KEBAIKAN ATAU UNSUR ETIS DALAM AL-QUR’AN BAGIAN 1 Idrus Abidin, 21 Oktober 20231 Mei 2024 Sumber : Ringkasan Pengantar Mengenal Al-Quran Al-Karim Penulis : Dr. ‘Abdullah Dirâz, Ringkasan oleh: Muhammad ‘Abdul ‘Azhim ‘Aliy Penerjemah : Idrus Abidin. Jiwa manusia, di samping kebutuhannya terhadap pengetahuan dan keyakinan, juga sangat membutuhkan prinsip-prinsip praktis yang bisa mengarahkan aktivitas manusia, baik dari sisi sikap terhadap dirinya sendiri atau dalam berinteraksi dengan orang lain atau berinteraksi dengan Allah Ta’alaa. Al-Qur’an telah mengajukan sistem ini dengan metode paling maksimal dan sangat sempurna, menggariskan pada bagian ini dengan jalur yang sangat jelas sehingga dapat ditempuh oleh manusia dengan penuh rasa aman dan rasa tentram. Sisi praktis memiliki urgensi maksimal dalam al-Qur’an sehingga senantiasa disebutkan berulang kali dengan penuh kejelasan seolah sebagai sebuah syarat yang tidak bisa ditawar demi kemenangan di dunia dan kebahagian kekal di akhirat. Kita akan menjelaskan beberapa sisi dalam ajakan al-Qur’an yang sangat berpengaruh tehadap mayarakat karena keunggulan materi dan kandungannya yang estetis sekaligus metode pemilihan diksinya dalam memaparkan kebenaran. Allah telah menanamkan pada kedalaman jiwa setiap kita sebuah bashirah etis yang bersifat bawaan yang membuat kita menghargai dan mencintai keutamaan secara zatnya dan pada keutamaan yang dimiliki orang lain, sekalipun kita sendiri tidak mampu untuk sampai ke level serupa. Juga membuat kita menjauh dari semua fenomena bersikap yang rendah. Sungguh kita sendiri tidak menyukai beragam kekurangan yang kita miliki. Sehingga kita mencari beragam pembenaran untuk menghindarkan diri kita dari ketercelaan karenanya. Sebabnya, kita tidak bisa menerima jika diidentikkan dengan keburukan apapun. Berdasarkan pada perasaan umum ini, yang mampu membedakan antara keadilan dan kezhaliman, dan mampu menyeleksi antara kebaikan dan keburukan, al-Qur’an bertumpu pada banyak momen untuk membangun sistem etikanya. Dan, bertumpu juga padanya untuk mengenalkan pemikirannya secara praktis. Sehingga Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam : يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (QS al-A’raf: 157) (dengan maknanya yang hakiki dan maknanya yang bersifat simbolik) قُلْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji”. (QS al-A’raf: 28) Cukuplah kita sebutkan bahwa berpatokannya al-Qur’an pada tabiat dan instink etika -secara umum- dalam membedakan antara kebaikan dan keburukan telah disebutkan pada lebih dari 45 tempat dalam al-Qur’an.[1] Melihat bahwa indera fitrawi ini tidak selamanya pada tingkat kekuatan dan pengaruh yang sama dan maksimal pada diri setiap orang, sehingga memaksa mereka untuk tunduk pada prinsip bersikap, maka tuntunan kondisi menghendaki untuk menetapkan sebuah manhaj atau metode yang bersifat konprehensif dalam dunia pendidikan yang bertumpu pada kecerdasan dan rasio, di samping indra etis sehingga ketika indra ini hilang, maka konsep mendasar umum ini tetap ada. Metode yang paling baik untuk membangunkan pemikiran ini dan menjadikannya berkembang tinggi dalam jiwa dan perasaan kita dengan berusaha mencari bantuan dan dukungan kalangan spesialis dari kalangan orang-orang bijak dan semua nabi pada setiap zaman. Bukanlah sebuah kebetulan jika Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam mengajak kepada nilai-nilai yang dulu menjadi bahan ajakan para nabi-nabi dan para rasul sebelumnya : يُرِيدُ اللّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS an-Nisaa: 26) Al-Qur’an menegaskan kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, setelah menyebutkan beberapa kalangan nabi yang terdahulu : أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (QS al-An’am: 90) Padahal, realitasnya, kita tidak menemukan prinsip akhlak yang disampaikan al-Qur’an di dalam pengajaran nabi-nabi dan orang-orang bijak itu, kecuali al-Qur’an meyebutkannya pada tempat lain sebagai sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan secara konsisten oleh komunitas muslim. Kita akan jelaskan pada paparan berikut prinsip-prinsip etika sebagaimana yang diemban oleh nabi Musa dan nabi Isa alaihimassalam, sebagaimana telah disebutkan oleh Taurat dan Injil. Kita akan menemukan bahwa semuanya terjaga dengan perhatian maksimal dalam deretan ayat-ayat al-Qur’an, akan tetapi –tidak dengan nada yang sama- sebagaimana keberadaan 10 wasiat yang diterima di atas gunung Thursina, tetapi terdapat pada beberapa potongan ayat-ayat terpisah pada beberapa surat makkiyah dan madaniyah. Pada banyak kesempatan, ayat-ayat yang turun sesuai momen tertentu secara persis. Berikut ini adalah 9 wasiat : Al-Qur’an al-KarimTaurat (eksodus – pasal 20)Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (QS al-Israa: 23)Tidak boleh ada Tuhan lain untukmu di depan-Ku.maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu (QS al-Hajj: 30)Jangan buat untuk dirimu Tuhan yang kotorJangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang (QS al-Baqarah: 224) Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), (QS al-Maidah: 89) Jangan berbicara atas nama Tuhan secara batil.Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu (QS al-Israa: 23)Muliakan bapak dan ibumuJanganlah kalian membunuh diri kalian sendiri (QS an-Nisaa: 29)Jangan membunuhKatakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;…. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, (QS an-Nur: 30-31)Jangan berzinaPencuri lelaki dan pencuri wanita maka potonglah kedua tangan mereka (QS al-Maidah: 39) Dan janganlah kaum wanita itu mencuri (QS al-Mumtahanah: 12)Jangan mencuriJauhilah persaksian palsu (QS al-Hajj: 30)Janganlah bersaksi terhadap kerabatmu dengan persaksian palsuDan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (QS an-Nisaa: 32)Jangan berupaya menyerupai rumah teman dekatmu ….dan semua harta milik kerabatmu Ini adalah prinsip-prinsip etika yang dikomentari oleh nabi Isa, “Siapa pun yang melanggar salah satu wasiat kecil ini dan mengajari manusia demikian, akan dipanggil dalam keadaan kecil pada kolong kerajaan langit. Adapun orang-orang yang mengamalkan dan mengajarkannya, maka mereka akan dipanggil dengan pengagungan pada kerajan langit.” Akan tetapi upaya untuk membatasi dakwah nabi Musa pada beberapa kewajiban mendasar ini setelah itu, merupakan bentuk pengerdilan terhadap nilainya. Karena jika kita lanjutkan pembahasan kita, kita akan menemukan pada beberapa tempat yang berbeda, di antaranya (Eksodus 22-23, imamat: 25-19, pengulangan 6) ketetapan lain yang terkait dengan aktivitas hati dan aktivitas fisik, dan sebagai pengantar untuk itu untuk ketetapan Injil: Al-Qur’an al-KarimTauratSesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. (QS an-Nur: 19) Jangan saling menggunjing antara sesama kalian (QS al-Hujurat: 12) Jangan menerima roti palsu (eksodus 23 : 1)Jangan saling kerjasama dalam berbuat dosa dan maksiat (QS al-Maidah: 2)Jangan mengikuti mayoritas masyarakat yang melakukan perbuatan buruk (eksodus 23: 2)Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah …….Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. (QS an-Nisaa: 135)Jangan berperang dengan orang miskin dalam tuntunannyaBekerjasamalah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan (QS al-Maidah : 2)Bantu orang lain (eksodus 5 : 23)Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. (QS an-Nisaa: 36)Layaknya pribumi dari kalian sehingga orang-orang asing akan bersikap yang sama kepada kalian. Orang-orang yang berkunjung kepada kalian (imamat: 19: 34)dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), (QS al-Ma’arij: 24-25)Bukalah tanganmu untuk saudarmu yang miskin dan fakir di tempatmu (pengulangan 15: 11)Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua (QS an-Nisaa: 36)Jangan mengganggu orang asing dan jangan pula menyakitinya (eksodus 22: 21)dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim (QS an-Nisaa: 127) Adapun anak yatim, maka janganlah kalian membentaknya (QS adh-Dhuha: 9)Jangan menyakiti janda tertentu dan jangan pula menyakiti anak yatim (eksodus 2: 22)Jika kalian memutuskan perkara di tengah masyarkat, hendaklah memberikan keputusan yang adil (QS an-Nisaa: 58)Jangalah kalian melakukan kezhaliman dalam persidangan (Imamat 19: 19)Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa, mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. (QS an-Nisaa: 107-108)Jauhilah perkataan bohong (eksodus 23: 7)Yang suka menahan amarah dan suka memaafkan orang lain (QS Ali Imran: 134)Jangan balas dendam (Imamat 19: 18) Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! 2. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. (QS al-Muthaffifin: 1-3) Jangan curang…baik dalam takaran, timbangan atau pun kiloan (Imamat 18: 19)Janganlah Engkau jadikan pada diri kami kedengkian terhadap orang-orang beriman (QS al-Hasyr: 10)Janganlah mendengki anak-anak bangsamu (Imamat 19: 18)Tetapi jadilah hamba rabbani (QS Ali Imran: 79) Di sana ada orang-orang yang suka untuk bersih-bersih diri. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bersuci (QS at-Taubah: 108)Jadilah kalian jiwa mulia yang suci bersih sehingga menjadi orang-orang suci (Imamat 19: 1)Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. (QS al-Hasyr: 10)Cintailah teman dekatmu seperti mencintai diri sendiri (Imamat 19 : 18)Sedang orang-orang beriman memiliki rasa cinta yang sangat besar kepada Allah (QS al-Baqarah: 165)Kalian mencintai Tuhan kalian dari lubuk hati kalian (pengulangan 9 : 5) Demikianlah kita mendapati al-Qur’an memperhatikan kewajiban utamanya yaitu menjaga dan menyampaikan substansi kitab-kitab samawi sebelumnya : وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; (QS al-Maidah: 48) Hanya saja, sebagai upaya memenuhi metodenya dalam memaparkan, al-Qur’an lebih memilih mengajukan setiap pelajaran sesuai dengan kejadian dan peristiwa yang melatari. Mari kita mengikuti nasehat-nasehat Injil dan melihat bagaimana kitab umat Islam ini mengokohkannya : InjilAl-Qur’an al-KarimBerbahagialah orang-orang miskin yang tidak memiliki panah karena mereka akan mendapatkan kekayaan langit (Matius 5: 3)Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. (QS al-Baqarah: 212) Itulah perhiasan dunia, sedang Allah memiliki tempat kembali yang indah (QS Ali Imran: 14)Beruntunglah orang-orang yang besedih karena mereka akan mendapatkan kemuliaanDan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS al-Baqarah: 155)Berbahagialah orang-orang yang baik karena mereka ajan mewarisi bumiDan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (QS Ali Imran: 133)Beruntunglah orang-orang yang lapar dan haus terhadap kebaikan karena mereka akan kenyang (Matius 6: 5)Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (QS al-Jatsiyah: 21) Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.….. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, (QS al-Muthaffifin: 29-340Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya (Matius 5: 9)Kecuali mereka yang menemui Allah dengan hati yang bersih (QS asy-Syuaraa: 89) Siapapun yang merasa takut kepada Allah dalam kondisi sendiri dan datang dengan jiwa yang penuh rasa penyesalan dan rasa bertaubat (QS Qaf: 33)Beruntunglah orang-orang yang melakukan upaya perdamaian (Matius 5: 9)Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. (QS an-Nisaa: 114)Berbahagialah orang-orang yang terusir karena kebaikan (Matius 5: 10)Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) (QS al-Baqarah: 214) Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. (QS Ali Imran: 186)Beruntunglah orang-orang yang penuh kasih sayang karena mereka telah menyayangi orang lain. (Matius 7: 5)Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS al-balad: 17)Isa pernah mengucapkan kebenaran maksimal ketika menegaskan bahwa dirinya tidak datang untuk menghilangkan dan mengganti tetapi kedatangannya untuk melengkapi dan menyempurnakan. Yakni, dia datang untuk melanjutkan pendahulunya untuk melaksanakan tugas penyucian akhlak yang telah diawali oleh para rasul sebelum beliau yang memberikan ruang untuk kemajuan dan peradaban (Injil)Al-Qur’an al-KarimTidak sekedar “Jangan membunuh” tetapi jangan marah terhadap saudaramu lalu mengatakan kepadanya ”budak” atau “wahai si bodoh” (Matius 5: 21-22)Orang-orang yang suka menahan kemarahan (QS Ali Imran:134) Jika mereka marah, biasanya mereka tetap berusaha memaafkan (QS asy-Syuraa: 37)Jika engkau mengarahkan qurbanmu ke tempat penyembelihan, lalu di sana engkau teringat kalau saudaramu punya hak terhadapmu. Maka tinggalkanlah qurbanmu di sana dan pergilah dulu. Selesaikan masalah dengan saudaramu (Matius 5: 22-24)Sungguh orang-orang beriman itu bersaudara maka perbaikilah hubungan persaudaraan kalian (QS al-Hujurat: 10) Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan baikmu (QS al-Anfal : 1) Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS al-Maidah: 27)Kalian telah mendengarkan bahwa dikatakan kepada orang-orang dulu, jangan berzina. Adapun saya, saya tegaskan kepada kalian bahwa seiapa pun yang melihat wanita dengan penuh syahwat, maka dia dianggap telah berzina dengannya dalam hatinya (Matius 5: 27-29)Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya….. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, (QS an-Nur: 30-31)Kalian sudah mendengar…..jangan melanggar sumpah. Adapun saya, maka saya tegaskan kepada kalian jangan pernah bersumpah selamanya (Matius 5: 33-34)Jangalah kalian menjadikan Allah sebagai penghalang terhadap sumpah-sumpah kalian (QS al-Baqarah: 224)Kalian telah mendengar bahwa cintailah teman dekatmu dan bencilah musuhmu. Adapaun saya, aku katakan bahwa cintailah musuh-musuh kalian (Matius 5: 43-44)Inilah kalian sangat mencintai mereka, sedang mereka tidak menyukai kalian (QS Ali Imran : 119)Berbuat baiklah kepada para pembencimu (Matius 5: 44)Mereka membalas keburukan dengan kebaikan (QS ar-Ra’ad: 22) Balaslah dengan cara yang lebih baik (QS Fushshilat: 34)Hubungkanlah silaturahmi dengan orang yang berbuat jelek kepada kalian dan mengusir kalian (Matius 5: 44)berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS at-Taubah: 128)Jika kalian hanya mengucapkan salam hanya kepada saudara-saudaramu, lalu kelebihan apa yang kalian lakukan?! (Matius 5: 47)an apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS al-Furqan: 63) Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. (Al-Mumtahanah: 8)Berikanlah orang yang meminta kepadamu, dan jangan palingkan badanmu dari orang yang ingin meminta pinjaman kepadau (Matius 5: 42)Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, (al-Baqarah: 177) Mereka mencegah barang-barang kecil untuk dipinjamkan (al-Maun: 7)Hindarilah agar kalian tidak memberikan sedekahmu di hadapan orang-orang (Matius 1: 6)Mereka-mereka yang berbuat demi supaya dilihat orang-orang (al-Maun: 7)Jika kalian mengampuni kesalahan orang lain, maka bapak kalian di langit akan mengampuni kalian (Matius 14: 6)Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), (an-Nisaa: 149) Ampunilah dan maafkanlah (an-Nur : 22)Janganlah kalian menimbun harta karun di bumi ini (Matius 6: 19)dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), (al-fajr: 19-20)Tetapi buatlah timbunan harta di langit (Matius 6 – 20)Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya (asy-Syuraa: 20)Tidak seorang pun di antara kalian yang bisa melayani dua Tuan dengan baik (Matius 6 – 24)Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? (az-Zumar: 29)Jangan terlalu fokus kepada kehidupan duniamu…lihatlah burung-burung di langit….Bapak kalian di langitlah yang memberikan mereka makan (Matius 6: 25-26)Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu (al-Ankabut: 60)Kenapa bisa kamu melihat kotoran yang ada pada mata saudaramu, sementara kotoran yang ada padamu tidak engkau lihat (Matius 7: 1-3)Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, (al-Hujurat : 11)Jangan berikan kesucian kepada anjing (Matius 6: 7)Berikanlah peingatan, selama peringatan itu bermanfaat (al-A’laa: 9)Mintalah kalian akan dikasih (Matius 7: 7)Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, (al-Baqarah: 186) Tuhan kalian berkata, berdoalah kepada-Ku niscaya akan aku kabulkan (Gafir: 60)Semua yang engkau inginkan agar orang lain melakukannya kepadamu, maka lakukanlah kepada mereka hal yang sama (Matius 7: 12)Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. (Al-Baqarah: 267) Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. (an-Nisaa: 9)Masuklah dari pintu yang sempit (Matius 7: 15)Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. (al-Balad: 11)Berhati-hatilah dari nabi-nabi palsu yang mendatangi kalian dengan baju yang bagus, tapi dari dalam ternyata singa yang mencengkram (Matius 7: 15)Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (Al-Baqarah: 204-205) Pada paparan di atas, kami belum menampilkan dua pembahasan dari Perjanjian Baru, yaitu seputar masalah talak dan kisas yang tampak seolah bertentangan dengan ketetapan syari’at nabi Musa. Pada masa talak, kita mendapatkan kebebasan tanpa batas yang diberikan oleh Taurat kepada suami untuk menceraikan istrinya jika melihat ada hal yang menjengkelkan padanya. Atau ketika dia merasa kesal kepada istrinya. Sementara kitab Injil seolah menolak talak kecuali kalau sudah masuk tahap pengkhianatan. Adapun pada masalah kisas, sebagai bentuk dan upaya untuk terus menuntut balas atas darah sang pembunuh dan menolak segala ragam keburukan dengan keburukan yang sama dalam kitab Taurat, nabi Isa mengajarkan kewajiban untuk tidak menolak pelaku keburukan dan memaafkannya. Jika kita melihat prinsip ini secara harfiah maka tersingkap jelas bagi kita bahwa agama Kristen seolah menghapus aturan-aturan sebelumnya. Dan, manakala kita makin memperdalam pengamatan maka kita melihat dua sisi atau dua tingkatan dari aturan perundang-undangan yang berlaku kekal dan tampak satu. Yang pertama, keadilan dan kedua adalah rasa cinta. Keadilan menuntut siapa pun yang ingin menggunakan hak-haknya untuk tidak melampaui batasan kemanusiaan tertentu. Adapun mereka yang ingin merelakan haknya karena pertimbangan kemuliaan maka itu tidak diragukan lagi. Karena itulah, kita melihat baik metode perjanjian lama maupun metode perjanjian baru, keduanya saling melengkapi atau saling bergantian. Atau, tidak ada jalan untuk tidak mengakui bahwa tidak pantas untuk memberlakukan salah satu dari kedua manhaj itu secara mandiri tanpa yang lainnya kecuali oleh sekelompok orang-orang tertentu atau sebatas tahapan sejarah tertentu. Jadi, rumusan etika yang tepat adalah yang terkanadung dalam kedua kitab suci tersebut secara bersamaan, di mana setiap keduanya mengandung bagian darinya dan membiarkan sebagaian lain tersembunyi pada batas-batas tertentu. Al-Qur’an berusaha mengumumkan rumusan sempurna ini dan memberikan perhatian penuh dengan menjelaskan kedua unsurnya, sekaligus menunjukkan nilai masing-masing unsur, dengan berkata : وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُواْ بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِرِينَ. وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللَهِ Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah (QS an-Nahl: 126-127) ini yang terkait dengan kisas dan pengampunan. Adapun yang terkait dengan talak secara khusus, maka kita harus membuka lembaran-lembaran al-Qur’an agar jelas bagi kita hambatan yang harus kita lewati sebelum berpikir untuk memberlakukannya يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُواْ النِّسَاء كَرْهًا وَلاَ تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُواْ بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلاَّ أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS an-Nisaa: 19) وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُواْ حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَا إِن يُرِيدَا إِصْلاَحًا يُوَفِّقِ اللّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS an-Nisaa: 35) Dan upaya yang harus dilakukan untuk mengkompromikan dan memadukannya adalah وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلاَثَةَ قُرُوَءٍ وَلاَ يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ أَرَادُواْ إِصْلاَحًا وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكُيمٌ * الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ وَلاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَأْخُذُواْ مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلاَّ أَن يَخَافَا أَلاَّ يُقِيمَا حُدُودَ اللّهِ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ يُقِيمَا حُدُودَ اللّهِ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ تِلْكَ حُدُودُ اللّهِ فَلاَ تَعْتَدُوهَا وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللّهِ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ * فَإِن طَلَّقَهَا فَلاَ تَحِلُّ لَهُ مِن بَعْدُ حَتَّىَ تَنكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ فَإِن طَلَّقَهَا فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَن يَتَرَاجَعَا إِن ظَنَّا أَن يُقِيمَا حُدُودَ اللّهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ” (البقرة 228-230)، Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (QS al-Baqarah: 228-230) يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاء فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ وَاتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِن بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لَا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا * فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS at-Talak: 1) Siapa pun yang mundur dari keputusannya maka sikapnya itu akan mendapatkan ampunan لِّلَّذِينَ يُؤْلُونَ مِن نِّسَآئِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَإِنْ فَآؤُوا فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Baqarah: 226) karena talak merupakan perkara halal yang dibenci oleh Allah. Jadi, talak bukanlah perkara yang tergolong boleh dilakukan tanpa batasan. Demikianlah al-Qur’an menjelaskan pekerjaan para rasul dan mengokohkan syari’at mereka dengan pola penyatuan. Kita meyakini bahwa pada penyatuan ini, yang diterima berdasarkan pada bingkai kesatuan undang-undang, terdapat tingkatan yang berbeda-beda dalam kegiatan kebaikan, memiliki pengaruh besar pada sisi yang sangat penting, yang karena tuntunannya, dakwah Islam bisa berkembang pada sebagian besar masyarakat manusia. Dan, bisa menerima dalam pangkuannya banyak pemikiran, kecenderungan dan tabiat yang sangat berbeda-beda, yang tidak memberikan banyak manfaat jika tampak keras seolah tidak mengenal sikap lentur, namun juga tidak bersikap lembek seolah tanpa batasan. Dengan penjelasan kita seputar metode al-Qur’an yang bersifat menyatukan ini, kita sudah menampakkan pada waktu bersamaan materi al-Qur’an dalam bingkai dakwah dan aspek hukum. Hanya saja al-Qur’an tidak berhenti di sini saja, di mana ia memiliki risalah lain yaitu menyempurnakan sekaligus menyelesaikan pilar-pilar ilahi yang telah dibangun oleh para rasul terdahulu sepanjang zaman. Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق “saya diutus untuk menyempurnakan kebaikan akhlak dan prilaku” مثلي ومثل الأنبياء كرجل بنى بيتا “Perumpamaan antara aku dan kalangan nabi-nabi lain sebelumnya seperti layaknya seseorang yang sedang membangun sebuah rumah”. Al-Qur’an menyatakan : إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus (QS al-Isra: 9) [1] Lihat, sebagai sekedar contoh, karya kami “Dustur al-Akhlak Fi al-Qur’an al-Karim”, pasal ke-3, praggraf ke-3. Terjemahan Kitab Akidahalquranilmuislampengetahuan