuatu mengawaliNya, maha akhir yang tiada sesuatu setelahNya, maha zhahir yang tidak ada lebih tampak dariNya, dan maha bathin yang tiada sesuatu lebih dalam dariNya. Allah Swt adalah dzat yang jika diketahui dengan benar maka semua hal telah diketahui, jika tidak diketahui maka hal lain juga tidak mungkin diketahui.

Allah Swt adalah dzat yang jika engkau kenali, engkau cintai, engkau ibadahi maka engkau akan bahagia dan dikarunia nikmat yang berkelanjutan, engkau jadi tahu tujuan keberadaanmu dan hidupmu menjadi bermakna. Allah Swt yang ciptakan engkau untuk kenali Allah Swt lalu mengaktualisasi, berupa mencintaiNya dan menghambah kepadaNya satu-satunya. Ini adalah persoalan terbesar dalam hidupmu, semakin kuat akidahmu maka engkau akan lebih istiqamah.

  • Jika engkau dikaruniai taufik dan kuat akidahmu maka engkau meraih keselamatan, hatimu lebih suci, maka pelajari akidah yang benar maka engkau raih janji itu.

Hati yang suci adalah yang bersih dari segala penghambaan kepada selain Allah Swt, dia tunduk, berserah diri kepada Allah Swt, ruhnya dipenuhi cinta dan penuh harap kepada Allah Swt, taubat dan tawakkal kepadaNya, do’a, ihklash, kemuliaan dan pengagungan. Dia tidak berharap kepada selainNya, tidak takut, tidak kembali, tidak tawakkal kepada selainnya. Karena tiada di hatinya selain Allah Swt, tidak tertarik pada yang diharamkan, dan tidak merasa berat pada perintahnya. Firman Allah Swt:

وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الۡمُنۡتَهٰىۙ‏

Terjemahannya: “dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu),” (Qs; al-Najm: 42). Ini adalah karakter orang yang selamat di akhirat kelak, di saat tidak berguna harta dan keturunan, kecuali pemilik hati yang sehat.

  • Salah satu buah akidah yang kokoh adalah seseorang smapai pada derajat al-bashirah (mata hati yang tajam), tiada karunia termulia melebihi karunia al-bashirah dalam din walau amal sedikit.

            Peringkatan keistimewaan antara sesama manusia didasarkan pada peringkatan mereka dalam persoalan akidah. Sebagian salaf mengatakan, para ulama melakukan kewajiban beragama berdasarkan pandangan mata hati yang tajam. Orang yang tajam mata hatinya akan tersingkap banyak hal di hadapannya, tahu detail realitas sesungguhnya, tahu apa saja yang berguna atau buruk baginya, kebenaran sangat jelas baginya berserta cahaya dan pancaran sinarnya, demikian pula kebathilan terlihat gelap gulita.

            Orang yang tajam mata hatinya sangat yakin dan istiqamah, menjalani hidup dengan tuntunan Allah Swt. Firman Allah Swt:

اَفَمَنۡ شَرَحَ اللّٰهُ صَدۡرَهٗ لِلۡاِسۡلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوۡرٍ مِّنۡ رَّبِّهٖ​

            Terjemahannya: “Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?” (Qs; al-Zumar: 22).

            Jadi, orang yang bisa sampai pada level al-bashirah ditopang oleh perhatian besar terhadap akidah, baik belajar dan berkomitmen. Sangat berbeda dengan mereka yang imannya terpaksa atau karena kebiasaan semata, beragamanya berdasarkan kultur, dia tumbuh sebagai muslim hanya karena berada di lingkungan kaum muslimin, namun Islam tidak meresap ke dalam hatinya, dia dikendalikan oleh syubhat dan tantangan berat, kala bertemu dengan orang yang menebarkan syubhat maka pasti menjadi ragu, dan andai digoda tanggalkan agamanya pasti akan berubah, orang yang imannya di level ini dalam bahaya besar.

            Namun orang yang imannya berada di atas level al-bashirah adalah yang tetap istiqamah walau diterpa topan syubhat dan syahwat, sikapnya mengistiqamahi agama yang benar ini, imannya sudah mendarah daging dalam dirinya, hati dan akalnya meyakini keindahan, kemuliaan dan kesempurnaan agama ini, andai ditawari pilihan antara dilemparkan ke neraka dengan pindah ke agama lain, maka dia pasti akan pilih dilemparkan ke neraka.

TEMA PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK RASAKAN MANISNYA IMAN.

            Ada tujuan yang perlu diupayakan dengan keras, yakni untuk dapat menikmati manisnya iman. Karena hanya iman kepada Allah Swt yang menjadi jaminan untuk tidak tergelincir. Seorang muslim yang merasakan nikmat dan manisnya iman, dia juga mustahil akan ganti imannya dengan kekayaan dunia. Lantas bagaimana kaita sampai ke level itu? Nabi Saw telah menjelaskan melalui sabdanya: “Orang yang akan menikmati manisnya iman adalah orang yang ridha Allah Swt sebagai Rabb, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasul.” (HR. Muslim, no. 34).

            Akidah ahlusnnah wa al-jama’ah, tujuan dan intinya adalah sampai ke tujuan. Maksudnya, saya pesan untuk focus pada tema-tema berikut di mana telah dijelaskan pada ulasan sebelumnya.

  1. Iman kepada Allah Swt merupakan awal dan akhir dari segalanya, mencakup; mengetahui bukti keberadaanNya, rububiyahNya dan uluhiyahNya, pengagunganNya dengan mengetahui nama-nama dan sifat-sifatNya. Perlu difahami terkait tema ini adalah mengetahui sifat-sifat Allah Swt, keindahanNya dan kesempurnaanNya, serta mengetahui makna nama-nama Allah Swt.
  2. Keindahan Islam bila telah diyakini seseorang maka pasti dia tak akan beralih ke yang lainnya.

Andai mereka tahu Islam pasti tak akan menyimpang

Darinya dan pindah ke lainnya, namun mereka tidak tahu.

Setiap orang perlu meyakini bahwa Islam mencakup akidah yang membuat hati tenang, dan penghambaan yang meninggikan ruh, syariat yang membersihkan fisik. Cukuplah perintah kaki setiap muslim dicuci lebih banyak ketimbang perintah mencuci wajahnya di agama lain, lantas agama mana selain Islam yang perintahkan cuci mulut dan gigi sebagai ibadah?

Perlu juga difahami bahwa syariat Islam mengajarkan akhlak mulia dan adab-adab menarik, sampai kemudian Islam merawat perasaan hewan, di mana syariat melarang pisau ditajamkan di hadapan hewan lainnya. Perlu juga dicamkan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sejalan dengan akal dan naqli, menata semua sendi kehidupan dengan tatanan sempurna, konfrehensif, universal dan detail. Islam adalah agama yang sangat mudah dan dimudahkan, baik untuk memeluknya, meyakini dan mengimplementasikannya.

Kesimpulan; mengetahui apa yang negkau cintai akan menambah besar cintamu dan sangat merawatnya.

Demi Allah, andai diriku sadari yang ku inginkan

Maka pasti memenuhi kepalaku dan jalanku.

  • Bukti-bukti kenabian. Tema ini penting dipelajari dengan seksama disertai upaya menyelami sosok kepribadian nabi dan sirahnya yang harum.
  • Merealisasikan tauhid; dan menguatkan iman kepada ghaib.
  • Memahami wala’ dan bara’ di bawah panduan dalil syariat, kerangka berfikir, jauh dari cibiran orang lain dan sikap berlebihan orang lainnya.
  • Akidah yang shahih dalam bab takdir; hikmah dan rahasia di balik perbuatan Allah Swt; tema ini termasuk pintu masuk setan manusia untuk menyesatkan generasi muda.
  • Pola tepat berinteraksi dengan syubhat dengan tenang lalu berupaya menyingkapnya.
  • Mengagungkan dalil kitabullah dan sunnah, menerima dan mengedepankan keduanya ketimbang selainnya, lalu menyinari hati dengan keduanya.
  • Menghilangkan kemungkinan terjadinya kontradiksi antara akal dengan syariat, seraya mengetahui kedudukan akal dan fungsinya yang tepat.
  • Mengetahui sumber hukum dalam manhaj ahlussunnah wa al-jam’ah, juga metodologi penalaran hukum yang benar.

PESAN RUJUKAN DAN REFERENSI

            Kitab-kitab referensi akidah ahlussunnah wa al-jama’ah sangat banyak, namun saya ringkas beberapa yang suguhannya lebih mudah dan sederhana. Jika engkau inginkan penjelasan lebih mudah dan jelas maka saya sarankan mendengar ceramahnya syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin tentang akidah. Beliau tinggalkan warisan ilmiyah yang sangat berguna, ulasannya terkenal sangat jelas dan detail, terutama “Syarhu Tsalatsatu al-Ushul”, “Syarhu Akidah Ahlussunnah wa al-Jama’ah”, “al-Qaulu al-Mufid” dan “Syarhu al-Wasithiyah.”.

            Saya juga sarankan risalah-risalah karya syekh Abdurrahman al-Sa’di tentang akidah, terutama bantahannya terhadap atheisme dan menjelaskan keindahan Islam seperti dijelaskan pada paparan sebelumnya. Jika engkau ingin membeli kitab yang mengulas akidah yang benar secara tuntas namun mudah dan jelas disertai dalil-dalil syariat maka saya sarankan kitab “Ma’ariju al-Qabul” karya Syekh Hafizh al-Hakami rahimahullah. Namun jika engkau inginkan kitab lain mala silahkan beli kitab “A’lamu al-Sunnah al-Mansyurah” disuguhkan dengan pola soal jawab.

            Jika engkau inginkan kitab ensiklopedi yang sangat sempurna tentang akidah maka silahkan beli kitab “Mausu’ah al-Aqidah” yang diterbitkan oleh “al-Jam’iyah al-Ilmiyah al-Su’udiyah li Ulumi al-Aqidah” sebanyak enam jilid.

            Jika engkau hendak meningkatkan level pembelajaran akidah maka silahkan menela’ah kitab karya dua ulama kaliber yakni; Ibnu Taimiyah dan Ibnu al-Qayyim, di dalamnya engkau temukan penjelasan sangat berharga. Sementara website akidah yang penjelasannya sangat luas dan sempurna tentang akidah – berupa paper, kitab, video singkat – maka silahkan kunjungi “al-Jam’iyah al-Ilmiyah al-Su’udiyah li Ulumi al-Aqidah”.

CARA MENJAGA AKIDAH GENERASI MUSLIM.

            Pertanyaan ini termasuk yang terpenting diperhatikan oleh setiap ayah dan ibu, para guru dan selainnya. Diantara tugas penting hari ini adalah; berupaya menjaga akidah generasi muslim, lalu melakukan tindakan berupa suntikan imunisasi demi meredam syubhat dan keraguan, agar mereka mendapatkan penjelasan yang baik dan kuat pemahaman agamanya serta selamat dari target panah kesesatan.

            Hari ini kita hidup di zaman fitnah luar biasa, ancamannya terhadap kaum dewasa sangat berat, lantas bagaimana lagi dengan generasi muda. Menyadari tanggung jawab dan amanah merupakan awal dan pondasi, lalu menyadari bahwa ada pertanyaan menanti kita di akhirat; “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpin.” (Al-Bukhari, no. 893 dan Muslim, no. 1829). Nabi Saw juga bersabda: “Setiap orang yang diamanahi Allah Swt orang-orang yang dia pimpin, lalu dia tidak penuhi kewajibannya dengan baik, maka dia tidak akan mencium harumnya syurga.” (Al-Bukhari, no. 7150 dan Muslim, no. 142).

            Tema ini sesungguhnya sangat luas namun saya ringkas melalui tujuh point berikut ini;

  1. Mendo’akan mereka hidayah dan istiqamah untuk mereka. Persoalan ini dilarang dipandang enteng, persoalan ini sangat penting dan berperan sentral. Diharuskan menyiapkan waktu khusua untuk mendo’akan anak-anak kaum muslimin dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Jika do’a untuk generasi muda kaum muslimin diabaikan di masa lalu, maka sekarang dan masa mendatang wajib diperbaiki dan digalakkan.
  2. Mulai perbaiki diri masing-masing. Apabila kita sungguh-sungguh menguatkan akidah pada diri kita maka akan berpengaruh pada orang-orang di sekitar kita. Pepatah menyatakan; orang kehilangan sesuatu tak mungkin berbagi.
  3. Camkan bahwa landasan tarbiyah adalah;
    1. Tanamkan rasa cinta kepada Allah Swt, mentauhidkanNya, merasa diawasi Allah Swt dalam diri setiap muslim.
    1. Taati nabi Saw secara mutlak
    1. Agungkan wahyu, muliakan al-Qur’an dan sunnah
    1. Kelemahan kita akan ditutupi oleh kemaha kuat Allah Swt dan kemaha kaya Allah Swt.

Empat point ini merupakan dasar dan inti proses tarbiyah yang dilakukan setiap waktu.

  • Fokus pada tujuan hidup. Hilangnya tujuan hidup pada generasi muda Islam sangat memprihatinkan, persoalan ini tidak patut diabaikan. Untuk apa saya ada di dunia? Kenapa dan untuk apa saya diciptakan Allah Swt? Apa tugas pokok saya di kehidupan dunia ini?

Tanamkan jawaban tegas pada pertanyaan tentang keberadaan di dunia dalam hati anak-anak kita di setiap waktu, ajarkan mereka bahwa menghamba kepada Allah Swt lebih penting di atas segala-galanya dan bahwa masa depan yang sesungguhnya yang wajib diwujudkan adalah kehidupan ukhrawi yang bahagia. Keberhasilan duniawi hanya sebatas sarana untuk mewujudkan kebahagiaan ukhrawi.

Tanamkan dalam diri anak-anak bahwa mereka wajib bersungguh-sungguh belajar dan mencapai level tertinggi, karena mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Swt. Dengan demikian dia berguna untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, masyarakatnya dan kaum muslimin secara keseluruhan, dan akan peroleh pahala berlipat.

  • Tanamkan Sifat Qana’ah dalam diri anak. Jika engkau perintahkan dia shalat sampaikan bahwa shalatlah untuk dzat yang telah ciptakan engkau dan telah perintahkan shalat kepadamu, jujur kepada Allah Swt karena Dia suka orang jujur, dan jangan dustai dia karena Dia benci kedustaan, kerjakan semua kebaikan karena Allah Swt pasti melihatmu, makan dengan tangan kanan karena itu adalah sunnah Nabi Muhammad Saw. Jelaskan selalu buah ketaatan kepada Allah Swt dan kepada Rasulnya Saw. Tanamkan dalam dirinya sifat qana’ah dan bukan sekedar kultur kebiasaan
  • Ciptakan lingkunagn kondusif atau minimal tidak buruk – baik di internet maupun di sosial media – di mana generasi mudah tidak melampaui batas.

Tidak perlu ditampakkan bahwa internet sudah menjadi kebutuhan dasar bagi sebagian rumah tangga, atau bahkan bahagian dari hidup mereka, sedang daya tarik internet itu sangat kuat. Jadi, perlu kiranya dibentuk pola interaksi yang benar dan tepat. Media kontrol agar anak-anak tidak berselancar jauh dalam internet sudah banyak tersedia dalam bentuk program software, ada juga banyak program yang bersih dari laman-laman kotor namun menarik bagi anak-anak sangat bisa dimanfaatkan.

  • Ada banyak program yang baik dan menarik dalam belajar akidah melalui media seni, atau buku-buku kecil bergambar berwarna yang dipublish berjudul: “Aqidah al-Thifli al-Muslim” dan semacamnya. Semuanya memaparkan tentang tema aqidah dengan cara yang mudah, menarik perhatian anak-anak. Paparannya makin sempurna dengan metode pengajaran yang tepat oleh para generasi tua dari kalangan semua ayah dan tenaga pendidik.

Kesimpulan; tempatkan penbinaan akidah pada anak-anak sebagai prioritas utama kita. Bersikap jujur dan mohon hidayah Allah Swt, maka semua jalan akan terbukan dan dimudahkan Allah Swt. Firman Allah Swt;

وَالَّذِيۡنَ جَاهَدُوۡا فِيۡنَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَا  وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الۡمُحۡسِنِيۡنَ‏

Terjemahannya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (Qs: al-Ankabut: 69).

Terjemahan Kitab Akidahilmuislamtauhid

Navigasi pos

Previous post
Next post

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • PASAL XXXVI – KESESATAN BERFIKIR
  • PASAL XXXV – AJARAN MEDITASI
  • PASAL XXXIV – BAGAIMANA MEMAHAMI DALI SYARIAH (2)
  • PASAL XXXIII – BAGAIMANA CARA MEMAHAMI DALIL SYAR’I (1)
  • PASAL XXXI – PERTANYAAN-PERTANYAAN SEPUTAR IBADAH
September 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Agu    

ahli kitab (2) ahlussunnah (2) akal (3) Akidah (94) Al 'Uluw (2) Allah (4) alquran (29) budaya (4) dalil (2) firqah (2) firqah najiyah (2) hadits (2) hidayah (2) ibadah (3) ibnu katsir (1) ibnu taimiyah (4) ilmu (57) imam ahmad (1) imam syafi'i (9) iman (3) islam (80) kalam (2) kenabian (4) kesesatan (2) kristen (1) kristologi (5) ma'rifah (2) Mahatinggi (1) Maha Tinggi (1) manusia (2) meditasi (1) muhammad (1) muslim (1) nubuwah (3) pengetahuan (10) sejarah (4) sunnah (4) syubhat (3) tafsir (2) takdir (2) tauhid (68) taurat (3) teori (2) tsaqafah (3) wahyu (2)

©2025 AKIDAH.NET | WordPress Theme by SuperbThemes