KEBAIKAN ATAU UNSUR ETIS DALAM AL-QUR’AN BAGIAN 2 Idrus Abidin, 21 Oktober 20231 Mei 2024 Sumber : Ringkasan Pengantar Mengenal Al-Quran Al-Karim Penulis : Dr. ‘Abdullah Dirâz, Ringkasan oleh: Muhammad ‘Abdul ‘Azhim ‘Aliy Penerjemah : Idrus Abidin. Lalu apa hal-hal baru dan bentuk kemajuan pada pola pendidikan etika al-Qur’an? Pada Sisi Keutamaan Personal/Pribadi. Kita mendapatkan rumusan baru dan prinsip baru. Rumusan baru adalah pengharaman minuman keras (khamr) sekaligus menghabisi semua pemicunya dengan melarang semua jenis minuman memabukkan. Adapun prinsip baru adalah seputar niat yang merupakan intisari dari aktivitas beretika ini. Dulu nabiyullah Musa memberikan harapan-harapan kepada kaumnya untuk memenangkan bumi yang dijanjikan, kemenangan terhadap musuh, keberkahan, kebahagiaan pada setiap urusan duniawi. Lalu kemudian datanglah nabi Isa untuk membuka era baru dan menegaskan bahwa kenikmatan dan kebahagian yang dijanjikan itu bukanlah di dunia ini, tetapi wujudnya di kerajaan langit. Akhirnya, tibalah saatnya al-Qur’an, dengan pola konstruktif, menyatukan kedua model ini sekaligus mengakurkannya. Bahwa tujuan sebenarnya bukanlah di kerajaan langit dan bukan pula pada kekuasaan di bumi ini, tetapi pada sesuatu yang jauh lebih mulia dari itu semua, yaitu kebaikan secara mutlak, yakni pada upaya mencari keridhaan Allah, yang harus diwujudkan pada jiwa ketika hendak melaksanakan setiap aktivitas kemanusiaan dengan melaksanakan perintah-Nya لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاء وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS al-Baqarah: 272) Dan, perintah-Nya : وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى * إِلَّا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. (QS al-Lail: 19-20) Sisi Keutamaan pada Interaksi Antara Sesama. Dengan pola hukum Taurat dan hukum Injil, maka berdiri kokohlah pohon keutamaan dan tampillah segala cabang dan dedaunannya. Sedangkan hukum al-Qur’an menyuburkan pepohonan ini dan membuatnya berbuah lebat. Al-Qur’an mengadakan satu unit ajaran yang bisa disebut dengan peradaban etika, yang merupakan perundang-undangan hakiki pada aspek etika dan perasaan bersama (sosial)dan keindahan pada sisi tampilan. [1] Dan 4, Keutamaan Bersama Dan Keutamaan Umum. Pada undang-undang etika pada agama nabi Musa terdapat sebuah tembok pembeda antara orang israel dan non israel. Setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang Israel jika tidak terbatas pada sebangsanya, maka seharusnya tidak boleh melampaui negaranya dan tidak mencakup orang-orang asing yang tinggal bersamanya seperti meminjamkan dengan cara riba (pengulangan 20 : 22), menuntut hak dari orang asing (pengulangan 3 : 15), tidak boleh menjauhkan saudaranya (Imamat 39 : 25), tidak boleh menguasai saudara (imamat 25 : 43-45) hingga ke sisi keutuhan sosial dan rasa tanggung jawab bersama (pengulangan 6 : 7, 5 : 13 dan imamat 20 : 22) Adapun undang-undang etika Kristen, ia memiliki keunggulan dengan menghilangkan tembok pembeda ini, “Karena jika kalian mencintai orang-orang yang mencintai kalian, maka kalian akan mendapatkan pahala….dan jika kalian mengucapkan salam hanya pada saudara kalian saja, lalu keutamaan apa yang sudah kalian lakukan?!.” (Matius 5 : 46-47). Hanya saja, keutamaan sosial Kristen, sebagaimana yang diutarakan oleh banyak Injil yang terkait dengan hubungan antar personal lebih banyak dibanding arahannya kepada semangat sosial yang bersifat prinsipil. Tetapi kecintaan Kristen dengan perluasannya melampaui batasan teritorial Kristen sendiri dan dengan semangatnya dalam merangkum semua golongan manusia, sudah sangat bagus dengan membatalkan karakteristik pembatasan golongan sekaligus menggantinya dengan persaudaraan internasional. Tetapi al-Qur’anlah yang mengawal penyatuan antara keutamaan umum dan keutamaan bersama, karena meneggaskan bahwa di luar persaudaraan karena Allah ada juga persaudaraan sesama anak cucu Adam إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ * يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS al-Hujurat: 10-11) Supaya rasa cinta dan sikap ihsan senantiasa berkembang, sekalipun ada perbedaan rasa keagamaan (perbedaan agama) لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS al-Mumtahanah: 8) Juga menegaskan keadilan terhadap musuh sekalipun يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُحِلُّواْ شَعَآئِرَ اللّهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْيَ وَلاَ الْقَلآئِدَ وَلا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُواْ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُواْ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS al-Maidah: 2) Dan pengharaman riba untuk semua kalangan dan orang-orang yang benar-benar bertakwa senantiasa bersikap demikian di dalam dan di luar kelompoknya وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِن تَأْمَنْهُ بِقِنطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُم مَّنْ إِن تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لاَّ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلاَّ مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَآئِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُواْ لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ * بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imran: 75-76) Perhatian untuk membebaskan tawanan kaum muslimin وَمَا لَكُمْ لاَ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَـذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”. (QS an-Nisaa: 75) Dan juga budak secara umum, إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ” Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS at-Taubah: 60) لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS al-Baqarah: 177) Membebaskan budak (QS al-Balad: 13) Demikianlah konsep keutamaan umum berkembang sebagaimana yang diungkapkan oleh Injil, senantiasa terbatas sedikit demi sedikit hingga mencakup semua sektor. Namun apakah itu maknanya bahwa kaum muslimin renggang secara internal sehingga bisa melebur dalam skala kemanusian yang luas?! Malahan sebaliknya, karena di sana ada dua prinsip yang menegaskan perannya sebagai kelompok yang unik dan kokoh. Pertama, mengajak kaum mukminin agar menjadi satu kelompok yang tidak terpecah –tanpa kelompok atau perpecahan- berkerumun di sekitar nilai-nilai tertinggi dan di sekitar pimpinannya (Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam) وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran: 103) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS an-Nisaa: 59) وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS al-Anfal: 46) Kedua, komitmen seluruh kaum muslimin agar tidak membiarkan kemunkaran merajalela dalam lingkungan mereka وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS al-Anfal: 25) Dan pentingnya mereka saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan keutamaan إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS al-Ashr: 3) ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS al-Balad: 17) Dan kerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS al-Maidah: 2) Sikap saling menanggung dan menjamin merupakan standar baku kelompok kaum muslimin yang pertama sehingga mereka disebut sebagai ummat terbaik كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran: 110) Sekalipun demikian, tampaknya bagi sebagian kalangan orientalis, mereka menggambarkan seorang muslim memiliki sikap egoisme pribadi yang tak terbendung dan tidak mengenal arti ikatan saling menaggung sehari pun. Bahkan mereka melihat kegiatan-kegiatan yang bersifat berkelompok seperti shalat jama’ah, fenomena hari Arafah, shalat hari raya, dianggap sebagai kegiatan pribadi yang dilaksanakan pada satu waktu tanpa ada unsur peringatan yang terstruktur atau tersistematis. Pandangan demikian tidak memiliki basis argumen valid, buktinya apa yang sudah dijelaskan sebelumnya. Di dalam shalat, kita melihat kaum mukminin bersatu padu dalam satu barisan yang teratur. Setiap mereka mendoakan untuk semua “Hanya engkau yang kami sembah dan hanya engkau pula yang kami mintai pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus” dan seluruh hamba-hamba Allah yang shaleh. Jadi, shalat dan zakat merupakan dua kewajiban kembar yang berfungsi sebagai petunjuk yang berkualitas, yang menunjukkan semangat saling menanggung dan menjamin dalam Islam Keutamaan Pada Pola Interaksi Antar Negara dan Antar Agama. Inilah pasal yang benar-benar baru dalam bidang etika Islam, karena hal ini tidak diberikan kepada kalangan Yahudi dan Masehi ketika sedang didirikan berupa kesempatan untuk memiliki hubungan dengan negara yang bermusuhan. Sementara Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memiliki hubungan terus menerus dengan semua bangsa dan seluruh agama yang berbeda-beda. Terkadang hubungan bersifat damai dan terkadang pula hubungan permusuhan, selama 10 tahun, sebagai seorang politikus sekaligus pemimpin, selain perannya sebagai pengarah spiritual dan etika. Salah satu prinsip itu adalah bahwasanya perang secara resmi tidaklah dilakukan kecuali demi untuk mempertahankan diri (defensif) وَقَاتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُواْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبِّ الْمُعْتَدِينَ Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS al-Baqarah: 190) Dan perang haruslah dihentikan dengan selesainya ajang tersebut وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfal: 61) Ada pula prinsip menghormati pejanjian damai dengan musuh وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلاَ تَنقُضُواْ الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ * وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلاً بَيْنَكُمْ أَن تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (QS an-Nahl: 91-92) Jika musuh yang pertama kali membatalkan perjanjian damai, maka tidak boleh menyerang mereka. Tetapi yang harus dilakukan adalah mengumumkan bahwa perjanjian telah dibatalkan dengan cara yang jelas. وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِن قَوْمٍ خِيَانَةً فَانبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاء إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (QS al-Anfal: 58) Hal ini, belum termasuk prinsip-prinsip yang diatur dan ditetapkan oleh as-Sunnah. [1] Salam (an-Nisaa: 86), masuk ke rumah (an-Nur: 27-28), minta izin (an-Nur: 58-59), makan di rumah kerabat (an-Nur: 61-62), merendahkan suara (al-Hujurat: 2-5), berbisik-bisik (al-Mujadilah: 8-11, dugaan (al-Hujurat: 12), menundukkan pandangan (an-Nur: 31), melepaskan pakaian (an-Nur: 60), cara berbicara (al-Ahzab: 32-33), masuk ke rumah Nabi (al-Ahzab: 53), keindahan (al-Ahzab: 59) Terjemahan Kitab Akidahalquranetisilmu