PASAL XXIX – WASWAS DALAM KEIMANAN Supriyadi Yusuf Boni, 17 Agustus 2025 Sumber: Kitab Maraqy al-Wa’yi (Penanaman & Peningkatan Kesadaran) Penulis: Prof. Dr. Shaleh bin Abdul Aziz Utsman Sindi Penerjemah: Supriyadi Yousef Boni Editor: Idrus Abidin Yakin adalah pengetahuan sempurna yang tidak dicampuri oleh keraguan sedikitpun yang mengharuskan seseorang beramal. Yakin yang benar adalah iman kepada yang ghaib, janji dan ancaman Allah Swt, di mana hati tidak terganggu oleh keraguan dan syubhat. Keyakinan membuat hati tenteram, nyaman dan tenang. Yakin adalah jiwa dan kehidupan iman, bahkan dia iman sesungguhnya. Orang yang yakin diberi karunia khusus berupa petunjuk dan keselamatan di tengah makhluk Allah lainnya. Firman Allah Swt: وَالَّذِيۡنَ يُؤۡمِنُوۡنَ بِمَۤا اُنۡزِلَ اِلَيۡكَ وَمَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ وَبِالۡاٰخِرَةِ هُمۡ يُوۡقِنُوۡنَؕ. اُولٰٓٮِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنۡ رَّبِّهِمۡ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ Terjemahannya: “dan mereka beriman kepada (Alquran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau,1 dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs: al-Baqarah: 4-5). Sedang penduduk neraka adalah kebalikannya, yakni orang yang tidak punya keyakinan. Firman Allah Swt: وَاِذَا قِيۡلَ اِنَّ وَعۡدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّالسَّاعَةُ لَا رَيۡبَ فِيۡهَا قُلۡتُمۡ مَّا نَدۡرِىۡ مَا السَّاعَةُ اِنۡ نَّـظُنُّ اِلَّا ظَنًّا وَّمَا نَحۡنُ بِمُسۡتَيۡقِنِيۡنَ Terjemahannya: “Dan apabila dikatakan (kepadamu), “Sungguh, janji Allah itu benar, dan hari Kiamat itu tidak diragukan adanya,” kamu menjawab, “Kami tidak tahu apakah hari Kiamat itu, kami hanyalah menduga-duga saja, dan kami tidak yakin.”” (Qs: al-Jatsiyah: 32). Orang yang yakin sangat tegas menerima kebenaran yang terang benderang. Firman Allah Swt: قَدۡ بَيَّنَّا الۡاٰيٰتِ لِقَوۡمٍ يُّوۡقِنُوۡنَ Terjemahannya: “Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang yakin.” (Qs: al-Baqarah: 118). Mereka tidak ragukan hukum Allah Swt, baik yang syar’i maupun yang qadari. Firman Allah Swt: وَمَنۡ اَحۡسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكۡمًا لِّـقَوۡمٍ يُّوۡقِنُوۡنَ Terjemahannya: “(Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (Qs; al-Maidah: 50). Yakin adalah nikmat termulia yang dikaruniakan untuk seorang muslim. Yakin yang tertanam kuat kepada Allah Swt, kepada agama-Nya, nabi-Yya dan kitab-Nya – tidak dipadamkan oleh keraguan dan tidak dipudarkan oleh pikiran sesat – adalah nikmat termulia. Sungguh beruntung mereka yang punya keyakin seperti itu. Yakin adalah puncak kebahagiaan, ruh dan kesenangan. Jika yakin telah bersemayam di hati, maka dia dipenuhi cahaya yang memancar, hilang semua keraguan dan kemurkaan, gundah dan gelisah. Hati yang mulia karena yakin dan terpancar cahayanya, akan bahagia, ringan terasa menghadapai semua kesulitan dan petaka dunia, setiap kali tertimpa musibah dia berucap: tidak mengapa, ada Rabbku yang akan membimbingku. Hamba yang sempurnakan hakikat yakin, dia melihat bencana sebagai nikmat, dunia baginya hanya sekedar tempat berteduh tak akan terpedaya olehnya. Layakkah seorang berakal sehat memilih butiran makanan terbuang, lalu tinggalkan hidangan besar yang nikmat dan lezat? Kesimpulan; orang yang dikaruniai yakin maka dia berada dalam nikmat besar tak bisa dinilai dengan dunia, sekalipun dia sujud syukur kepada Allah Swt sepanjang hidupnya, tidak cukup sepadan dengan nikmat keyakinan itu. Nikmat yakin makin terasa bila melihat orang kafir yang diselimuti rasa bimbang, yang membuat hatinya sedih berkeping-keping, dilanda waswas dan pikiran sesat. Dia tertawan, terbelenggu, diterpa rasa sempit berkepanjangan, tekanan batin dahsyat, berupaya lepas namun tak sanggup, berusaha mencari ketenangan namun tak dia temukan. Bersyukurlah kepada Allah Swt wahai yang menikmati iman, orang yang ridha Allah Swt sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad Saw sebagai nabinya. Istiqamahlah di atasnya, waspadai godaan hati yang bisa jerumuskan dalam bencana, waspadai rayuan setan jin dan setan manusia. Waspadai serangan musuh Allah Swt yang ingin sengsarakanmu, sebab, makin mulia tujuan, makin berat tuntutan, tantangan dan hambatan. Ini sudah menjadi sunnatullah. Firman Allah Swt; فَاصۡبِرۡ اِنَّ وَعۡدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلَا يَسۡتَخِفَّنَّكَ الَّذِيۡنَ لَا يُوۡقِنُوۡنَ Terjemahannya: “Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu benar dan sekali-kali jangan sampai orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau.” (Qs: al-Rum: 60). KENAPA MESTI BINCANGKAN WASWAS SETAN? Setelah paparan sebelumnya tentang tema atheisme dan persoalan yang ditimbulkannya, perlu kiranya mengulas tema gangguan waswas terhadap iman. Karena sebagian orang merasakan problematika yang beririsan dengan tema atheisme, sehingga dia menuding dirinya mengidap penyakit atheisme. Padahal, problemnya bukan terkait syubhat atheisme yang perlu diobati, namun hanya waswas dari setan yang perlu disikapi. Tidak pas baginya disodorkan dalil-dali dan argumen akidah. Realitas ini disadari banyak orang, utamanya yang sering berinterkasi dengan orang lain mendengar keluhan dan persoalan mereka. Tidak sedikit dari segmen masyarakat ini yang terserang waswas, baik karena intimidasi atau selainnya berupa fikiran buruk yang menghinggapinya. Membedakan antara orang yang ditimpa keraguan dan persoalan akibat syubhat ilmiyah atau filsafat dengan orang waswas, penting diketahui. Sebab, masing-masing dari keduanya menuntut pola interaksi yang berbeda, pola interkasi untuk yang satu tidak akan berhasil kalau digunakan untuk yang lainnya, bahkan bisa saja malah membuat kondisinya makin parah. Betapapun demikian, tidak mengagetkan bila dikatakan bahwa waswas hari ini sudah menjadi penyakit yang menyebar, bisa menciderai iman, atau persoalan syariat seperti thaharah, shalat, talak dan sebagainya, bisa juga terkait dengan persoalan rumah tangga, sosial dan selainnya. Persoalan ini penting diselami oleh mereka yang punya kompetensi. APA WASWAS ITU DAN DARI MANA SUMBERNYA? Waswas diartikan sebagai bisikan jiwa dan setan dengan sesuatu yang tidak berguna atau tak ada kandungan kebaikan. Waswas berupa fikiran, gambaran fikiran, atau goncangan berulang bersemayam di akal disertai rasa sempit dan debar, ditambah rasa ingin terlepas dan terbebas darinya. Tidak diragukan bahwa setan yang hembuskan waswas, korbannya terkadang mengikuti bisikan itu, menyambut ajakannya dan mengikuti arahannya. Sangat terasa wahyu menjadi ruh bagi jiwa. Jiwa tidak akan merasa aman, tenang, tenteram kecuali jika dia dipenuhi wahyu, karena wahyu adalah bekal hidup sesungguhnya dan tanda kebahagiaan dan ketenangan. Firman Allah Swt: وَكَذٰلِكَ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلَيۡكَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا كُنۡتَ تَدۡرِىۡ مَا الۡكِتٰبُ وَلَا الۡاِيۡمَانُ وَلٰـكِنۡ جَعَلۡنٰهُ نُوۡرًا نَّهۡدِىۡ بِهٖ مَنۡ نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَاِنَّكَ لَتَهۡدِىۡۤ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍۙ Terjemahannya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) rūh (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Alquran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Alquran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk pada siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,” (Qs: al-Syura: 52) Tatkala hati jauh dari Allah Swt, dari ilmu yang benar dan dari syariat Allah Swt, maka setan mudah menguasainya dengan beragam cara. Diantara senjata ampuh yang digunakan setan menguasai hati manusia adalah perasaan waswas, dia campuradukkan semua persoalan hingga kebenaran menjadi kabur dan hanya bisa terlihat orang yang dijaga Allah Swt. Perasaan waswas adalah tipu daya setan sang penggoda, penipu yang selalu menggoda manusia, yang mengalir dalam darah manusia. Disebutkan dalam kitab Shahihain sabda Rasulullah Saw; “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia melalui aliran darah.” (al-Bukhari, no. 2038 dan Muslim, no. 2174). Jika setan dan manusia sudah berkolaborasi menebarkan keburukan maka bencana yang menimpa akan berat. Firman Allah Swt: اِنَّ النَّفۡسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوۡٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىۡ ؕ Terjemahannya: “karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (Qs: Yusuf: 53). Jika perasaan waswas menyentuh keimanan kepada Allah Swt – keberadan-Nya, rububiyah-Nya atau sifat-Nya – atau kitab-Nya, atau nabi-Nya, maka petaka perasaan waswas bertambah berat. URGENSI PAPARAN TEMA WASWAS Mengetahui kendali setan, godaannya dan waswas serta mengetahui hakikatnya akan melahirkan kesadaran yang membantu seseorang memahami tabiatnya dan bagaimana cara tepat menyikapinya. Orang yang aktif mempelajari ayat-ayat Allah Swt pasti menemukan peringatan keras terhadap bahaya tipu muslihat setan, rayuan dan godaannya. Di mana keburukan dan kerusakannya dimulai dari perasaan waswas. Jadi perasaan waswas adalah kendaraan sekaligus objek keburukan dan ketaatan kepada setan. Setan selalu memantau orang mukmin seperti ditegaskan Allah Swt dalam firmannya: ثُمَّ لَاَتِيَنَّهُمۡ مِّنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ اَيۡمَانِهِمۡ وَعَنۡ شَمَآٮِٕلِهِمۡؕ Terjemahannya: “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka.” (Qs: al-A’raf: 17) dan firman Allah Swt: اِنَّ الشَّيۡطٰنَ لِلۡاِنۡسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ Terjemahannya: “Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (Qs: Yusuf: 5). Namun demikian, Allah Swt juga sudah menegaskan bahwa setan tidak mampu perdayai orang mukmin. Firman Allah Swt: اِنَّهٗ لَـيۡسَ لَهٗ سُلۡطٰنٌ عَلَى الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَلٰى رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُوۡنَ Terjemahannya: “Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (Qs: al-Nahl: 99). Ayat ini tegaskan setan pasti gagal perdayai orang yang punya dua modal, yakni; iman dan tawakkal kepada Allah Swt. Kendali yang dinafikan di ayat ini adalah kendali hujjah dan bukti, sebab Iblis tidak punya hujjah dan bukti. Namun setan hanya mampu kendalikan lewat iming-iming dan waswas, utamanya bagi mereka yang kagum padanya. Firman Allah Swt; اِنَّمَا سُلۡطٰنُهٗ عَلَى الَّذِيۡنَ يَتَوَلَّوۡنَهٗ وَالَّذِيۡنَ هُمۡ بِهٖ مُشۡرِكُوۡنَ Terjemahannya: “Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (Qs: al-Nahl: 100). Mereka mengikuti setan melalui ketundukan pada nafsunya, takjub dengan rayuannya hingga membuatnya lalai dari zikir kepada Allah Swt. Sebagaimana setan juga menguasai orang musyrik yang termasuk lebih sesat dari yang sebelumnya. Sangat jelas bahwa kuasa setan itu hanya sekedar merayu dan menggoda, sama sekali tidak punya bukti kebenaran. Selain hanya mampu menipu, kuasa setan juga sangat lemah. Firman Allah Swt: اِنَّ كَيۡدَ الشَّيۡطٰنِ كَانَ ضَعِيۡفًا Terjemahannya: “(karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (Qs: al-Nisa’: 76). Setan punya banyak pintu tipuan, namun perasaan wasawas merupakan yang paling diandalkan demi menjerumuskan sebagian kaum muslimin, setan sulit menggoda kaum muslimin dari pintu lain. Mereka menipu dengan godaan yang tampak menarik namun di baliknya tersimpan azab pedih. Menyadari bahwa waswas itu termasuk tipu daya setan adalah langkah awal selamat darinya sekaligus salah satu cara melawannya. Seseorang yang tidak tahu tipu daya setan akan terperangkap hingga dikendalikan setan tanpa sadar sampai menjadi tawanannya di kemudian hari. APAKAH WASWAS MERUSAK AKIDAH? Perasaan waswas selama masih berupa waswas, maka belum berefek ke akidah seorang muslim. Sebab Allah Swt memaafkan setiap bisikan dalam jiwa selama belum diucapkan atau dikerjakan. Orang yang ditimpa waswas masih bisa tenang. Disebutkan dalam Musnad Ahmad (no. 2097) dengan sanad shahih dari Ibnu Abbas r. a. berkata; ada seseorang yang datang menemui Rasulullah Saw seraya berkata: wahai Rasulullah, terkadang terbesit dalam hatiku sesuatu yang buruk, andai saya dijatuhkan dari langit, jauh lebih aku sukai ketimbang saya ucapkan bisikan itu. Lalu Rasulullah Saw bersabda: Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, maha suci Allah Swt yang ubah muslihatnya menjadi sekadar waswas.” Hadits ini menunjukkan bahwa sekedar perasaan waswas yang menimpa, bukan alasan menyanksi seorang muslim, bahkan ketidaksukaan terhadap waswas adalah penanda iman. (Muslim, no. 132). Namun demikian, perlu waspada, jangan diamkan perasaan waswas dalam hati, karena bisa saja tumbuh perlahan, dari yang ringan hingga berat sampai akhirnya berbuah keraguan atau tumbuhkan nifak dalam diri. Atau seperti orang munafik yang digambarkan ayat: وَارۡتَابَتۡ قُلُوۡبُهُمۡ فَهُمۡ فِىۡ رَيۡبِهِمۡ يَتَرَدَّدُوۡنَ Terjemahannya: “dan hati mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.” (Qs: al-Taubah: 45). Jika telah sampai pada level ini, maka dikawatirkan memudarkan kualitas agama dalam diri. WASWAS PAKSAAN Ciri waswas terpaksa adalah munculnya perasaan wasawas tertentu dalam fikiran orang sakit secara otomatis. Maksudnya banyak fikiran menumpuk di otaknya yang sulit dia tepis selain rasa resah dan gundah. Walau dia sadar itu salah, namun dia tetap tidak bisa menghentikannya, bahkan sering diikuti fikiran lain yang membuatnya makin tertekan. Ada banyak bentuk waswas memaksa diantaranya; waswas fikiran. Maksudnya fikiran tertentu yang bercokol di kepala korban yang umumnya fikiran tidak logis dan tidak faktual. Juga waswas berulang di mana banyak pertanyaan berulang di kepala korban yang tak mampu dijawab, seperti pertanyaan: jika Allah Swt ciptakan kita, lantas siapa ciptakan Allah Swt? Atau fikiran buruk yang objeknya sifat-sifat Allah Swt, khawatir jadi murtad atau semacamnya. Intinya, semua jenis waswas yang terkait dengan iman termasuk yang paling berbahaya. TERAPI PERASAAN WASWAS Bahasan untuk tema ini sangat panjang, namun saya cukupkan beberapa point. Ada sepuluh pesan penting perlu diperhatikan orang yang terserang penyakit waswas, termasuk penting diketahui oleh orang di sekitarnya seperti keluarganya dan sahabat karibnya, demi membantunya keluar dari jeratan perasaan waswas. Meminta Perlindungan (isti’adzah) dari Allah Swt. Perlindungan ini akan berdampak positif jika dilandasi oleh keyakinan yang kuat. Di mana sering diulang oleh lisan dan hatinya. Sedang perlindungan adalah; bersandar pada sesuatu dan mendekat kepada Allah Swt. Dan orang yang berlindung kepada Allah Swt adalah yang berpegang teguh pada-Nya dan bertawakkal kepada-Nya. Tiada muslihat yang dia khawatirkan karena dia bersandar kepada Allah Swt yang maha kuasa dan maha memiliki segalanya. Firman Allah Swt: وَاِمَّا يَنۡزَغَـنَّكَ مِنَ الشَّيۡطٰنِ نَزۡغٌ فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰهِؕ اِنَّهٗ سَمِيۡعٌ عَلِيۡمٌ Terjemahannya: “Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah1 Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs: al-A’raf: 200). Dia maha mendengar semua orang yang berlindung kepada-Nya dan memenuhinya, Dia maha mengetahui segala yang dikawatirkan oleh yang meminta perlindungan kepada-Nya. Demi Allah, siapa yang berlindung kepada Allah Swt dengan hati yang tulus dan sungguh-sungguh, maka pasti dilindungi Allah Swt, dijauhkan dari kejahatan setan, akan pudar perasaan waswas yang menimpanya. Sebab Allah Swt maha kuasa dan maha agung sedang tipu daya setan itu lemah. Belajar Ilmu Syar’i Ilmu syar’i akan mematahkan syubhat yang menimpa seorang muslim, jika kita tahu bahwa kuasa setan hanya berupa godaan dan iming-iming bukan kuasa hujjah dan burhan, dan bahwa kadang dia serang seorang hamba seolah yang dia bisikkan itu adalah hujjah untuk sekedar membuatnya bimbang, dan sekedar menghembuskan rasa waswas maka dia sadar bahwa menuntut ilmu syar’i itu salah satu cara ampuh melawan waswas itu. Intens Tilawah al-Qur’an dan tadabburinya, Lisan selalu zikir di setiap pagi dan petang atau hendak tidur serat di setiap waktu. Zikir merupakan benteng kokoh menahan godaan setan yang terkutuk. Disebutkan dalam hadits al-Harits al-Asy’awy r. a. yang Panjang, dari Nabi Saw seperti yang beliau nukil dari Yahya bin Zakariya berkata; saya perintahkan kalian zikir kepada Allah Swt, karena orang yang berzikir seperti orang yang diburu oleh musuh, lantas ketika telah mendekat tetiba ada benteng kokoh melindunginya dari serangan musuh. Demikianlah seorang hamba, tiada yang melindunginya dari setan melainkan zikir kepada Allah Swt. (HR. al-Tirmidzi, no. 2863) dengan sanad shahih). Ini kaedah sangat penting; bahwa tiada pelindung bagi hamba dari serangan setan kecuali zikir kepada Allah Swt. Rutinkanlah zikir yang tulus dari hati terutama ucapan tahlil; la ilaha illallah wahdahu la syarika lahu lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ala kulli sya’in qadir (tiada ila kecuali Allah semata, tiada serikat bagi-Nya, milik-Nya kekuasan dan untuk-Nya segala pujian dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu) setiap hari seratus kali, dan akan menjadi pelindungmu dari setan pada hari itu hingga sore. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahihain (al-Bukhari, no. 3293 dan Muslim, no. 2991). Jangan Larut dalam Waswas. Seorang muslim dan muslimah dilarang larut dalam jeratan setan dan bujuk rayunya. Obat penawar mujarrab adalah abai dan tidak larut dalam rayuan setan. Disebutkan dalam kitab Shahihain (al-Bukhari, no. 3276 dan Muslim, no. 134) bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Setan menggoda seseorang dengan berucap; siapa yang ciptakan ini dan itu? Hingga sampai bertanya: siapa yang ciptakan Rabb? Jika telah sampai pada titik ini maka segeralah berlindung kepada Allah Swt dan tanggalkan itu.” Jadi, penawarnya adalah, tidak melayani waswas yang menimpa adalah cara melindungi jiwa dari kendali musuh Allah Swt. Jika setan membawa fikiran buruk, maka biarkan dia berlalu, jangan ikut larut bersamanya, alihkan fikiranmu, sibukkan dirimu dan tinggalkan tempatmu, atau telpon temanmu dan bergurau bersamanya, atau berolah ragalah. Abaikan rayuan setan, sekali, dua kali, tiga kali, hingga dia bosan. Karena setan itu sangat lemah. Saya ulangi bahwa sikap paling tepat bagi orang tertimpa waswas adalah kembali kepada Allah Swt; abaikan rayuan itu dan jangan larut, utamanya jika fikiran buruk itu terkait Allah Swt yang maha agung. Sebab Allah Swt ciptakan akal fikiran secara terbatas tak mungkin dia lampaui, mustahil dilewati. Sedang memaksakan sesuatu yang mustahil termasuk tindakan bodoh dan bathil. Jika fikiran sudah merambah ke Allah Swt maka berhentilah dan tanamkan bahwa Allah Swt maha awal tiada sesuatu sebelum-Nya dan maha akhir tiada sesuatu setelah-Nya, Allah Swt maha awal tiada bermula. Saya tekankan dua poin; Lintasan fikiran itu terbagi dua; lintasan fikiran yang termasuk waswas, yakni yang tidak dipicu oleh syubhat ilmiyah, lintasan fikiran ini dilawan dengan sikap mengabaikannya dan telah disebutkan sebelumnya. Lalu lintasan fikiran yang dipantik oleh syubhat ilmiyah, ini dilawan dengan menyelami dalil dan argumen, analisis dan menyebutkan letak kesalahannya, dan tidak boleh ditunda. Diantara memutus rantai godaan adalah dengan mengabaikan dan tidak larut olehnya; hendaklah seseorang abaikan semua syubhat yang dihembuskan setan manusia, tidak membaca tulisan mereka atau mendengar pidato mereka. Sebab, jika setan jin mampu menghembuskan waswas, maka setan manusia juga demikian. Bahkan bisa saja, godaannya lebih berat. Firman Allah Swt: الَّذِىۡ يُوَسۡوِسُ فِىۡ صُدُوۡرِ النَّاسِۙ. مِنَ الۡجِنَّةِ وَالنَّاسِ Terjemahannya: “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”” (Qs: al-Nas: 5-6) dan firman Allah Swt: وَكَذٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيۡنَ الۡاِنۡسِ وَالۡجِنِّ يُوۡحِىۡ بَعۡضُهُمۡ اِلٰى بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا Terjemahannya: “Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh, yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan” (Qs: al-An’am: 112). Berahabat dengan Orang baik. Bersahabat dengan orang baik mendatangkan pertolongan dan petunjuk, nasehat dan arahan, memberi ilmu dan kesadaran serta menguatkan dengan taufik dari Allah Swt. Komitmenlah bersahabat dengan mereka karena mereka sebaik-baik bekal dalam hidup dan senjata terbaik melawan waswas. Perbanyak Do’a dengan Penuh Harap. Kita yakin bahwa Allah Swt satu-satunya yang maha kuasa menghilangkan bencana dan petaka dari kita, dan tidak mungkin orang terbebas dari jeratan setan kecuali jika kembali dan bersandar kepada Allah Swt, inilah yang disebutkan dalam surah; قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ .مَلِكِ النَّاسِۙ .اِلٰهِ النَّاسِۙ. مِنۡ شَرِّ الۡوَسۡوَاسِ الۡخَـنَّاسِ .الَّذِىۡ يُوَسۡوِسُ فِىۡ صُدُوۡرِ النَّاسِۙ. مِنَ الۡجِنَّةِ وَالنَّاسِ Terjemahannya: “Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (Qs; al-Nas; 1-6). Jadi berdo’alah dengan tulus ikhlash dan ulang-ulangilah do’amu. Sungguh-sungguh dan Telaten. Korban waswas diharuskan bekali dirinya dengan kesungguhan dan ketelatenan. Sebab kadang penawarnya hanya sederhana, kadang pula memerlukan waktu panjang, atau penjelasan lengkap dan kesabaran. Maka jadilah sosok yang kuat nan kokoh seraya tetap minta bantuan kepada Allah Swt. Proses pengobatan memang umumnya mulanya terasa pahit, namun perlahan lintasan fikiran buruk melemah dan pudar, hingga tidak lagi berpengaruh apa-apa. Kesungguhan Beramal, Tingkatkan Iman dan Jauhi Maksiat. Iman yang kuat, benar dan dipenuhi perasaan yakin pasti mampu mematahkan semua syubhat fikiran. Karena kebenaran pasti kalahkan kebathilan dan keraguan pasti dilemahkan oleh rasa yakin. Setiap kita mesti bermodal kesungguhan. Dan wajib mengerahkan energi dalam upaya meningkatkan level iman terutama bagi yang inginkan ketenangan jiwa. Berobat dengan Resep Dokter. Manggabungkan antara berobat dengan zikir, antara ruqyah syar’iyah dengan resep dokter sangat berguna dan keduanya tidak saling kontradiksi. Jadi, berkonsultasi dengan dokter jiwa atau psikiater kredibel dan menjalankan sarannya akan beri guna untuk hilangkan waswas. Terapkan Panduan Nabi Orang yang waswasnya sudah sampai pada level meragukan Allah Swt, maka hendaklah komitmen jalankan panduan Nabi berikut ini yang dirangkum dari beberapa hadits Nabi Saw, yakni; Hendaklah selalu ucapkan; saya beriman kepada Allah Swt.Hendaklah menyatakan: Allah Swt esa, tempat bergantung semua hamba, tiada beranak dan tiada pula diperanakkan serta tiada pula ada yang setara dengan-Nya.Meludah ke sebelah kirinya setelah ucapkan kalimat di atas sebanyak tiga kali.Hendaklah berlindung kepada Allah Swt dari setan.Menanggalkan waswas dalam jiwanya. Pesan keenam disebutkan oleh Ibnu Abbas r. a. berkata: firman Allah Swt: هُوَ الۡاَوَّلُ وَالۡاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالۡبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ Terjemahannya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin;1 dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs; al-Hadid: 3) Disebutkan dalam kitab sunan Abu Dawud (no. 5110) dengan sanad hasan bahwa beliau ditanya seseorang seraya berkata; saya rasakan ada sesuatu di batinku. Beliau tanya: apa itu? Dia jawab; saya tidak akan ucapkan. Lalu Ibnu Abbas berkata: Apakah berupa rasa ragu? Orang itu tersenyum. Lalu beliau berkata: Semua orang diterpa gangguan itu. Namun jika engkau rasakan itu dalam jiwamu maka bacalah: هُوَ الۡاَوَّلُ وَالۡاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالۡبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ Terjemahannya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin;1 dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs; al-Hadid: 3) Wallahu a’lam. Untuk ulasan tambahan, disarankan membaca: Manzilatu al-Yakin dalam kitab “Madariju al-Salikin” (3/170) cetakan Daar Alamu al-Fawaid. Kitab Ighatsatu al-Lahfan (1/219) cetakan Daar Alamu al-Fawaid. Terjemahan Kitab Akidahilmuislamtauhid